41. At Your Call

25.3K 2.5K 96
                                        

"This isn't the average structure, Mas Roland. I think it'd be hard to implement... I'll send you the details of the floor-plann and additional materials,"

Suara Gendhis mengisi koordinasi dadakan siang ini, sebuah koordinasi mendadak karena adanya miss understanding antara tim lapangan dan tim pengembang.

Mengetukan ujung ballpoint ke atas meja, kedua sudut bibir Gendhis terangkat naik ketika semua orang di meja itu mengangguk dengan penjelasan Gendhis.

"Ok, sementara dari saya cukup... oh-satu lagi, remember that we can't only consider with the ratio. Last, don't forget to go survey the site next week," lanjut Gendhis mengingatkan timnya. "Let's end this emergency coordinate, silahkan kembali bekerja teman-teman," tutup Gendhis dengan senyum tipis.

Perempuan tu segera berdiri, tak lupa membawa tumbler merah muda miliknya. Jangan lupakan, iPad yang dirinya apit.

"Gila, makin menyala sekali Gendhis kita ini,"

Suara itu berhasil membuat Gendhis yang sibuk menyesap matcha latte itu memalingkan wajahnya. Perempuan itu melirik sekilas ke arah Andung dan Feri yang berjalan di sebelah kirinya.

Bukan hanya Andung dan Feri yang terus menggodanya, sejak pertama tersebarnya berita Gendhis yang melakukan lamaran, ditambah timnya yang kebetulan ikut hadir pada acara kemarin.

Ya, Gendhis menjadi bulan-bulanan timnya karena acara mendadak kemarin. Bahkan hampir seluruh anak di kantor mengetahui status baru Gendhis sekarang ini.

Andung bahkan langsung menaikan satu alisnya. "Kalau habis lamaran memang buat orang semangat banget ngejar setoran kah, Mas Fer?" sindir Andung pura-pura menoleh pada Feri disana.

Feri hanya mampu mendengus, "kalau yang lamaran namanya Gendhis sih harusnya nggak ada acara kejar setoran, Ndung," balas Feri tertawa pelan.

Dengusan Gendhis terdengar disana, langkahnya bahkan terhenti di depan pintu ruang kerjanya. "Ya gimana ya, kan sebelum memasuki masa-masa jadi trophy wife... I need to enjoy the life of independent woman as much as I can, bro," sahut Gendhis dengan santai.

Tawa dua laki-laki itu pecah seketika, keduanya bahkan menatap Gendhis dengan tatapan tak percaya. "Memangnya beneran pensiun dini, Ndhis?" tanya Feri penasaran.

Gerakan Gendhis yang akan membuka pintu kembali terjeda. "Nggaklah, cuma emang ngurangin kerjaan aja," jelasnya dengan wajah santai. "Masku nggak sekaku itu," lanjutnya dengan sedikit rasa bangganya.

Keduanya mengangguk bersamaan, mengerti dengan balasan yang Gendhis berikan. "Ok, goodluck... lancar-lancar buat persiapannya," ucap Feri sebelum menarik lengan Andung untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Ya, beberapa rekan kerja Gendhis memang sudah mengetahui tentang acara pertunangan perempuan itu dua bulan lalu. Dan jangan tanyakan berapa banyak mereka menggoda Gendhis setelah acara tersebut.

Gendhis sama sekali tidak menyembunyikan status barunya sekarang, namun perempuan itu tidak juga mengumbar apapun termasuk tentang siapa calon suaminya.

Sebuah pesan masuk bersamaan ketika dirinya membuka aplikasi hijau miliknya. Sebuah pesan yang dikirimkan oleh Ibu berada di bagian atas chats miliknya.

Ibu Martha
Besok minggu Ibu jemput Mbak Gendhis di Semarang, ya? nanti kita ke Surabayanya bareng-bareng dari Semarang

Gendhis membaca pesan itu perlahan, merasakan bagaimana excitednya Ibu untuk rencana perginya mereka berdua minggu depan.

Minggu lalu Ibu mengirimkan pesan langsung kepada Bunda. Ibu meminta izin untuk mengajak Gendhis menghadiri salah satu acara sosial di Surabaya. Ibu bahkan sampai melakukan panggilan video dengan Bunda untuk meminta izin.

The StationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang