RaD Part 47 - 19.3 Panik

12.2K 1.3K 290
                                    


Question of the day: Lebih suka karakter cewek di rentang usia berapa? Di atas 30 atau di bawah 30?

vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado. Thank you

🌟

Aku memutar bola mata. Tipikal orang yang tidak mau menjawab pertanyaan dan malah melemparkan pertanyaan lain yang menyudutkan penanyanya. Tapi, itu bukan urusanku. Mau dia keluar sama cewek yang beda-beda, mau dia threesome bahkan foursome atau banyak-some lainnya, semuanya bukan urusanku.

Tapi kenapa dadaku panas?

God, I'm jealous. Tapi aku tidak akan mengatakannya kepada Harsa, karena selain terdengar menyedihkan memikirkan deretan orang yang dia kencani, aku juga terlalu gengsi.

"Mami yang paksa kenalin anak dari teman-tegmennya. I'm busy nursing my broken heart, sibuk sama kerja, gimana mau cari waktu buat kenalan sama orang baru?"

"Sekarang pertanyaannya aku balik, cewek-cewek pasti banyak yang mau sama kamu, kenapa kamu malah nggak mau pacarin mereka?" Aku nggak akan bilang dia ganteng untuk membesarkan egonya yang sudah seperti balon. Tanpa aku bilang pun aku tahu dia sadar akan hal itu.

"Same reason as you. Bedanya ini lebih ke uang."

"If I date you, I definetly will go for your money."

"Sure, but I will ask for sex in return," balasnya tanpa berkedip. "Apa? Kamu yang bilang uang dan aku minta seks. Dua hal yang sama-sama kita nggak sukain dari orang lain. Lagian, kamu bilang mending sama gadun sekalian. Sini aku jadi gadunnya aja. Ikhlas, deh."

Aku melengos saat Harsa tertawa.

Tangannya kini berada di leherku lagi. "Enggak lah. Aku tahu kamu nggak begitu."

"Siapa bilang? Aku matre."

"Kamu belum kirimin invois kemarin. Yang dari Varenna dan waktu Mami datang ke kantor kamu langsung kirim."

Bagaimana bisa aku menagihkan Harsa untuk hal yang terlalu riskan kalau dinilai dengan uang? I blurred the lines. Lagi pula, aku juga memiliki perasaan kepada Harsa. Di dalam kamusku, haram hukumnya meminta uang kepada orang yang statusnya adalah pacar, apa lagi ini hanya situationship. Kalau hubungannya adalah pekerjaan, aku akan dengan senang hati menagih udara di tempatnya duduk sekarang tanpa keraguan sedikit pun.

"Nanti malam aku kirimin. Sama fee pegang-pegang yang kelewat banyak. You will be left with nothing when you are bored with me."

"Oh, duckling. Bored isn't something I do." Jari telunjuknya menarik garis dari leherku hingga bahu, ke bagian yang tidak tertutupi kerah pakaian yang aku kenakan. "Let's get you home. Kamu kalau mau menginap di sini ada biaya per malam." Harsa menaikkan kedua alisnya sekali dengan senyum menggoda.

Sebelum aku hilang akal, aku menyingkir dari apartemen cowok itu.

**

"Aku belum ngapa-ngapain tapi jalan kamu udah limping begitu."

Harsa sudah berdiri di sebelahku saat aku menunggu lift di pagi hari. Ini sudah sebulan berlalu semenjak perjanjian terbaru kami dan kami berhasil menjalani hubungan profesional di kantor. Dengan panik aku melihat ke sekitar dan tidak melihat orang lain, meski begitu aku tetap berbisik. "Ini di kantor. Lagian, Bapak juga naik lift khusus di sebelah sana. Jangan naik lift rakyat jelata."

Semua direksi memiliki lift sendiri yang langsung menuju lantai ruangan mereka. Tidak perlu berpindah lift atau pun berhenti di lantai lain. Eksklusif dan tidak buang-buang waktu. Harsa, sebagai orang yang tidak suka membuang waktu dan seorang direktur, selalu memakai lift di sebelah untuk naik dan turun.

Rent a Date [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang