Praaaanggg...
"Ya ampun Zee, diem disitu! Aku ambil sapu dulu" teriak Christy yang sedikit panik karena Zee tak sengaja memecahkan gelas hingga serpihan nya berserakan di lantai.
Suara yang kencang juga teriakan Christy tadi membuat Marsha dan Adel langsung datang menghampiri mereka.
"Ada apaan woy?" Tanya Adel dan Zee hanya menoleh padanya dengan tatapan kosong.
Zee bahkan tak bergerak sedikitpun sampai akhirnya Christy berhasil membersihkan serpihan gelas tadi."Kamu baik-baik aja?" Tanya Marsha, sikap Zee kali ini membuat Marsha khawatir.
Zee mengangguk tapi memilih untuk pergi begitu saja.
"Dia kenapa sekarang sering ngelamun sih, jadi khawatir gue, apa gara-gara kejadian di sekolah ya" ucap Adel.
"Sekolah? Zee kenapa?" Tanya Christy
"Satu sekolah tau kalau Zee itu anak Bu Shani dan parah nya gosip yang beredar itu lebih menyudutkan Zee" jawab Marsha
Christy terdiam, ia tau seperti apa tatapan Zee saat menatap Shani dulu, Zee selalu menatap hangat sosok Shani, jelas Zee terlihat mengharapkan Shani sebagai ibunya tapi terhalang kenyataan yang membuat Zee membenci masa lalu nya
Marsha pergi menyusul Zee yang kini tengah memejamkan matanya sambil bersandar di atas tumpukan bantal di kasur nya.
Zee membuka matanya saat merasakan pergerakan di ranjang nya karena Marsha yang duduk si samping nya.
"Mikirin apa? Hm..?"
"Engga Sha..aku cuma kecapean"
Sepintar apapun Zee berakting tetap Marsha bisa melihat kebohongan dari sorot matanya.
"Aku ikut tidur disitu boleh?" Tunjuk Marsha dan tentu Zee langsung mengangguk.
Marsha naik, ia berbaring di samping Zee, menyandarkan kepalanya di bahu Zee.
"Makasih ya" ucap Marsha, terdengar tulus walaupun Zee tak melihat wajahnya secara langsung
"Buat apa?"
"Sini tangan nya"
Marsha menautkan jemari nya dengan jemari Zee, seolah ingin menyalurkan apa yang sedang ia rasakan saat ini.
"Kata orang sebelum kita lahir, malaikat udah tanya berpuluh puluh kali apakah kita ingin hidup dan aku pernah menyesal kenapa aku mau saat itu" Marsha sedikit tertawa tapi sama sekali tak terdengar lucu di telinga Zee melainkan tawa getir yang Zee tau jika Marsha sedang mencoba menahan tangis nya.
"Aku selalu merasa aku cuma jadi masalah jika aku hidup, papa bilang akan selalu ada bintang untuk aku tapi nyatanya aku selalu kesepian, sebelum akhir nya kamu datang"
Marsha sedikit mengangkat kepalanya untuk menoleh pada Zee yang masih terus memperhatikan nya. Marsha tersenyum, ia menyatukan kening nya dengan kening Zee yang kini tengah terpejam merasakan sentuhan halus ibu jari Marsha di pipinya. Rasa lelah dan sedih nya selalu terobati dengan cara seperti ini.
"Ga ada yang salah dari kamu Zee..
selama ini aku sadar jika Tuhan ga pernah asal memilih lewat mana kita di takdirkan hidup, Tuhan selalu tau cara terbaik untuk kita walaupun itu bukan cara yang kita mau"Marsha memejamkan matanya kuat-kuat, ia merasa sesak saat ini, selama ini ia yang berfikir kesedihan nya paling menyakitkan seolah tertampar dengan semua kesedihan yang Zee rasakan yang mungkin lebih berat dari apa yang selama ini ia rasakan.
"Tante Shani sakit keras" akhir nya kalimat itu keluar dari mulut Marsha.
Zee membuka matanya, ia bergerak sedikit memberi jarak dengan kekasihnya itu. Tatapan nya seolah menuntut Marsha untuk menjelaskan lebih jelas ucapan nya itu.