Question of the day: novel lebih suka sad ending atau happy ending?
vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado. Thank you
🌟
Harsa berjongkok. Kedua lengannya di atas lutut menggantung. Dia memakai boardshort hitam bergambar kepala Mickey Mouse keci warna merah. Tidak ada lembaran kain di tubuh bagian atasnya.
For the love of my eyes, dia topless. Aku menurunkan mataku untuk menjauhkan diri dari hal yang dapat menistakannya, hanya untuk berakhir di selangkangan yang berada tepat di depan wajahku. Mataku kembali naik secepat kilat.
Aku perlu melonggarkan tenggorokanku yang mendapatkan sinar geli dari Harsa sebelum dapat membalas ucapannya. Sialan.
"Enggak mau. Aku mau berenang. Sana, balik main gim"
"Tapi aku bosan main gim," sahutnya lalu menaruh kedua kaki ke dalam air. Itu hal yang wajah kan. Tapi yang salah di sini adalah kedua kakinya di sisi kepalaku yang mengambang di atas air.
Kakiku otomatis menendang dinding kolam dan meluncur menjauh dari Harsa saat aku melihatnya siap turun. Hanya kepalaku yang muncul di atas air, tapi tatapannya yang memaku memicu erupsi di perutku lalu menyambar ke permukaan kulit di sekitar wajah yang panas.
Saat tubuhnya mencebur ke air, Harsa langsung bergerak ke arahku dan membuatku semakin panik dan berenang menjauhinya. Dia hanya baik untuk dompetku, bukan hatiku. Jadi, menjauhinya adalah hal paling logis nan rasional dalam sesi bertahan hidup di kerasnya ibu kota sebelum aku berakhir memiliki gadun beneran.
Pemikiran memiliki orang tua berperut buncit yang menginginkan gulaku membuat napasku pendek dan aku buru-buru berhenti untuk mengambil napas panjang di sisi lain kolam renang. Baru satu tarikan napas, dua tangan berada di sisi kiri dan kanan, memenjarakanku dengan bisikan.
"Gotcha! You are mine."
Baru aku mulai mengisi paru-paru, panas tubuh di belakangku menghentikan jalurnya lagi. Ini kolam renangnya jangan-jangan isinya air panas. Aku merapatkan tubuh dengan tembok kolam renang, membuat tambahan jarak dua senti di antara kami yang langsung dilahap lagi oleh Harsa.
"Saya nggak lagi ma—"
Pipiku kembali jadi santapan Harsa sebelum aku melengkapi kalimat. "Kalau kamu pakai saya lagi, aku jadi mikir kamu sengaja supaya aku gigit." Kedua tangan Harsa tertekuk yang mengindikasikan kalau dia kembali mendekat padahal aku sudah seperti tikus yang terpojok dan dia adalah kucing yang siap melahapku.
Kalau ada pilihan mengecilkan tubuh supaya aku bisa kabur dari sini, aku akan melakukannya dengan segenap jiwa dan raga.
"Tapi aku nggak lagi main kejar-kejaran!" protesku nyalang. "Lagian, jangan pakai kalimat yang bikin orang lain salah paham dong."
"Apa?" Harsa Mengedip bingung saat aku meliriknya sebal hingga mulutnya terbuka sedikit ketika memahami maksudku. Aku menunggu dia meralat ucapan absurdnya seperti biasa, tapi dia justru mengatakan "Kalau main tag kan memang bilangnya you are mine, got you, dan sejenisnya." Dia berusaha terlihat polos saat menjelaskan, tapi senyum kecil di bibir kanannya menyadarkanku kalau dia tengah mengusili.
Aku menurunkan wajahku ke punggung tangan yang berpegang erat pada sisi kolam renang seolah nyawaku yang menjadi taruhannya. Tapi ini tidak jauh berbeda karena sekarang hatiku yang takut terbawa arus yang dibuat oleh Harsa.
"Bukan begitu jawaban yang aku mau denger. Biasanya kan kamu bilang bukan itu maksudnya atau panik sendiri," gerutuku.
"Dulu kita ada di lingkungan profesional, Bek. Aku juga nggak bisa ambil risiko kamu keluar. Sekarang kondisinya berbeda. Kamu nggak pakai baju kerja, pakainya baju renang. Kita nggak ada di ruanganku, adanya di kolam renang dengan jarak nggak sampai sepuluh senti."

KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...