"aakkhh ampun kak.. ampun..."
"Udah berapa kali aku bilang, bawa mobil jangan macem-macem, nabrak orang kan kamu!"
Ara terus saja mengaduh dan meronta mencoba melepaskan pitingan tangan Jinan di lehernya.
"Dengerin dulu, dia udah babak belur sebelum kecelakaan itu"
Mendengar itu Jinan langsung melepaskan tangan nya, ada rasa penasaran lebih untuk Jinan mendengar cerita Ara lebih detail lagi.
"Malam itu aku liat dia nyebrang gitu aja, kayak orang yang lagi kabur dari sesuatu, kecepatan mobil aku juga rendah saat itu, tapi jelas banget banyak luka memar bahkan beberapa sayatan di tubuh nya dan mustahil itu luka karena tertabrak mobil kak"
"Boleh aku liat orang nya" pinta Jinan dan tentu Ara langsung menganggukan kepalanya.
Ara langsung beranjak dan berjalan diikuti Jinan di belakang nya, tujuan nya meminta Jinan untuk kesini memang untuk mencari tahu identitas asli wanita yang itu tabrak itu dan ia tahu hanya jinan yang bisa membantunya.
"Eh Ra bentar"
Baru saja Ara hendak membuka gagang pintu kamar, ponsel Jinan bergetar dan ia berjalan menjauh dari Ara untuk mengangkat panggilan itu.
"Ra aku ada urusan mendadak, nanti aku kesini lagi deh, gapapa kan?"
Bagaimana lagi, Ara tak bisa menahan Jinan disini, walaupun sebenarnya ia ingin segera mendapatkan info tentang sosok yang ia temukan itu.
"Eh ada kak Jinan" sahut Chika yang baru saja turun dari mobil nya.
"Hai Chik, gue duluan ya.. lagi buru-buru soalnya" pamit Jinan dan Chika hanya mengangguk, membiarkan Jinan masuk kedalam mobil dan berlalu pergi.
"Kenapa?" Tanya Chika dengan lembut sambil mengusap keringat di kening Ara dengan telapak tangan nya. Ara tak menjawab apapun, ia hanya menempelkan kening nya di pundak Chika.
Ara memang terkenal pendiam dan pribadi yang dingin, tapi semua itu tak berlaku saat ada Chika di samping nya."Cuma lagi capek" ucap Ara.
Chika tersenyum, sikap manja kekasihnya itu selalu terlihat menggemaskan untuk nya.
Chika menangkupkan kedua telapak tangan nya di pipi Ara.
"Kasian kesayangan aku..."
Praaangg...
"Eh apa tuh" Chika tersentak kaget mendengar suara barang pecah dari dalam rumah Ara, begitupun dengan Ara yang kini langsung berlari ke dalam.
Ara langsung membuka pintu dan kaget melihat orang itu kini terbangun walaupun tampak masih lemah. Dengan cepat Ara langsung mengecek kondisinya, sementara Chika berinisiatif untuk mengambil sapu dan merapikan serpihan gelas yang berserakan di lantai.
"Syukurlah, terimakasih Tuhan" Ara berucap syukur setelah memastikan jika kondisi orang itu baik-baik saja.
Chika yang sudah membereskan serpihan gelas pun lebih memilih untuk keluar dan memberikan ruang untuk Ara dan pasien nya itu.
Tak begitu lama kemudian terdengar suara pintu yang terbuka, Chika yang kini tengah duduk di sofa menoleh dan tersenyum pada kekasih nya itu.
"Bagaimana?" Tanya Chika.
"Semua kondisinya bagus, tapi dia masih belum bisa banyak bicara, aku bersyukur banget akhir nya dia bangun sayang"
"Kamu keliatan nya peduli banget sama orang itu"
"Selain karena rasa bersalah aku, aku nemuin sebuah gelang dengan ada dua inisial nama di sana aku yakin itu inisial nama nya dan juga orang yang berarti di hidup dia, aku ga tega Chika, aku ga bisa bayangin gimana sedihnya orang itu karena kehilangan dia"
