RaD Part 51 - 21 Gonjang-Ganjing

15.5K 1.7K 218
                                    


Question of the day: intermezzo 5 POV Sasa mau yg part mana nih?

vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado. Thank you

🌟


Berciuman dengan Harsa di akhir pekan menjadi hal yang aku tunggu-tunggu selama seminggu penuh. Aku tidak mau mengatakannya karena kepalanya yang besar itu tidak perlu ditambah ukurannya.

Di hari kerja, seperti sekarang, kami tetap profesional, dalam artian tidak ada ciuman, tapi Harsa sesekali mencuri-curi memegang tanganku saat memberikan dokumen. Aku biasanya langsung celingukan untuk melihat keadaan sekitar dan memastikan tidak ada orang yang melihat interaksi kami, Deg-degannya luar biasa, seolah kami melakukan hal terlarang atau sedang sembunyi-sembunyi berkencan dan tidak ingin ada orang yang tahu. Mungkin ini yang membuat orang ketagihan, adrenalin yang terpacu setiap bertemu. Pantas saja Harsa bertahun-tahun backstreet.

Ini pertama kalinya aku mengalami hubungan seperti ini, jadi rasanya cukup gereget, tapi tidak sabar juga untuk melihat apa yang Harsa akan lakukan hari ini di kantor. Seperti sekarang, setelah satu bulan dari kami berciuman, dia tengah memanggilku memasuki ruangannya.

"Tutup pintunya," kata Harsa.

"Ada hal confidential apa, Pak?" tanyaku sambil melakukan sesuai permintaannya lalu duduk di kursi depan meja Harsa. Aku sudah bersiap dengan tablet dan pen di tanganku, jaga-jaga kalau perlu mencatat sesuatu.

"Sekarang tanggal berapa?"

"Lima belas," jawabku tanpa beban, tapi Harsa seolah menungguku mengatakan sesuatu lagi. Sesuatu yang aku tidak tahu apa.

"Ada apa di tanggal lima belas?"

Ini pertanyaan yang aneh yang membuatku kalang kabut karena takut melewatkan jadwal. Aku membuka kalender di tablet yang terhubung dengan kalender jadwal Harsa. Aku tidak menemukan jadwal atau janji di jam enam sore karena memang Harsa meminta untuk jadwal setelah jam kerja dikosongkan. "Nggak ada apa-apa di tanggal lima belas. Kosong jadwal Bapak."

"Di luar pekerjaan."

Ha? "Saya mana tahu jadwal Bapak di luar pekerjaan."

Harsa tampak gemas sendiri dan mengusap wajahnya. "Kamu kapan terakhir pacaran, sih?"

"Apa hubungannya sama pacaran coba?" balasku sengit. Ini topik sensitif bagiku karena kehidupan percintaanku tidak semulus jalan tol dan berusia tahunan seperti Harsa. Paling lama aku pacaran hanya seumur jagung. Bukannya aku tidak mau juga punya hubungan jangka panjang seperti orang-orang yang usia pacarannya mengalahkan cicilan mobil, tapi masalahnya pasangannya tidak ada yang tepat saja.

"Kamu nggak inget ada momen apa di tanggal lima belas?"

Aku menggeleng, "Nggak ada info gajian dimajukan, kan?" Aku membuka email pekerjaanku dan mengecek email dari HRD yang mana kemungkinannya lebih kecil beneran terjadi ketimbang aku paham apa yang Harsa maksud. Kecuali tanggal 25 jatuh di hari libur, itu masih mungkin dimajukan. Atau libur Lebaran dan Natal. Hanya ketiga hal itu yang dapat membuat gajian dimajukan, bumi gonjang-ganjing pun tidak akan membuat bagian keuangan bergeming.

Ekspresi Harsa menjadi sebal. "Di otak kamu nggak ada yang lain selain uang?"

Aku mendengkus, "Ya nggak adalah. Porsi uang itu paling besar di otak saya."

Harsa menyenderkan punggungnya ke kursi dan melipat tangan di depan dada. Mukanya tertekuk dan lebih mirip kertas kusut sekarang. "Percuma memang ngomong sama kamu."

Rent a Date [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang