RaD Part 35 - 15.2 Perhatian Tpis-Tipis

15.7K 1.6K 267
                                    




Question of the day edisi Lebaran: udah makan apa aja hari ini?

vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado.Thank you :)
🌟

Ini pukul delapan dan Harsa tidak ada tanda-tanda akan pulang.

Kini aku tahu pasti kalau tawarannya untuk pulang saat jam istirahat hanyalah isapan jempol yang jika aku ambil pasti memengaruhi penilaianku. Buktinya, dia masih bekerja hingga sekarang. Untuk makan siang saja dia mengisi jadwalnya dengan rapat. Bagusnya aku bisa menumpang tidur di ruangannya, sih.

"Pak, saya mau numpang tidur di sini pas istirahat," kataku. Aku tidak mau mendengar penolak dari Harsa, jadi aku langsung keluar dari ruangannya begitu memploklamirkan niatanku.

Namun, tidur satu jam saja tidak cukup. Aku perlu hibernasi, tapi akhir pekan masih terlalu lama dan aku tidak sesabar itu untuk menunggu.

Dahiku kini menempel di lipatan jaket yang aku bawa. Aku sudah menitip untuk membeli bantalan untuk kondisi seperti ini kepada Rowen yang memang hari ini berniat untuk pergi ke mall. Aku memerlukannya untuk persiapan lembur Harsa yang sudah pasti seminggu ini.

"Ayo, pulang."

"Hati-hati, Pak." Aku melambaikan tangan secara asal karena kepalaku masih belum terangkat. Aku akan pulang lima menit setelah dia turun untuk menghindari berada di ruangan yang sama dengannya. "Besok jangan datang terlalu pagi," imbuhku.

"Kamu mau nginep di kantor?"

Decakan kesal keluar begitu saja. "Saya nggak secinta itu. Mau log out semua dokumen dulu biar besok saya bisa tiduran di meja pagi-pagi." Aku menepuk tray yang kosong. "Kalau mau capek, ya sekalian aja." Aku menambahkan ini pelan.

"Besok aja. Kamu kerjain sekarang juga belum tentu bener."

Mau marah, tapi yang dikatakan Harsa bisa jadi benar. Dokumen yang hilang hanya akan menambah kerjaanku saja. Jadi aku membereskan tas dan memakai jaketku tanpa memerhatikan sekitar. Aku mengira Harsa sudah pergi duluan, tapi dia berdiri di dalam lift yang pintunya terbuka.

Kakiku berhenti di tengah jalan saat melihat Harsa yang satu tangannya berada di tombol lift. Ini hal yang tidak pernah dia lakukan, tapi kami juga belum pernah berada di dalam satu lift di jam pulang karena antara harsa yang sudah berlalu, atau aku yang melakukannya lebih dulu.

"Tumben banget baik, Pak." Dari yang aku tahu, Harsa lebih suka menyetir sendiri. Jadi, saat kami ada rapat atau pertemuan di luar, Harsa yang akan berada di balik kemudi, sedangkan aku di sebelahnya dengan tas laptop dan tablet.

Harsa menatapku malas dan memencet tombol agar pintu lift tertutup, tapi aku buru-buru memasukinya sebelum menutup sempurna.

"Jahatnya parah banget," gerutuku. Aku berdiri di belakang Harsa, tapi punggungku menempel dengan tembok dingin lift. "Saya di lobi, Pak. Bapak di lantai tiga?"

"Enggak, lobi juga. Saya diantar Tono hari ini."

"Tumben banget pakai sopir."

Dia tidak memberikan komentar, jadi aku mengunci mulut. Lobi kantor masih ramai karena gedungnya yang menyatu dengan mall. Orang-orang berseliweran dengan fashion yang tidak dapat digunakan ke kantor. Tetapi untuk mobil yang lalu-lalang di depan masih terhitung sedikit karena drop off untuk mall berada di sisi lain.

Pegawai yang lembur di kantor mendapatan voucher taksi untuk pulang, jadi aku akan memanfaatkan fasilitas itu.

Dari sini aku tinggal mencari taksi saja dan itu adalah hal yang mudah. Ada tempat pemberhentian khusus taksi dan aku tinggal mengantre di sana. Kebetulan kosong.

Rent a Date [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang