Question of the day: tipe book boyfriend yang manis atau nyinyir bin sinis?
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
Aku duduk di balik meja kerja baruku. Tidak ada kubikel. Di belakangku ada meja panjang untuk printer dan lemari untuk penyimpanan dokumen. Mejaku masih kosong, hanya perlengkapan kerja dasar seperti pulpen, beberapa rim kertas A4, sticky notes dan lain sebagainya. Semua masih baru. Juga ada komputer dan telepon. Hanya itu.
HRD yang tadi membawaku ke meja ini sudah kembali ke ruangannya setelah memberikanku selembar kertas berisikan pekerjaanku dan tanganku yang tremor memegangnya.
Bukan. Bukan list pekerjaan itu yang membuatku gemetar, tapi plat nama ruangan bos baruku yang tepat berada di sampingku.
Harsa Agira – Direktur
Aku mulas seketika saat membaca jabatan yang tertera di sana.
You just a mere employee. Kebetulan aja jabatannya menejer.
Kalimatku memantul di seluruh penjuru lantai yang sepi. Gemanya memelintir perutku kuat.
"Mbak, bukannya ini posisi sekretaris untuk manajer, ya?" Aku otomatis bertanya ke HRD tadi. Aku tidak mungkin salah melamar pekerjaan. Semuanya aku ingat, terutama yang memanggilku untuk interview.
"Lowongannya memang iya, tapi yang itu sudah terisi. Kebetulan kami lagi butuh untuk sekretaris direksi juga karena sekretaris Pak Harsa keluar, jadi kami pakai CV yang sudah masuk."
Kakiku lemas seketika.
Pelintiran tak kasat mata di perut menggoda isiannya untuk naik ke kerongkongan.
Baru hari pertama dan aku sudah merasakan kesialan yang akan menghinggapiku seperti awan hitam yang pekat.
Aku ingin kabur, tapi sudah tanda tangan kontrak probation tiga bulan. Kemungkinan besar juga aku harus hengkang dari kostan jika pulang sepagi ini dan Rowen mendapatiku dengan predikat baru sebagai pengangguran setelah menyandang karyawan selama beberapa jam.
Menguatkan diri dan menebalkan muka menjadi pilihanku hingga aku mendapatkan pekerjaan baru.
Kegiranganku mendapatkan pekerjaan menyingkirkan kemampuanku overthinking ke hal mendasar seperti; kenapa Harsa memperkerjakanku setelah aku mengomel saat interview? Biarpun kata-kataku masih tergolong sopan, tapi tetap saja aku melewati batas. Meski pun Harsa juga melakukannya.
Aku menangkup kepalaku di atas meja. Menutup semuanya dengan telapak tangan dan jariku yang terbuka lebar. Tidak peduli dengan make up yang akan hancur. Pikiran buruk kini memasuki obrolan di kepala, memberikan opsi yang semakin buruk di tiap kesempatan. Apa dia sakit hati dengan perkataanku lalu memutuskan untuk mempermalukanku dengan memecat di hari pertama? Nggak mungkin, ada kontrak tiga bulan.
Tapi, setelah tiga bulan, lo bisa dipecat sama dia. Lo bayangin, di CV Cuma kerja tiga bulan dan employer lo yang baru bakalan telepon ke sini buat tanya kenapa lo nggak dijadiin pegawai tetap. Suara dalam kepala mengingatkanku akan hal krusial lainnya yang membuat jidatku membentur meja dan aku mengerang di posisi yang tidak berubah.
Aku menambahkan tiga benturan lagi antara meja baru dan dahiku. Siapa tahu ini mimpi buruk dan aku akan terbangun. Bukannya bangun, malah pening yang aku rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...