Perlahan samar-samar pandangan nya mulai menjadi jelas, Zee masih terlihat lemah tapi ia sudah bisa membuka kedua matanya, kepalanya terasa berat saat ini.
Hal yang pertama kali ia lihat adalah Marsha yang tengah menggenggam kedua tangan nya seperti sedang berdoa."Sha.." suara parau itu langsung membuat Marsha menoleh kearah nya, tersenyum sambil mengelus pelan pipi Zee.
"Hei, syukurlah kamu udah bangun, ini masih di uks tadi kamu pinsan" ucap Marsha, ada tatapan lega terpancar dari sorot matanya.
"Raisa mana?"
"Raisa langsung di bawa ke rumah sakit dan belum ada kabar lagi, vas bunga di lantai 3 jatuh, tadi aku denger dari anak-anak yang ada di tempat kejadian, vas itu nyaris nimpa kamu tapi Raisa dorong tubuh kamu jadinya.." Marsha tak meneruskan ucapan nya, ia pun masih kaget melihat darah sebanyak itu yang keluar dari kepala Raisa.
"Ya Tuhan" Zee memejamkan matanya, ia tak bisa membayangkan jika saat itu tak ada Raisa, dalam hatinya ia terus berucap doa agar Raisa baik-baik saja.
Pintu Uks terbuka, Bu Shania muncul dan tersenyum kepada Zee.
"Gimna Zee?" Tanya Bu Shania.
"Masih sedikit pusing Bu, kalau Raisa gimana? Apa sudah ada kabar?" Zee balik bertanya
"Info terakhir, Raisa sempat kekurangan cukup banyak darah tapi itu sudah bisa dia lewati, sekarang keadaan nya mulai membaik walaupun Raisa masih belum juga sadar"
"Alhamdulillah" Zee berucap penuh syukur, ada sedikit rasa lega di hatinya, ia tak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu pada Raisa yang sudah menyelamatkan nyawanya, sementara itu Marsha hanya terdiam, ia seperti sedang memikirkan sesuatu, bahkan sesekali ia hanya melihat ke arah Zee dan kembali melamun.
"Ya sudah, kamu istirahat ya Zee, titip.." ucap Bu Shania pada Marsha sambil mengusap bahu Marsha, Marsha hanya mengangguk dan tersenyum pada Bu Shania.
Bu Shania sudah pergi, tinggal Marsha dan Zee berdua yang masih sibuk dengan pikiran nya masing-masing.
"Minum dulu" Marsha mengambil teh hangat yang sudah ia buatkan tadi lalu membantu Zee untuk bersandar di tumpukan bantal.
"Makasih" ucap Zee saat Marsha selesai mengusap bibirnya yang sedikit basah.
"Aku tadi telepon bang Andre buat ambil motor kesini, nanti kita pulang bareng kak Gracia, dia lagi jalan kesini buat jemput kita" ucap Marsha.
"Tapi acara perlombaan nya belum selesai, aku.."
"Sstt.. tadi Ashel yang gantiin kamu buat atur acaranya, kamu punya tim Zee bukan kerja sendirian"
Zee hanya mengangguk lemah, sejujur nya ia tak suka melimpahkan tanggung jawab nya pada orang lain, tapi keadaan nya sekarang justru akan merepotkan banyak orang jika ia tetap memaksakan diri.
Tok..tok..
Terdengar seseorang mengetuk pintu, Marsha pun langsung berdiri untuk membukanya.
"Udah siap pulang?"
Ternyata itu Gracia, Marsha mengangguk dan berjalan menghampiri Zee lagi, diikuti oleh Gracia di belakang nya.
"Aku udah bawa tas kamu, jadi kita bisa langsung pulang Zee" ucap Marsha sambil membantu Zee untuk bangun.
Gracia hanya diam, memperhatikan Zee dengan detail dan Zee pun sadar sejak tadi Gracia tak melepaskan pandangan kepadanya.
"Makasih ya Tante" ucap Zee dengan masih bersuara lemah.
"Eh.. i..iya"
Marsha terkekeh pelan karena ia tau Gracia tak pernah suka dengan sebutan itu, itu juga yang membuat nya menyuruh Marsha untuk memanggilnya kakak bukan tante.
![](https://img.wattpad.com/cover/351204222-288-k782430.jpg)