"dari mana kamu?"
Marsha menghentikan langkahnya saat menaiki tangga, ia tau siapa yang berbicara tapi enggan untuk menanggapinya.
"Berhenti mama bilang! Di sekolahin, di didik yang bener, ini hasil nya?"
Marsha berbalik menatap jengah sosok wanita di hadapan nya.
"Di didik? Siapa yang didik aku?"
"Marsha!!"
Teriakan itu terasa menggelegar sampai Viny yang ada di dapur bersama ibunya langsung diam, Viny selalu khawatir jika Marsha dan ibunya sedang bertengkar.
"Apa! Kapan mama didik aku? Di otak mama cuma uang, jabatan, kehormatan, iya kan? Keserakahan mama udah buat papa pergi! Aku ga butuh apapun dari mama, aku cuma butuh papa disini!"
"Kamu ga tau apa-apa Marsha, selama kamu tinggal disini kamu harus patuhi setiap aturan yang saya buat di rumah ini!"
"Aku ga mau!'
"Kalau gitu kamu pergi dari sini! Jangan bawa fasilitas apapun yang udah saya kasih!, udah cukup kesabaran saya sama anak ga tau di untung seperti kamu!"
Viny tersentak, ketakutan nya selama ini terjadi.
"Jangan ikut campur, biarin aja" ucap Mbok Darmi yang sengaja menahan Viny yang terlihat hendak pergi.
"Tapi bu Marsha.." mata Viny sudah berkaca - kaca, bagaimana pun ia sangat menyayangi Marsha, apa yang bisa dilakukan anak berumur 16 tahun sendirian di luar sana.
"Oke! Ini yang aku tunggu" Marsha turun dan pergi begitu saja, tidak membawa apapun, hanya pakaian yang melekat di tubuhnya.
***
Papa mau kemana?
Papa ga bisa disini lagi
Tapi mau kemana? Marsha ikut pah
Ga bisa nak, Marsha sama mama ya, nurut sama Mama, tetep jadi anak yang pinter, anak yang baik, papa sayang sama Marsha
Setetes air mata jatuh begitu saja dari kedua bola mata Marsha. Pandangan nya masih menatap lurus jalan raya yang berada di bawahnya, saat ini Marsha sedang berdiri menyandarkan tubuhnya pada pembatas jembatan.
Angin malam yang cukup kencang ia biarkan menerpa rambut panjang nya begitu saja."Lo ga berfikir buat bunuh diri kan?"
Marsha menoleh, sosok perempuan berambut pendek baru saja keluar dari mobil nya, di tangan nya terlihat menggenggam pods berwarna silver yang sesekali ia sesap hingga memunculkan kepulan asap yang cukup banyak dari mulutnya.
"Gue bukan orang bego" ucap Marsha.
Wanita itu mengangguk lalu berdiri di samping Marsha, menatap ke bawah jalanan yang tak terlalu ramai itu.
"Iya sih, jarak dari sini kebawah juga ga begitu jauh, bego sih kalau mau bunuh diri disini, paling juga patah tulang atau parah nya cuma sampai koma doang"
"Berisik" timpal Marsha yang sepertinya cukup terganggu oleh orang asing ini.
"Hahaha... gue Adel" wanita tadi mengulurkan tangan nya, tapi Marsha hanya menatap nya saja.
"Oke..oke.." Adel menarik kembali tangan nya.
"Lo cantik" puji Adel tentu siapapun akan sependapat dengan nya ketika melihat Marsha.
"Makasih" ucap Marsha sekenanya.
"Lo ga takut di culik malam-malam gini di luar?"
"Satu-satunya orang yang gue curigai itu lo"