RaD Part 37 - 16.1 Badai Mami

14.4K 1.7K 344
                                    


Question of the day: udah tau ada intermezzo 2? Cek part sebelum ini :) 

vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado.
Thank you :)
🌟


Mati aku.

Mati aku.

Mati aku.

Bokongku masih mengawang di atas sofa dengan keadaan kakiku yang setengah tertekuk.

"Mami kemarin sudah bilang sama Sasa kalau mau datang ke sini hari ini. Dia nggak bilang kamu, ya?"

Tiba-tiba aku mendapatkan pencerahan kenapa kemarin Sasa tiba-tiba saja baik dan perhatian. Ternyata ada udang di balik batu. Kalau dia mengira aku dengan senang hati melakukan ini, dia salah besar. Tarifku naik sepuluh kali lipat untuk biaya baper dan salah paham. Aku menekan kecewa yang mau muncul di dada dan menggantikannya dengan ingatan akan kucuran dana yang memasuki rekening.

Aku tidak kecewa perihal perhatian Harsa yang ternyata ada maksud di belakangnya.

"Enggak, Bu—eh, Mami." Aku menggaruk punggung tanganku yang tidak gatal untuk menyalurkan gugup. Kemampuan berbohongku diuji, tapi aku harus melakukannya demi invois yang akan aku kirimkan. Aku tidak akan berbelas kasih karena kesempatan tidak datang dua kali. "Mami mau minum apa? Biar saya minta buatkan ke OB atau mau dipesankan jus atau yang lain?"

Mami melihat ke seberang sofa tempat Harsa duduk. "Beliin mami jus alpukat." Aku tidak pernah melihat orang lain menyuruh Harsa seolah jabatannya di sini tidak berarti sama sekali. "Obyn mau apa?"

"Saya mau milo dinosaur." Bodo amat dia mau mencari minumanku di mana.

Namun, Harsa tidak melotot kepadaku dan hanya menghela napas panjang. "Aku kenalin kalian dulu. Mami, ini Obyn, pacarku. Obyn, ini Wina, mamiku." Kemudian berlalu dari ruangan, meninggalkanku dan maminya dengan pintu tertutup.

Satu tanganku ditangkup dengan kedua tangan Wina di pangkuannya. "Mami itu sempat ngira Sasa nggak mau nikah, lho. Soalnya dia nggak pernah bawa pacar ke acara keluarga. Baru kamu, tapi itu juga dia ngumpet-ngumpet."

Lagi-lagi aku bergumam di dalam kepala: I wonder why. Senyumku terbit dan berusaha sopan dan terlibat sepenuhnya di dalam percakapan yang tidak ingin aku dengar kalau tidak mau hatiku terpotek sedikit, tapi aku tidak punya banyak pilihan karena sudah terlanjur dilemparkan ke kandang macan.

"Kemarin Sasa lagi buru-buru aja kayaknya."

Bahu Wina turun seiring dengan napas yang dikeluarkan dari mulutnya. "Iya, dia bilang mau kumpul di rumah Sada. Tapi kan dia bisa kenalin kamu dulu ke mami. Terus ya, mami tungguin dia bawa kamu ke rumah, tapi nggak muncul-muncul. Mami tahunya dari Rania kalau kamu sekretarisnya dia di kantor. Mami tungguin lagi, eh dia malah bawa kamu ke nikahan temennya, bukannya ketemu mami duluan. Keterlaluan banget memang itu anak. Masa kamu dikekepin sendirian."

Bukan bermaksud tidak sopan, tapi aku sedikit mengetahui asal kesabaran Harsa yang mendengarkanku mengoceh tanpa henti. Ternyata dia sudah terlatih sejak dini.

Lalu, mana drama orang tua pacarmu yang menolak keberadaanmu karena kalian tidak setara seperti di sinetron-sinetron? Ke mana tawaran uang dengan kata-kata "Saya kasih cek, asal kamu meninggalkan anak saya." Yang akan aku terima dengan senang hati. Persetan dengan cinta, dia tidak membuatmu kenyang atau pun punya atap di atas kepala. Kecuali kamu menikahi yang sejenis Harsa. Kenapa yang muncul malah ramah sekali terhadapku? Atau ini hanya cara untuk membuatku lengah sebelum menjegalku?

Rent a Date [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang