Dia tersenyum menatap setitik bintang yang terlihat tampak lebih bersinar dari yang lain, menunjuk kearah langit dengan jari telunjuknya yang lentik itu, seperti ingin memetik seberkas cahaya yang menggantung diantara gelap nya langit malam ini.
"Itu, aludra.. bintang paling terang ke lima di konstelasi canis mayor, yang beberapa juta tahun kedepan akan mati dalam ledakan supernova, dia bakalan jadi bintang super raksasa merah sebelum akhir nya benar-benar mati"
"Sayang ya, padahal dia indah"
"Keindahan itu ga pernah bertahan lama, rasa cinta aja perlahan bisa hilang, sisanya cuma rasa takut kehilangan, masa depan itu misteri.. kita ga akan tau siapa yang akan hilang dan siapa yang akan tinggal.
Marsha meletakan handphone nya sedikit kasar, sepertinya ia kembali terhanyut dari cerita fiksi yang selalu ia baca.
"Keindahan itu ga akan bertahan lama ya?" Gumam Marsha.
Dipikiran nya terlintas pada Zee, sepertinya ia belum melihat Zee masuk kamar sejak sore tadi.
Marsha keluar dari kamar Zee, rumah kecil ini sunyi, tak ada Zee dimanapun.
"Zee? Kamu dimana?"
Kreek...
Pintu kamar Ayah Zee terbuka, tampak Zee yang keluar dan menatap bingung kearah Marsha.
"Kamu mau kemana?" Tanya Marsha.
Ada rasa khawatir di hatinya, melihat mata Zee yang sembab dan tak seperti biasanya."Keluar sebentar cari angin" ucap Zee.
Marsha paham, sepertinya Zee sangat merindukan Ayah nya.
"Aku ikut" seru Marsha, ternyata Zee menganggukkan kepalanya padahal Marsha mengira Zee akan melarang nya ikut.
Marsha dan Zee memilih untuk berjalan kaki, sepanjang perjalanan Zee hanya diam, sesekali terdengar mulai pilek karena cuaca malam ini yang cukup dingin dari biasanya.
Marsha menautkan jemarinya diantara jemari Zee, tujuan nya hanya ingin memberikan kehangatan untuk kekasih nya itu. Zee tersenyum kecil lalu memasukan tangan nya yang menggenggam tangan Marsha pada saku jaket nya dan itu tentu membuat kedua pipi Marsha terasa panas.
"Hangat?" Tanya Zee yang langsung di balas anggukan oleh Marsha.
"Padahal aku yang pengen bikin kamu hangat" ucap Marsha.
"Aku selalu hangat kok kalau deket kamu"
Wuuussshh...
Bagai kepiting rebus, wajah Marsha kembali memerah, ia selalu tak bisa menahan gejolak di tubuhnya saat berhadapan dengan Zee.
Cup...
Mata Zee membulat, bahkan tubuhnya terasa kaku saat ini, sementara Marsha kini berlari dan tertawa dengan puas nya ketika berhasil mencium bibir Zee secepat kilat.
"Kok nyuri start sih!" Teriak Zee sambil berlari mengejar Marsha, menggelitik pinggang Marsha hingga gelak tawa Marsha tak dapat terbendung lagi.
"Aah udah.. ampun.. ampun"
"Nakal banget kamu tu ya.. kalau ada orang yang liat gimana"
Marsha hanya tertawa, ia memang ceroboh tapi rupanya rasa gemas nya pada kekasih nya itu tak bisa terus menerus ia bendung.
"Iyaa maaf... kan aku... "
Marsha tak melanjutkan kalimatnya, ekpresi wajahnya langsung berubah seketika.
"Papa.. papa!!"
Marsha berlari begitu saja, entah siapa yang ia lihat, bahkan ia nekat menyebrang jalan dengan terus berlari membuat Zee langsung berlari mengejarnya.