Entah sudah ke berapa kali helaan nafas lolos dari mulut Marsha, Malam yang cukup dingin terlihat dari asap tipis yang keluar setiap kali Marsha menghela nafas nya.
"Marsha..." Marsha menoleh, ia tersenyum tipis saat orang yang ia tunggu datang.
"Ada apa?"
Ashel masih berdiri memandang nya dengan tatapan heran sebelum akhirnya ia duduk tepat di samping Marsha.
Ashel menggosokkan lengan nya karena merasa jaket nya tak cukup mampu membuat tubuhnya hangat.
"Dingin banget, kenapa kamu ajak aku ketemu di taman?" Tanya Ashel lagi.
"Maaf, aku cuma ada perlu sebentar sama kamu" tutur Marsha. Ashel hanya menyimak dengan seksama, memberi ruang lebih untuk Marsha lebih leluasa bicara padanya.
"Soal Zee?" Tebak Ashel dan dengan cepat Marsha menggelengkan kepalanya.
"Aku masih punya waktu satu tahun disini, aku tau kamu siswa berprestasi selain Zee, tolong bantu aku buat capai target ku di kelas tiga nanti" Marsha membungkukkan tubuhnya seperti sebuah permintaan yang sungguh-sungguh.
"Kamu mau kemana?"
Marsha hanya diam tapi jemarinya menggenggam erat ponselnya dan Ashel menyadari itu.
Ashel menggeser tubuh nya menghadap lurus kearah jalan raya yang cukup ramai malam ini.
"Jangan pernah tinggalin Zee dengan alasan apapun, dia butuh kamu"
"Tapi masih ada kamu" sela Marsha, tapi Ashel hanya tersenyum.
"Dia ga butuh aku, dia butuh kamu Sha, kamu orang nya"
Marsha tertegun, Ashel berbicara dengan nya dengan penuh penekanan, terdengar tegas hingga Marsha tak bisa menyela lagi.
"Kamu tau? Zee adalah sosok orang lain yang pertama kali membuat aku jatuh cinta, dia hebat, cantik, pintar, semua orang juga pasti akan menyukainya tapi dia bisa jadi dirinya sendiri ketika bersama kamu Sha, hatinya rapuh sebelum ada kamu"
Ashel menyeka air mata nya, sementara Marsha masih menatap wajah samping nya dengan serius.
"Jangan pernah tinggalin dia dengan alasan apapun, jangan buat penyesalan di hidup kamu Sha"
****
"Kamu belum tidur?"
Shani menutup buku nya, lalu menoleh pada suaminya yang baru saja pulang. Shani mengerutkan kening nya, ada yang berbeda dengan Cio malam ini. Ia terlihat berantakan, tidak seperti biasanya Cio selalu terlihat rapi bahkan ketika sedang lelah pun.
"Apa ada masalah?" Tanya Shani sambil berjalan menghampiri Cio, tapi Cio langsung memundurkan tubuhnya dua langkah, membuat Shani semakin heran.
"Kenapa sih?"
"Engga sayang, aku mau buru-buru mandi nih, udah gerah banget"
"Oh, oke aku siapin makan malam buat kamu ya"
Cio pun mengangguk dengan senyuman manis nya, tapi sepertinya mata Shani cukup jeli dengan sesuatu yang asing di sekitar nya.
"Noda apa ini? Tangan kamu berdarah?" Tanya Shani ketika melihat noda merah di lengan baju Cio.
"Ah ini.. tadi kena makanan yang tumpah, duh nanti aku buang aja kemeja nya" ucap Cio, dia terlihat sangat tenang hingga Shani tak lagi curiga sedikit pun.
"Ga perlu di buang, kamu taruh aja di keranjang cucian"
"Oke..oke sayang , ya udah aku mandi dulu"
Cio pun bergegas untuk masuk ke kamar nya, ia membuka jas nya dan nampak beberapa bercak merah di kemeja nya, dengan berdecih Cio langsung membuka kemeja nya.