Question of the day: suka ke party atau anak rumahan?Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG & Twitter & Tiktok @akudadodado.
Thank you :)
🌟
Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada. Bokong—dengan bantuan kaki— memundurkan kursi yang aku duduki hingga tiga langkah jarak tambahan berada di antara kami. "Jasa yang saya tawarin nggak pakai plus plus, Pak."
"Siapa yang mikir gitu?"
"Bapak," ucapku tegas, "kan dulu Bapak yang mikir kalau saya jualan happy ending."
Harsa menggigit bibir atasnya. "Itu salah saya," akunya dengan suara pelan.
"Apa?"
"Kamu dengar apa yang saya bilang tadi."
"Memang. Tapi kayaknya ada yang kurang gitu. Kalau habis ngelakuin salah ke orang lain harus bilang apa, ya?"
Harsa menggeram kesal, tapi dia tetap merespons pertanyaanku. "Maaf," jawabnya dengan nada dua oktaf lebih tinggi. "Saya berprasangka yang tidak-tidak, padahal saya yang nggak baca peraturannya dulu."
Aku tersenyum lebar sementara Harsa semakin cemberut. "Good boy. Tapi saya nggak bisa. Peraturan di LOVE 404, klien nggak boleh pesan orang yang sama supaya nggak ada cinlok."
Harsa memutar pulpen di tangannya. "Kalau kita lakukan di luar perusahaan gimana? Kamu nggak melanggar kontraknya kan?"
"Itu lebih nggak etis, Pak. Itu sama aja dengan saya mencuri klien perusahaan."
"Saya bayar dua kali lipat. Kamu dapat full fee. Kalau dari perusahaan, ada potongan lagi kan sebelum kamu terima?"
Aku mengangguk, tapi pendirianku teguh. Aku selalu bermain sesuai peraturan."Pak, uang bukan segalanya. Bapak pikir saya bakalan tergoda?"
"Sepuluh kali lipat."
"Ok," jawabku tanpa pikir panjang.
Sesekali orang harus menabrak aturan untuk bertahan hidup. Setelah ini aku akan mengecek berapa biaya jasa sebelum dipotong ke Rowen.
"Saya belum bilang terusannya, tapi kamu nggak boleh mundur lagi. Acaranya dua minggu lagi."
Aku merasakan Harsa belum menggenapi semua kalimatnya dan aku baru menyadari aku terlalu gegabah sudah mengiakan sesuatu yang belum jelas. Apa yang bisa aku lakukan kalau tawaran uang puluhan juta di depan mata hanya untuk dua jam saja? Aku tidak segila itu untuk menolak uang yang dapat membantuku untuk membayar uang kos dan kartu kredit. Ingat sewaktu aku bilang aku berbelanja di butik yang di luar jangkauanku? Nah, masukkan kartu kredit sebagai penengahnya.
"Ok?" ujarku mulai tidak yakin.
"Di Italia."
Sebentar. Aku perlu waktu untuk menutup rahangku yang terbuka lebar setelah kata Italia. Telingaku mungkin salah dan aku perlu ke THT di akhir pekan untuk periksa.
"Indaramayu?" kataku ragu.
"Italia."
"Indragiri?"
"Italia, Bebek. Kecuali Lake Como ada juga di Indragiri."
Aku mengedipkan mataku dua kali. "Ini acaranya apa, ya?"
"Pernikahan. Akomodasi selama di sana sudah disiapkan sama mempelainya."
"Orang macam apa yang nikahannya di luar negeri dan nanggung biaya tamunya? Dia mau saingan sama Kim Kardashian apa gimana?" Aku meralat ucapanku. "Bukan rakyat jelata macam saya yang pasti. Saya mau nikahan di Bali aja nggak mau pikirin akomodasi tamunya. Orang kaya memang beda." Aku bertepuk tangan dan menatap kagum pada bosku hingga satu peraturan yang tidak dapat dilanggar dari ibuku berkelebat dan menghentikan gerak tangan dan aliran darah ke wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...