Brakk....
Pintu dibuka dengan cepat
Jinan sempat terpaku menatap Gracia yang kini menoleh kearah nya."Ah terimakasih Tuhan" ucap Jinan sambil berjalan cepat kearah Gracia dan memeluk erat tubuh sahabat nya itu.
Sementara Gracia masih diam mencerna situasi yang terjadi padanya saat ini.
"Kenapa kamu ada disini?"
Bukan Jinan tapi Gracia lah yang bertanya seperti itu pada Jinan, entah kebetulan atau semesta memang berpihak padanya hingga
Ia bisa bertemu dengan sahabat nya itu sekarang."Ini rumah Ara, keponakan ku.. aku yang harus nya tanya kenapa bisa kamu disini.. aaah... Jadi kamu orang yang Ara tolong"
"Iya.. dan tolong rahasiakan keberadaan ku disini, aku yakin Cio masih ngincer aku"
Jinan menarik kursi dan duduk di samping kasur Gracia, tatapan nya berubah serius.
"Kamu harus pulih, Shani butuh kamu Gre.. aku yakin ada yang terjadi antara Cio dan Shani, bahkan Shani udah tau kalau Zee itu anak kandung nya dan Zee aman bersama ku sekarang"
"Aku akan pastikan Cio dapat balasan atas semua kejahatan nya"
******
Seorang wanita berambut panjang sejak tadi berdiri dengan wajah gelisah di depan pintu coklat dan sesekali mengetuk agar orang didalam sana mau keluar.
Wanita itu menghela nafas panjang sebelum akhir nya kembali memberanikan diri mengangkat tangan nya untuk mengetuk pintu itu lagi tapi suara langkah kaki membuat nya berhenti dan menoleh ke belakang.
"Ah.. selamat siang Bu Gita" sapa wanita tadi.
Gita yang baru saja pulang langsung menghampiri wanita itu.
"Mogok belajar lagi?" Tanya Gita dan wanita itu mengangguk.
"Bu Dea boleh pulang, biar nanti saya yang bicara dengan Christy" ucap Gita tapi wanita bernama Dea itu langsung menggelengkan kepalanya.
"Saya ga bisa tenang bu kalau pulang, dari tadi kata art disini Christy dari tadi malam juga ga mau makan"
Gita memijat kening nya yang terasa pening, ia mencoba membuka handle pintu tapi ternyata terkunci dari dalam, lalu Gita berjalan pergi meninggalkan Dea yang masih terlihat khawatir.
Tak berapa lama Gita datang dengan kunci di tangan nya, ia membuka pintu kamar Christy dengan kunci cadangan yang ia punya.
Bukan Gita, tapi Dea yang langsung berjalan menghampiri Christy yang kini meringkuk di kasur nya dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.
"Christy.. ini ibu, kamu gapapa kan?"
Gita hanya diam berdiri bersandar pada pintu, ia terus memperhatikan Dea yang sejak tadi semakin terlihat khawatir.
"Ya Ampun, Bu.. badan Christy panas banget"
Barulah Gita berjalan menghampiri mereka, ya meletakan telapak tangan nya di kening Christy dan benar saja, suhu tubuh Christy sangat panas saat ini.
"Mama... Mama..." Christy terus saja bergumam tanpa membuka matanya.
"Christy.. ini mama kamu ada di sini" ucap Dea sambil meletakan tangan Gita agar menggenggam tangan Christy.
"Yang dia cari bukan saya" ucap Gita, tapi ia tak melepaskan genggaman tangan nya pada tangan Christy.
"Loh.. bukanya.. ah.. maaf saya kira.."
Dea tampak nya terkejut dan menjadi kikuk di hadapan Gita.
"Gapapa, saya mau ambil air untuk kompres dulu, boleh tolong jaga Christy sebentar" pinta Gita dan Dea langsung saja menganggukan kepalanya, tanpa diminta pun ia akan tetap melakukan nya. Dea memang seorang Guru yang penyayang
