Prologue

82.3K 3.6K 39
                                    

"Weh, siapa nih?"

Ocehan itu terdengar memenuhi kantor darurat yang berada di tengah-tengah lahan kosong.

Sebuah lahan yang rencananya akan dibangun sebuah gedung apartemen di salah satu kawasan di Semarang.

Laki-laki dengan rambut cepak itu tersenyum, duduk santai di samping seorang perempuan yang baru saja masuk.

"Bukan main, pantesan bulan lalu nggak ambil extra off duty, taunya off seminggu penuh," ucapnya tersenyum lebar menatap perempuan yang sudah menatapnya dengan tatapan galak, "jangan lupa oleh-olehnya ya, Ndhis."

Shanaya Gendhis Anjana, perempuan itu tersenyum lebar membalas godaan beberapa rekan kerjanya. Mereka yang terkejut setelah mendengar berita jika seorang Gendhis akan cuti sepanjang minggu depan.

Merapikan rambutnya, Gendhis hanya mampu tersenyum, "heboh banget, gimana kalau aku cuti nikah deh?" elaknya dengan kepala bergeleng heran.

Kalimat itu berhasil membuat empat orang laki-laki disana menatap Gendhis dengan tatapan terkejut, "kalau mau cuti nikah, minta selapan juga langsung ditandatangani sama Mas Feri, iya kan Mas Fer?" balas laki-laki seumuran Gendhis.

Yang disebut namanya hanya mampu tersenyum, "jangan selapan* juga, dua minggu, langsung aku approve tanpa protes," sahut Feri tertawa setelahnya.

Gelengan Gendhis keluar sebagai jawaban atas lawakan kedua seniornya di proyek itu, "ya makanya toh, sering-sering aku dikasih libur, biar bisa jalan-jalan siapa tau sekalian jodoh, dapet bonus suami," elaknya yang langsung dibalas Feri dengan jitakan.

Tak hanya jitakan dari Feri, Ipang yang ada di sampingnya bahkan langsung mengapit lehernya, "kekerasan dalam proyek ya ini," ucap Gendhis memukul lengan Ipang yang ada di depan lehernya.

"Cari suami, Ndhis, biar kamu nggak harus panas-panasan terus," ucap Dika yang sedari tadi hanya menjadi penikmat tingkah ketiga orang disana.

Gendis lagi-lagi kembali merapikan rambutnya yang berantakan, "kan masak di dapur tuh juga panas, Mas Di," ucapnya yang langsung membuat Dika melengos.

Feri kali ini menyentil kening Gendhis, "cah iki nek dikandani, ono wae alesane (anak ini kalo dikasih tau, ada aja alasannya)," gerutunya gemas. Yang langsung membuat Gendhis tertawa puas.

Sudah hampir tiga tahun keempatnya bekerja sebagai satu tim dalam hampir tiga proyek pembangunan. Sebuah keadaan dimana Gendhis juga sudah terbiasa dengan ketiga laki-laki yang sudah ia anggap sebagai Mas.

Dipertemukan secara tidak sengaja ketika dirinya magang saat kuliah dulu, Gendhis berhasil menjadi rekan kerja para laki-laki disana. Bukan hanya Feri, Dika, dan Adi. Tapi, hampir semua tim lapangan juga cukup familiar dengan perempuan berdarah Jogja itu.

Shanaya Gendhis Anjana, namanya memiliki arti sosok manis yang kehadirannya diberkati oleh Tuhan. Sebuah doa indah yang diberikan Wisnu Anjana dan Mike Anjana untuk anak bungsu mereka.

Tapi, siapa sangka si perempuan manis itu memilih jalan hidup yang cukup mengejutkan. Memilih menjadi arsitek yang sebagian besar bekerja bersama laki-laki dan seringkali berada di lapangan penuh debu.

"Mbak Gendhis, ditunggu Mas Widodo di depan."

Panggilan itu berhasil mengakhiri guyonan keempat orang disana, membuat Gendhis langsung membawa MacBook Pro miliknya, "semua design, udah aku handover ke timku, kalau ada apa-apa langsung info aja ya, Bapak-bapak semua," ucapnya sebelum meninggalkan meja besar itu.

Tak sampai tiga puluh detik melewati pintu kaca disana, Gendhis kembali menyumbulkan kepalanya dengan senyuman usil.

"Nanti, aku bawain bakpia pathok sekalian plang Malioboronya."

🌿

Selapan : siklus hitungan hari dalam budaya Jawa. Selapan berarti 35 hari.

-

Selamat datang semuanya 🫶🏼
Apa kabar kalian semua?
Semoga hari-hari kalian selalu baik, yaaa!!

Cukup menyebalkan memang karena tiba-tiba publish cerita baru dan unpublish cerita yang belum usai.
Percayalah, isi kepalaku memang lagi banyak ragunya.

Tapi, selamat datang kembali bersama Wind Day disini, bersama sebuah cerita yang baru.

Semoga kalian akan menemani perjalanan Gendhis melewati stasiun kehidupannya, yaaa!

ps : semoga aku kembali rajin seperti beberapa bulan lalu ya.

With Love,

Wind Day

The StationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang