RaD - 1.2 Rent a Date

19.6K 1.9K 295
                                    


Question of the day: Untuk tahu demografi pembacaku, kalian dari kota apa?

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


"Owen, lo nggak mau coba casting jadi ibu tiri bawang putih? Kejamnya kayak pinang dibelah dua."

"Kalau gue sekejam ibu tiri, lo udah out dari sini semenjak nggak bayar."

Aku memajukan bibir bawahku karena tidak memiliki balasan yang tepat dan Rowen tahu itu. "Weekend yang lo bilang ini hari apa? Sabtu?"

"Iya." Mata Rowen lalu bergeser, dagunya menunjuk lemariku. "Jangan berpikir pakai baju yang ada di sana. Juga aksesoris yang lo punya. Turunin harga diri gue aja. Pakai yang di lemari gue."

Satu panah menusuk tepat di dadaku. Bersama Rowen selama hampir dua puluh lima tahun tidak membuatku kebal dari kesinisannya, tapi setidaknya orang lain perlu melakukan usaha ekstra untuk melukaiku dengan kata-kata. Imunitasku cukup tinggi untuk sindiran dan nyinyiran. Terima kasih untuk mulut tajam kembaranku.

"Baju lo nggak ada yang sesuai selera gue. Baju lo kayak setengah jadi semua."

"Orang kere nggak berhak protes," tandasnya tanpa ampun. Panas tembus pandang menusuk tempat yang sama seperti sebelumnya.

"Baju gue ada yang bagus, kok."

Rowe menyipitkan matanya tanpa kata-kata.

"Fine, gue pinjam baju lo," kataku akhirnya.

**

"Ini nggak berlebihan?" aku menatap bayanganku di cermin. "Maksud gue, ini pita di dadanya ukurannya berlebihan dan roknya kependekan." Panjang gaun ini hampir setengah pahaku.

Rowen memperbaiki pita di tube dress berwarna merah yang aku kenakan. "Enggak. Ini decent buat ke nikahan.

"Ini decent buat ke night club," koreksiku cepat.

"Gue tahu banget lo bakalan komentar nggak penting gini. Kalau masalahnya di panjang gaun," dia mengambil gaun lain dari dalam lemari, berwarna hitam, "lo cobain yang ini. Berpita juga, tapi panjangnya sebetis, roknya megar bukan yang body con. Dasar bawel."

Itu adalah kalimat terakhir yang melalui persetujuanku, karena setelahnya untuk make up dan hair do aku sama sekali tidak memiliki suara.

Gaun yang aku kenakan benar sebetis, dengan high heels hasil negosiasi gagal dan berakhir aku curi saat Rowen lengah. Berwarna senada dengan tinggi tujuh senti. Posisi pita di dadaku melintang hingga ke pinggang. Aku sudah berdiri di lobi Love 404. Sesuai perjanjian, penjemputan dan pengantaran setelah kencan harus dilakukan di gedung untuk menjaga kerahasiaan. Nama yang diberikan pun bukan nama asli. Untuk malam ini aku memakai nama ...

"Salika?"

Kepalaku otomatis menoleh ke arah suara di belakang tubuhku. Ini sedikit seperti kencan buta yang pernah Rowen paksa untuk aku lakukan karena kalah taruhan tiga tahun lalu. Ada cemas yang menggelitik perut dan membuatku ingin bolak-balik ke toilet sejak tadi. Atau kabur dari gedung megah ini sejak menginjakkan kaki di atas marmernya.

Namun, gaung ancaman Rowen memasung kakiku di tempat.

"Salika?" ulang cowok yang mengenakan blazer, kemeja, dan pantalon serta sepatu yang semuanya berwarna hitam. Suaranya sedikit tidak sabaran.

Rent a Date [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang