Tak..
Zee menyimpan sepiring nasi goreng di meja belajar nya di belakang nya ada Marsha yang duduk di pinggir ranjang sambil terus menunduk.
Viny sudah menceritakan semuanya, itu juga yang membuat Zee membawa Marsha pulang ke rumah nya.
Zee keluar, Marsha hanya menatap nanar punggung Zee yang perlahan menghilang.
"Hhhh..." helaan nafas lolos begitu saja
Marsha berdiri lalu duduk di kursi depan meja belajar Zee, melahap nasi goreng panas yang terlihat menggiurkan tapi terasa hambar karena perasaan nya yang tak karuan.
Semenjak pulang Zee belum bicara sepatah kata pun padanya, ia paham Zee pasti berfikir buruk tentang nya juga Adel.
Ting..
Marsha menoleh kearah handphon nya, tampak pesan dari Adel tertera disana
Lo baik-baik aja?
Marsha sama sekali tak menghiraukan nya, bahkan malas rasanya menyentuh handphone nya saja.
Zee duduk termenung di depan tv yang menyala, matanya memang melihat layar tapi otak Zee sama sekali tak fokus pada itu.
Suara pintu kamar Zee terdengar, Marsha keluar dengan piring kosong nya.
"Kamu ga makan?" Tanya Marsha yang masih melihat sebungkus nasi goreng di atas meja makan.
Zee tak menggubris nya, menjawab pun tidak seolah tuli akan suara Marsha.
Marsha kembali menghela nafas nya, ia memberanikan diri untuk menghampiri Zee dan duduk di sebelahnya.
"Boleh aku jelasin semuanya" pinta Marsha, sejujurnya ia takut dengan sikap Zee saat ini.
"Apapun yang kamu lakuin itu hak kamu" akhirnya Zee bersuara tapi sangat terasa dingin di dengar Marsha.
"Tapi kamu salah paham Zee" sanggah Marsha. Zee kembali diam seperti tidak memperdulikan orang di samping nya itu.
"Aku ketemu Adel malam itu, dia pun sama keluar dengan masalahnya sendiri, dan kita berdua ga bisa pulang, akhir nya kita sewa hotel, tapi sumpah Zee aku sama Adel ga ngapa-ngapain" jelas Marsha. Zee masih bungkam tak menanggapi penjelasan Marsha sama sekali.
"Zee.. " Marsha merengek sambil menggoyangkan lengan Zee, hal yang biasanya hanya ia keluarkan pada Viny dan Zee lah orang kedua yang mampu membuat sisi lain nya terlihat.
"Aku bukan siapa-siapa kamu, buat apa kamu repot jelasin banyak hal, ga ada sedikitpun wewenang aku di kehidupan kamu"
Marsha menggembungkan kedua pipinya, menurutnya Zee sangat aneh, ucapan dan sikap nya sangat bertolak belakang.
"Terus kenapa kamu marah?" Tanya Marsha
"Aku ga marah" sanggah Zee
"Terus kenapa diemin aku?"
"Aku cuma.. eng.."
"Apa? Hm?"
"Ga!" Zee kembali membuang muka dan beralih kembali menatap layar televisi.
Marsha menyentuh pipi Zee mengarahkan kepala Zee untuk kembali menatap nya.
"Aku tau kamu khawatir, maaf ya"
Nafas Zee sedikit tertahan, ada aliran listrik yang terasa menjalar di perutnya mendengar suara Marsha yang lembut sambil merasakan sentuhan jempol Marsha yang mengelus lembut pipinya.
"Marsha udah" Zee menepis halus tangan Marsha, ia pun menggeser tubuhnya agar tak terlalu dekat dengan Marsha.
"Kenapa?" Marsha bertanya dengan polosnya.
