Riga meletakkan dua cup berisi kopi dari salah satu gerai langganannya di atas meja.
Gerakan normal yang langsung membuat Treya maupun Gyan tak henti mengikutinya. Layaknya seorang mata-mata, keduanya terus mengamati pergerakan Riga di dalam deluxe guest room itu.
Tadi setelah pertemuan tidak sengaja mereka dengan Gendhis, akhirnya Riga memperkenalkan perempuan yang lebih muda tiga tahun darinya itu kepada kedua temannya.
Sebuah perkenalan yang berhasil membuat Riga menerima kunjungan-yang lebih seperti sebuah penyelidikan-dadakan dari Gyan dan Treya.
"Jadi, sejak kapan?" tanya Gyan lebih dulu. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya dengan santai ke sofa besar yang dirinya tempati.
Riga mengangguk pelan, sedikit berpikir tentang sesuatu. "Tiga bulan? entahlah," balas Riga setelah bergumam pelan. Laki-laki itu juga dengan santai menikmati kopi miliknya.
Treya menatap Riga dengan sebuah tatapan serius. Dengan satu tangan menyangga kepala, laki-laki itu seolah siap untuk mengorek informasi dari teman baiknya. "Mas Sekha tau?" selidiknya yang masih belum percaya.
Kepala Riga kembali mengangguk, "aku bahkan langsung minta izin ke Mas Sekha," balas Riga terdengar sangat tenang. "Terlalu cepat memang, tapi rasanya Gendhis terasa seperti seseorang yang sudah bertahun-tahun aku kenal dengan baik," lanjut Riga perlahan.
Hampir dua tahun baik Gyan maupun Treya tidak pernah mendengar hal semacam ini dari Riga. Setelah dua tahun akhirnya Riga membicarakan tentang seorang perempuan kepada mereka.
Sebenarnya, Gendhis bukan perempuan pertama yang menjalin hubungan dengan Riga setelah berakhirnya hubungan antara dirinya dengan mantan kekasihnya dua tahun lalu.
Auriga sempat dekat dengan dua perempuan, salah satunya adalah keponakan dari politisi senior yang juga menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dan lucunya, baik Gyan maupun Treya selalu tahu kedekatan teman mereka itu dari berita yang bersebaran di media sosial maupun berita gosip.
Dari sini keduanya yakin jika Gendhis adalah seseorang yang berbeda. Hubungan Riga bukan lagi sebatas gosip seperti sebelumnya. Karena sampai saat ini, tidak ada gosip apapun tengang Gusti Riga yang dekat dengan seorang perempuan, itu berarti Riga sangat serius dengan hubungannya.
Kepala Gyan mengangguk, "kali ini serius kan, Ga?" tanyanya memastikan. Laki-laki itu bahkan mulai terlihat lebih santai dari sebelumnya.
"Harusnya sih serius," sahut Treya dengan cepat. Laki-laki itu juga sempat memainkan minuman di tangannya. "Apalagi kalau dilihat dari tingkah si Riga," lanjutnya melirik ke arah Riga yang bersandar dengan tenang di single sofa.
Yang sedang di cecar hanya mampu mengangguk. Selain sebagai jawaban, anggukan itu juga berarti dengan sebuah persetujuan dengan komentar kedua temannya.
"Terlepas dari Mas Sekha, gue akui kalau Gendhis punya sesuatu yang berhasil buat gue mau tahu banyak tentang dia," jelas Riga dengan mata yang berbinar. Laki-laki itu benar-benar mengagumi cara Gendhis berkomunikasi dengannya sejauh ini.
"Gendhis cantik, like she life in her best life, no one will doubt how lovely the younger child of Wisnu Anjana," puji Gyan pada perempuan yang satu jam lalu ia temui. "Mungkin kali ini, lo yang beruntung buat ketemu Gendhis," lanjutnya sebelum tertawa.
Tak hanya Gyan, Treya juga ikut terbahak menatap wajah Riga yang tiba-tiba berubah masam. "Gue pikir, kalau lepasin Gendhis gitu aja malah lo-nya yang nggak akan move on," ucap Treya dengan wajah mengejek.
"Kalau sampai ada berita tentang kalian kesebar, ini akan jadi berita yang berhasil menutup rapat berita seorang Auriga Suma naik sebagai Wamen Parekraf," sahut Gyan dengan tawa yang mulai mereda.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Station
RomanceBagi Gendhis stasiun bukan hanya sekedar tempat untuk menunggu rentetan gerbong besi yang akan mengantarkannya. Stasiun menjadi tempat untuknya menuju sebuah rasa yang menjadi obat. Stasiun bukan hanya tentang kereta untuk Auriga. Stasiun menjadi se...