49

2.2K 270 64
                                    

Shani menghentikan mobil nya di depan sebuah pemakaman, di kursi samping mobil nya sudah ada buket bunga yang langsung ia bawa ketika keluar dari mobil nya.

Shani berjalan sendirian, pemakaman pagi benar-benar sepi.
Tiba di tempat yang ia tuju, Shani berjongkok dan menaruh bunga yang ia bawa.

"Hai Vin.. maaf aku baru nengokin kamu" ucap Shani sambil mengelus nisan bertuliskan Alvino itu, dia adalah suami pertama Shani, korban fitnah Cio selama ini.

"Vin, maaf aku terlambat tau kebenaran nya, hanya beberapa bulan kamu menjadi suamiku tapi kamu selalu jadi suami yang baik untuk aku, kamu tau.. Zee sekarang udah besar, dia pintar..cantik juga dulu kamu yang selalu gendong dia disaat aku belum bisa menerima kehadiran nya, andai aku bisa berdamai saat itu mungkin kita akan jadi keluarga kecil yang bahagia dengan dua anak kembar yang lucu"

Shani menyeka air matanya, setelah memanjatkan doa Shani berdiri dan hendak pergi, saat berbalik ia mendapati seorang wanita yang berdiri menatap nya dengan setangkai bunga yang ia genggam.

Shani tak menghiraukan nya, ia berjalan pergi melewati wanita itu namun setelah berjalan cukup jauh, ia penasaran dengan wanita tadi dan memilih untuk menoleh kebelakang. Nampak wanita itu berjongkok dan terlihat berdoa di samping makam Alvino.

*****

"Aw sakit.." Zee merintih saat Marsha mengolesi memar di kening nya dengan salep, tapi bukanya iba Adel yang baru datang dari dapur langsung meledek Zee.

"Lebay gitu doang, Christy aja tadi diganti perban sama Marsha diem aja"

"Berisik ya.." Zee mengepalkan tangan nya di hadapan Adel tapi Adel membalasnya dengan juluran lidah.

"Kalian mau makan apa hari ini? Biar aku masakin" ucap Christy.

"Ga usah Christy, kamu istirahat aja.. aku udah pesan online tadi, mungkin sebentar lagi sampai" ucap Marsha sambil membereskan kotak P3k nya.

"Eh Zee.. gue kalau ngekos disini boleh?" Ucap Adel secara tiba-tiba, bukan asal berucap, Adel sudah tau tentang beasiswa Zee dari Ashel dan Adel tau jika Zee tak akan mungkin menerima bantuan nya dengan cuma-cuma.

"Ngapain ngekos, lo udah punya rumah mewah Del" timpal Zee dengan sedikit kekehan kecil di akhir kalimat nya.

"Jujur gue lebih nyaman disini, ah pokoknya boleh ya.. mahal pun gue mau deh" Adel mencoba memeluk Zee tapi mati-matian Zee meronta untuk menjauhkan tubuh Adel.

"Ish.. kalau mau tinggal disini ya tinggal aja, gapapa kok"

"Mana bisa gitu, pokonya nanti gue bayar sewa ke lo, Sha.. anter gue pulang ambil baju" ucap Adel sambil menarik lengan baju Marsha tapi berujung mendapat pukulan di lengan nya oleh Marsha.

"Emang gue barang maen seret-seret aja, tuh kunci mobil gue, pulang sendiri sana"

"Ck..  ya udah.. gue balik dulu ya Zee"

Zee hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum karena tingkah Adel, kedepan nya mungkin harinya akan lebih ramai karena kehadiran Adel.

"Nanti aku juga bayar ya Zee, kalau aku sembuh aku bisa cari kerja nanti" ucap Christy.

"Apaan sih Toy, ga usah.. kamu itu udah aku anggap kayak adek aku sendiri" ucap Zee

"Hhh... Aku juga mau tinggal disini" Marsha menghempaskan tubuhnya di sandaran kursi, karena percuma saja keinginan nya tak akan pernah bisa terpenuhi.

"Jangan makin mempersulit ya, aku takut mama kamu makin mau misahin kita nanti" ucap Zee sambil membetulkan letak poni Marsha.

Christy hanya diam memperhatikan mereka berdua, sebenarnya selama ini Christy selalu menaruh curiga dengan kedekatan Zee dan Marsha yang tak biasa.

AludraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang