22

2.4K 274 11
                                    

Setelahnya aku ingin berhenti.. dengan kamu

Marsha mengusap kasar wajahnya, di hadapan nya kini tengah terbaring Zee dengan kompresan di kening nya.
Kata-kata terakhir Zee sebelum ia terlelap tidur membuat Marsha tak tenang.

Marsha tak mau ambil pusing, ia bergegas ke dapur untuk sekedar memasak bubur, menurutnya saat ini kondisi Zee lebih penting dari apapun.

Langkah Marsha
terhenti ketika melihat kamar mendiang Ayah Zee yang terbuka dengan lampu menyala, niat hati ingin menutup pintunya tapi rupanya matanya fokus melihat banyak benda berserakan di lantai.

Marsha mendekatinya, mengambil satu persatu benda di lantai untuk membereskan nya tapi rupanya ia cepat paham, respon mya nyaris sama dengan respon Zee bedanya Marsha bisa dengan cepat mengendalikan dirinya.

Marsha mencengkram erat kotak itu, ia paham kini apa yang terjadi pada Zee.

"Uhuk... "

Terdengar suara Zee yang batuk membuat Marsha langsung bergegas menghampirinya.

Zee  sudah duduk bersandar di kepala ranjang dan Marsha langsung memberikan segelas air untuk nya.

"Makasih" ucap Zee.

Marsha hanya diam memperhatikan Zee dengan kondisi yang berantakan, bukan seperti Zee yang biasa selalu rapi dan terlihat berseri.

"Sha.. aku mau ngomong sesuatu" ucap Zee setelah menaruh gelas tadi di atas nakas.

"Apapun itu kalau kamu rasa bisa menyakiti perasaan ku, tolong jangan di ucapkan" Marsha tersenyum kecut, sementara tangan nya sejak tadi hanya merapikan rambut Zee dengan lembut.

Zee menghela nafas nya dan diam.

"Kamu ga sendirian... ada aku" ucapan Marsha membuat Zee menoleh dan kembali menatap kearah nya.

"Jadi dewasa itu sulit ya, kenapa bisa aku dulu pengen banget cepet dewasa, padahal dewasa itu seburuk ini" Zee tertawa sarkas sementara Marsha masih diam memperhatikan Zee tanpa lengah.

Zee mengusap kasar air matanya yang keluar begitu saja. Marsha menarik lembut tangan Zee, membiarkan Zee bersandar di pelukan nya.

"Kembalikan Zee yang dulu aku kenal, kesayangan aku ga kayak gini" bisik Marsha dan justru membuat Zee kembali menangis, mencengkram erat Bahu Marsha.
Marsha hanya bisa memejamkan matanya menahan sesak melihat betapa rapuh nya sosok yang selalu terlihat hebat di hadapan orang lain.

****

Tak...tak..

Gracia mengetuk jemarinya diatas meja kaca tempat ia bekerja. Dihadapan nya terdapat sebuah map coklat dan beberapa data dari orang yang sangat di kenal nya.

"Kenapa banyak hal ganjal ya" gumam Gracia.

Pintu ruang kerjanya terdengar di ketuk, membuat fokus Gracia teralihkan.

"Masuk" ucap nya.

Munculah seorang wanita berambut panjang dengan stelan baju serba hitam. Gracia tersenyum dan berdiri menyambut nya.

"Jinan.. waaahh akhirnya kamu datang juga" ucap Gracia seraya memeluk sosok yang di kenal nya itu.

"Seneng banget ketemu kamu lagi Gre, aku kira kamu udah mati"

Gracia tertawa dan merangkul Jinan untuk duduk di sofa.

"Gila aja, oh ya sebentar" Gracia kembali berdiri dan mengambil dua minuman kaleng untuk nya dan Jinan.

"Jadi kamu udah liat berkas yang aku kirim?" Tanya Jinan.

Gracia mengangguk, tangan nya membuka dua minum kaleng itu agar Jinan tak repot lagi membukanya, Gracia meminum nya duluan dan sedikit mengernyit merasakan soda yang kuat di tenggorokan nya.

AludraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang