Question of the day: Pembaca di sini usianya di atas 18 atau di bawah? Ini penting untuk tentuin rating cerita ini wkwk
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG & Twitter & Tiktok @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
"Pak, Bapak sadar kan kalau family day itu bawa anak?" Aku adu tatap dengan Roro yang talinya tengah aku pegang dan lidahnya menjulur. Collar berwarna pink dengan bandul tulang yang bertuliskan namanya aku curigai dari emas asli dan ada batu yang memantulkan cahaya di sekitarnya yang aku curigai berlian asli dari kilaunya.
Aku sedang mempertimbangkan apakah mencuri emas dan berlian dari anjing adalah hal yang buruk atau itu bisa dijustifikasi karena anjing ini tidak memerlukannya? Dia hidup lebih baik dariku dari segala sisi. Tempat tidurnya saja, yang ada di samping meja Harsa, jauh lebih empuk dan lembut dibanding kursi kerjaku. Bulu Roro yang berwarna hitam dan putih berkilau dan lembut di sela-sela jariku. Dia sangat cantik dan terawat.
This dog is called me poor in a million different languages.
"Roro udah seperti anak buat saya."
"Huh, pantes perilakunya mirip," gumamku. Roro selalu menggeram ketika melihatku, meski dia tidak menggigit. Iya, ini bukan kali pertama Roro datang ke acara family day yang kantor ini adakan setiap bulan. Saat orang-orang membawa anak mereka, Harsa justru membawa anjingnya.
"Kamu bilang apa?"
"Apa?" Aku mengerjapkan mataku sok polos.
Harsa menutup matanya dan membuang napas ke langit-langit. "Bebek, jangan bikin saya pusing pagi-pagi. Saya baru sampai kantor dan kopi aja belum saya minum satu teguk."
"Jadi saya balik ke Bebek lagi? Ini berarti saya sudah dimaafkan dan Bapak nggak ngambek lagi?"
"Bebek," Harsa mengucapkannya lamat-lamat, "saya nggak ngambek."
"Sampai kemarin saya masih dipanggil Robyn." Ini empat hari setelah aku memberitahukan rencanaku kepada Harsa dan baru pagi ini dia memanggilku Bebek lagi. "Bapak kayaknya punya kecenderungan panggil saya nama kalau lagi marah. Kayak ibu saya. Kalau nama lengkap saya keluar dari bibirnya tuh bawaannya merinding, soalnya saya pasti dalam masalah."
"Kamu samain saya sama ibu kamu?"
"Tok-tok." Ekata menghentikanku dari menjawab pertanyaan yang tidak perlu aku jawab. Ada anak kecil di dalam gedongannya dan tas bayi di tangan lain. Aku pernah melihatnya dua kali saat Mirna menjaganya di family day.
"Gini lho, Pak. Bawa anak yang lucu gini ke kantor pas family day," protesku yang diganjar gonggongan Roro seolah dia paham saja.
Ekata masuk dengan bayi lucu itu yang memekik girang karena melihat Roro. Dia menggeliat meminta turun dan merangkak hingga tangannya meraih ekor Roro yang dikibaskan. "Boleh pinjam Obyn sebentar, nggak?"
Harsa turun dari bangkunya dan berjongkok dekat bayi, yang bernama Alma, tangannya menowel pipi gembil bocah yang asyik mencoba menangkap ekor Roro. "Hey, bugaboo. Robyn nggak bisa dipinjam karena dia bukan barang."
Ekata memutar bola matanya. "Lo tahu maksud gue bukan itu. Mau pinjam waktu dan tenaganya buat jagain Alma dua jam selama gue rapat. Mirna lagi nggak masuk."
Harsa duduk di lantai dan membawa Alma ke pangkuannya. Bocah itu tidak peduli karena dia masih sibuk mengejar ekor Roro. "Ask her. Kerjaan dia yang nambah."
Oh, bosku punya hati nurani ternyata. Dia tidak seenaknya meminjamkanku seolah aku barang yang dapat dioper.
"Obyn, bisa tolong jaga Alma sebentar selama saya rapat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...