Question of the day: lebih suka POV 1 atau 3?
vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado. Thank you
🌟
"Bohong banget," timpal Aliyah, "gue nggak akan percaya sedikit pun kalau that chocking thing sekedar bos dan sekretaris. Di film-film bokep bisa jadi begitu."
Adina tertawa kencang hingga membuat kelima cowok di luar sana menoleh ke dalam rumah. Aku menaruh telunjuk ke depan bibir, meminta adik dari Kamal itu untuk mengecilkan suaranya agar tidak menarik perhatian orang-orang, terutama karena pembahasan ini tidak baik untuk didengar di telinga tanpa membuat wajahku semerah stroberi.
Seperti sekarang.
Wajahku panas seolah terbakar dan aku perlu air dingin untuk merendamnya. Aku mengipas wajahku dengan tangan dan menunduk, menyembunyikan wajahku dengan rambut yang terjuntai di sisi wajah.
"Dedek, Obyn jangan digangguin!" Teriakan Harsa dari luar sangat tidak membantu, justru menambahkan bensin ke api yang sudah Adina nyalakan dan teriakan "Cie" bergema di telingaku dan menambah sensasi panas di wajah.
Aku berdiri cepat dan menuju dapur. Menjauh dari ejekan a la anak SMA yang sudah lama tidak aku dengar.
Air dingin mengalir di tenggorokanku dan aku mengambil chips yang ada di mangkuk putih besar.
Dari dapur ini aku bisa melihat semua orang, tapi Harsa yang justru menarik seluruh perhatianku. Dia tidak merokok, hanya meminum bir langsung dari botolnya. Tapi hal sederhana itu saja menulikan telingaku dari keramaian. Aku tidak dapat mengalihkan perhatianku lagi seolah dia menyedot semua atensiku saat menertawakan sesuatu yang tidak dapat aku dengar.
Ini pertama kalinya Harsa membelaku, meski efek yang dihasilkan justru lebih buruk, tapi aku tidak dapat bersikap biasa saja. I feel giddy.
Aku selalu mendengar kalau orang jatuh cinta biasanya akan berdebar-debar, tapi tidak dengan jantungku. Benda dalam dadaku itu berdetak secara brutal saat Harsa tertawa, di tengah obrolan itu dia tiba-tiba melihatku.
Meski tertangkap basah tengah melihat Harsa, dengan tidak tahu malunya, aku tidak mengalihkan pandangan dan membiarkan pandangan kami bertumbuk. Merasakan dengungan lebah di perut dan erupsi bulu kuduk di leherku karena Harsa lagi-lagi memberikan perhatian lebih di sana. Secara tidak sadar aku menciptakan gelembung yang menyelubungiku, di tengah kekacauan yang dialami tubuhku, aku merasa tenang karena tahu Harsa ada di tempat yang sama denganku. Tiba-tiba saja hal selain Harsa tidak penting dan rasa malu yang aku rasakan tadi menguap.
Aku tidak bodoh pun tidak sebebal itu untuk tidak tahu kapan aku menyukai seseorang atau kapan aku jatuh cinta. Ini sama seperti sebelumnya, bedanya aku tidak perlu sibuk menggali dan memerhatikan orang seperti apa yang kira-kira akan disukai oleh orang yang aku suka. Lalu aku memakai informasi itu untuk membentuk diriku secara spesifik sesuai yang mereka suka. I mean, aku pasti tidak mungkin merasakannya sendiri. Kalau kamu menyukai seseorang, kamu akan melakukan berbagai macam cara agar mereka melirikmu dan berpikir "Oh, dia menarik." Lalu berlanjut dengan pesan pertama, lalu kencan pertama, dan berakhir dengan pacaran. Ini mudah. Lebih mudah ketimbang membiarkan orang mengenalmu tanpa topeng dan memilih jatuh cinta kepadamu.
Itu bahkan lebih sulit ketimbang saat aku menulis tesis.
Oleh karena itu aku biasanya sudah tahu saat aku menyukai seseorang sejak awal. Sejak pertama kali kami bertemu, sejak pertama kali kami berbicara. Ini tindakan pencegahan agar aku tahu orang seperti apa yang dibutuhkan oleh orang yang aku suka.
![](https://img.wattpad.com/cover/353204351-288-k877238.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...