Question of the day: ada yang inget Harsa dari The Honemoon is Over?Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
Kencan adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal paling sepele dari rangkaian relasi antar manusia yang aku tahu. Tahapan kedua adalah menjalin hubungan dengan orang lain. Yang sulit adalah menjaga agar relasi itu berkelanjutan.
Aku mungkin handal di yang pertama, untuk tahapan selanjutnya aku sedikit percaya diri, tapi untuk yang terakhir aku menyerah. Sulit bagiku untuk menjaga hubungan saat fokusku berada di satu hal saja. Sayangnya, kehidupan terus bergulir dan aku tidak dapat menaruh tanda setop untuk menanyakan kabar orang lain.
Ini membuatku bertanya-tanya bagaimana orang bisa memiliki banyak teman, atau bahkan sahabat dalam satu waktu. Bagaimana mereka mengatur waktu untuk bertemu dan meng-update kehidupan satu sama lain saat semuanya sudah mengambil jalan yang berbeda.
Setelah kuliah, tidak ada orang yang mengambil jalur yang seratus persen sama. Semua orang akan tiba-tiba berhenti dan berbelok. Bahkan ada yang mengambil jalan memutar. Pada satu titik, akan susah menghubungi satu sama lain. Obrolan semakin jarang terjadi dan lambat laun semuanya akan berhenti terjadi. Orang yang semula dekat akan menjadi acquintance saja. Atau bahkan tak berbekas lagi dan menjadi memori yang terpendam di antara reruntuhan kehidupan.
Aku tidak memiliki kesulitan untuk yang terakhir. Bagian melupakan. Terutama di usia sekarang di mana mengenal orang baru tidak melulu soal menjalin relasi. Ada yang benar-benar hanya sekali bertemu lalu usai. Jadi aku tidak pernah repot-repot untuk mengapal nama atau wajah. Mereka hanya menjadi sesuatu yang asing dan latar dari cerita yang tidak penting untuk diberitahu.
Sialnya, aku terlalu mengenal wajah yang baru saja masuk ke dalam ruang rapat dengan tergesa. Rahangku terjatuh ke lantai dan jantungku berhenti berdetak dua detik penuh dan berpacu seperti kuda setelahnya.
"Ini Pak Harsa, user yang akan wawancara kamu selanjutnya." HRD yang lebih dulu mewawancaraiku menggeser CV ke arah bangku kosong di kepala meja. "Beliau tiba-tiba bilang hari ini bisa karena ada meeting yang dimundurkan," terangnya.
Cowok itu langsung menempati kursi. Sama sekali tidak melihat ke arahku dan langsung mengambil lembaran kertas di atas meja. Matanya lalu beralih kepadaku setelahnya dan kembali ke kertas. Dua kali. Seakan untuk memastikan apa yang dilihatnya benar. Matanya meneliti lembaran kertas itu sambil sesekali melihat ke arahku dengan kerutan dalam di dahi.
"Langsung lanjut ambil S2 setelah lulus S1," gumamnya seakan dia tengah bermonolog sendiri. "Pengalaman kerja tidak ada selain asitensi sewaktu kuliah," sambungnya lalu melihat ke arahku dengan satu alis terangkat. Terlalu banyak judgment di satu tatapan itu untuk aku abaikan.
Akhirnya dia berhenti meneliti dataku melalui CV dan meletakkannya kembali di atas meja.
"Dengan latar pendidikan kamu, kenapa mau jadi sekretaris? You obviously overquilified for this position." Dia lalu bertanya kepada HRD di depanku. "Persyaratannya D3 bukan?"
"Iya, Pak."
"Kamu sudah kasih tahu standar gajinya?"
HRD itu menggeleng. "Negosiasi gaji setelah ini, Pak. Tapi di iklan lowongan sudah dikasih tahu rangegajinya."
Aku merasa harus berbicara jika tidak mau digagalkan dalam tahap ini. "Seperti yang Bapak bilang, saya tidak punya pengalaman kerja di perusahaan, jadi tidak bisa dikatakan kalau saya overqualified," ucapku mencoba tenang, tapi gagal karena semua kata yang terucap saling susul menyusul.
"Ada lagi, Pak? Atau bisa saya tinggal sebentar karena ada wawancara lagi di ruangan sebelah."
"Nggak ada. Thank you." Harsa melemparkan senyum lalu menggeser CV-ku dari hadapannya.
Hawa dingin membuat bulu kudukku meremang. Firasat burukku pagi tadi saat bangun tampaknya benar.
"Saya cari sekretaris yang benar-benar mau bekerja, bukan hanya sebagai status saja. Atau keluar di tengah jalan karena itu akan mengganggu pekerjaan saya."
Aku sudah membuka mulut, tapi dia menyelaku.
"Saya mencari yang bekerja serius, bukan sibuk dengan pekerjaan sampingannya." Dia memberikan tatapan yang sama dengan dua minggu lalu dan masih aku ingat hingga hari ini. Aku tahu obrolan ini akan bermuara ke mana.
Tatapan merendahkan yang sama yang dua minggu lalu aku maklumi karena aku membutuhkan uang, tetapi aku tidak akan membiarkan diriku dua kali direndahkan oleh orang yang sama yang tidak tahu sama sekali mengenai kehidupanku.
Aku tersenyum.
Screw this job and screw him.
"Why you acting all mighty by yourself when you also the one that getting paid here? You just a mere employee. Kebetulan aja jabatannya menejer. Kalau anda berat dengan perspektif Anda sendiri dan tidak profesional, lebih baik wawancara ini dihentikan saja. Selain buang-buang waktu saya, saya juga nggak mau bekerja dengan orang yang sudah berpikiran jelek dan sempit sejak awal."
Boom. I burned all the bridges.
29/9/23
Hola. Cerita baruuuu dari geng gigols Jessica. Ini genrenya masih romcom dan super fluffy ehehe ada yang minat baca?
As usual, untuk membaca ekstranya di wattpad akan ada target bintang n komen di tiap bab, jadi jangan lupa tinggalin jejak yes. Intermezzo juga cuma ada 24 jam lalu dihapus. Jadi baca selagi on going.
Hope you enjoy the ride!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...