Question of the day: chicklit atau marriage life?Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
"Obyn, Gue nggak sanggup bayar jatah kost-kostan lo lagi."
Aku sudah memperkirakan akan mendengar kalimat ini sejak enam bulan bulan lalu. Aku harus memberikan kredit untuk Rowen yang bersabar denganku yang harus menanggung seluruh biaya hidup kami setelah aku lulus kuliah dan orang tua kami berhenti membiayai kehidupanku.
"Papa dan Mama hanya bisa bayar sampai kamu S2, setelah itu kamu harus hidup sendiri. Kami mau jalan-jalan," kata Mama di hari kelulusanku dan besoknya mereka sudah berpelesir ke luar negeri dengan kapal pesiar setelah memblokir akses kami ke dalam rumah. Dalam artian, mereka mengganti seluruh kunci rumah. Kami baru tahu saat mencoba datang dan kunci yang kami gunakan tidak ada yang berguna.
"Gue juga coba cari kerja, tapi setelah pandemi gini susah banget."
Aku merebahkan diri di ranjang kami. Untuk ukuran kost-kostan, tempat yang kami tinggali lebih mirip seperti apartemen studio. Dekat pintu masuk ada dapur kecil untuk memasak dan mencuci piring. Di seberangnya ada kamar mandi yang cukup besar dan bisa untuk menjemur pakaian dalam, untuk pakaian lain dicucikan oleh penjaga kost karena sudah termasuk dalam paketnya.
Berjalan sekitar lima langkah, kamu akan mendapati queen bed dengan dua jendela besar di belakangnya. Untuk mendapatkan dua jendela sebagai penerangan dan supaya kamar kami mendapat udara segar, kami harus menambah beberapa ratus ribu. Ada satu lemari besar yang tidak cukup untuk baju kami berdua, jadi sebagai orang yang menumpang aku harus tahu diri, akhirnya aku membeli lemari kain untuk pakaianku.
Ada kaca seukuran tubuh di seberang ranjang, berdampingan dengan meja kerja dan juga TV.
Ukuran yang besar sehingga kami dapat menaruh tempat tidur tambahan lagi di lantai. Ada fasilitas seperti rooftop, dapur bersama dengan kulkas dua pintu dengan kursi dan meja seperti di café-café. Air mineral pun tinggal ambil saja. Kamar kostan dibersihkan seminggu sekali juga. Jadi tinggal berdua di tempat ini tidak buruk sama sekali.
Downside dari kostan kami hanya harganya yang menguras kantong jika hanya dibayar oleh satu orang saja. Harganya sedikit lebih banyak dari setengah UMR di ibu kota.
"Cobain aja kerjaan gue. Sumpah ini nggak seburuk yang ada di kepala lo." Rowen duduk di sebelah kepalaku.
"Gue nggak pernah bilang kerjaan lo buruk," elakku. Tapi aku tidak berani menatap matanya. Kalau mata adalah jendela dunia, mataku adalah jendela untuk Rowen yang terlalu pandai membaca reaksiku.
"Kita ada di perut nyokap sembilan bulan barengan. Lo nggak bisa bohong sama gue. Lagian juga, lo kalau nggak suka tuh punya kebiasaan kayak nge-hang beberapa menit baru kasih komentar yang terlalu netral."
Gah. Rowen benar. Aku akan berpikir apa yang tidak menyakiti perasaan orang lain berulang kali dan jawaban netral selalu menjadi jalan keluar yang terbaik. Kamu tidak mendukung, juga tidak mengatakan hal jelek. Safe.
Namun, karena aku tidak bisa berbohong kepada kembaranku ini, jadi aku menanyakan satu pertanyaan yang bercokol did alam kepala selama ini. "Emang nggak ada tarif buat plus plus atau happy ending gitu?"
"Enggak ada. Love 404 pure buat dating app sama penyedia jasa rent-a-date doang buat acara-acara. One date rule jadi peraturan yang nggak bisa dilanggar. Ini buat ngejaga supaya tetap profesional dan nggak ada kejadian yang nggak diinginkan yang bikin jelek nama perusahaan. Kalau klien juga mulai menjurus atau malah sudah melewati perjanjian di awal yaitu no physical contact, lo tingal pencet tombol X di aplikasi dan kencan bisa berakhir sebelum waktunya selesai."
Aku mendengarkan dengan saksama. Tapi yang paling membuatku berminat adalah kalimat setelah ini dan mataku otomatis menjadi lambang Rupiah dan suara kaching berdengung di telinga.
"Fee yang lo dapat tiap kencan dua jam 500.000-800.00. Tergantung dari klien pesan untuk acara apa. Itu bersih. MUA dan lain-lain kalau diperlukan disediakan sama perusahaan. Lo kencan dua sampai tiga kali, udah bisa bayar kostan. Kalau lo dapat klien yang background-nya VIP dan VVIP, bisa lebih dari itu. Jutaan."
Rowen lalu menjelaskan pembagian kelas klien di tempatnya bekerja. Yang paling tinggi diisi oleh kalangan konglomerat tujuh turunan yang mau mencari jodoh dengan bibit bebet bobot yang setara dengan mereka. Begitu juga dengan penyediaan pasangan kencan, mereka memiliki kriteria tersendiri mau yang seperti apa agar tidak malu dibawa ke acara tertentu. Di bawah ada VIP, diisi oleh OKB. Orang Kaya Baru yang lebih rewel ketimbang para VVIP dan selalu tampil maksimal dengan high brand di sekujur tubuh. Klien biasa adalah para pekerja kantoran dengan level tertentu yang tidak akan mengeluh untuk mengeluarkan uang sedikit untuk gandengan di kondangan. Definitelybukan untuk kaum mendang mending.
Aku membuka website LOVE 404, tapi tidak menemukan cara mendaftar. "Daftarnya gimana?"
Di sana pakai program referral. Kalau nggak ada member yang lo nggak kenal, lo nggak bisa masuk. Berlaku juga buat kerja di sana. Send me your CV. Tweak it to make sure you fit into service area."
Aku langsung melakukan perintah Rowen dan CV-ku sudah berada di dalam emailnya tidak sampai lima menit. Enam bulan menganggur membuatku mempunya banyak copy CV untuk berbagai macam pekerjaan yang aku lamar. Termasuk cover letter-nya.
Jari lentik Rowen berhenti menari di atas layar ponselnya. "On second thought, lo gantiin gue kerja aja weekend ini gimana?"
Aku menaikkan satu alisku tinggi.
"Jadi, gue ada kencan sabtu ini. Buat ke kondangan. Fee yang lo dapat a million-ish I think. A VIP. Semuanya buat lo. Gue keburu ada janji sama temen gue buat keluar kota. Gue juga nggak mau ambil risiko kasih rekomendasi lo, keterima di sana, terus lo keluar waktu dapat kerjaan yang lo mau. Hitung-hitung ini kayak percobaan aja. Lo kalau nggak suka, nggak usah daftar. Gue terima fee-nya buat biaya kostan bulan ini."
Aku menggigit bibir. Tidak yakin untuk mengambil pekerjaan ini, tapi tawaran uang mudah untuk waktu dua jam saja membuat air liurku menderas. Tapi masih ada ragu yang tersisa di akal sehatku. "Lo yakin? Kalau gue bikin nama lo jadi jelek nanti gimana?"
"Tinggal gue kick lo dari sini," jawab kembaranku itu seenteng kapas, "itu pekerjaan gue satu-satunya sekarang. Lo pikir kalau gue diberhentiin kontraknya dari sana, kita bisa bayar kostan ini lagi? Duit jatah kuliah S2 gue juga nggak sebanyak itu lagi sisanya. Lo tahu sendiri gue dan perencanaan keuangan itu musuhan."
Aku mendelik. Uang yang Rowen dapatkan atas asas keadilan dari orang tuaku karena dia tidak melanjutkan kuliah, seutuhnya masuk ke tabungan Rowen. Dia bebas menggunakannya untuk apa pun. Jadi, sementara aku menghabiskannya untuk biaya kuliah, dia menghabiskannya untuk membeli barang-barang high brand yang tidak aku miliki sama sekali. Perbedaan lemari kami bagaikan surga dan neraka. Miliknya penuh dengan gemerlap duniawi, sedangkan aku penuh dengan kesuramannya.
"Gue nggak ngerasa lo punya opsi lain. Lo nggak bayar kostan juga tetap gue kick."
Sisa raguku terempas ke dasar bumi mendengar kalimat ancaman yang dilontarkan oleh kembaranku sendiri.
2/10/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...