Question of the day: udah tau Jesse dan Unyil buka PO belum?vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado. Thank you
🌟
Aku tersedak mendengar ucapan Harsa, meski ada nada bercanda di ucapannya, tapi aku tidak dapat mencegah detak jantungku yang melonjak.
"I hate you."
"Oh, you mean I made you feel butterflies?"
Aku mengerang kecil. "Stop doing that."
"Aku bahkan belum ngapa-ngapain. Apa yang harus aku berhentiin?" Harsa terkekeh.
"Stop confusing me."
"Bebek, I'm nowhere near confusing."
Kepalaku masih bersembunyi dan aku menolak untuk meladeni Harsa karena tahu tidak akan baik untuk hatiku yang kini sudah mengancam akan meledak di dalam dada.
Apa ada artian dari kata-kata yang dia ucapkan yang bersayap? Karena di telingaku Harsa terdengar sangat yakin.
"Gimana kalau kita pulang biar bisa ngobrol santai? Bisa juga makan di luar sebelum balik ke apartemen."
Hidungku berkerut, kalau pulang sekarang aku hanya akan terlihat seperti bocah manja yang merajuk ke om-omnya. Tawa lolos dari bibirku.
"Sebentar kamu panik sendiri, sebentar lagi kamu ketawa."
Aku memiringkan wajah sehingga dapat melihat wajah Harsa yang berbinar geli. "Alasan ketawanya bagus."
"Apa?"
"Barusan aku mikir kalau aku lagi kayak sugar baby yang merajuk ke om-omnya."
Harsa diam selama lima detik penuh hingga aku dapat melihat kelebatan kalimat yang aku ucapkan memasuki otaknya. Wajahnya berubah ke serius meski aku dapat melihat dia menggigit bibir untuk menahan tawa. "You might want to tread this topic carefully, Bek, because I'm about to revoke your subscription to my gentleman's channel."
Aku terbahak hingga bahuku bergetar hebat dan kepalaku kembali ke dalam cangkang persembunyian yang aku buat. Aku tahu kalau cowok lucu itu berbahaya, selain membuatmu tertawa, dia juga bisa membuat bajumu terbuka. Dan kombinasi yang Harsa punya; uang, fisik, perhatian, dan sisi humor yang baru aku dengar adalah senjata mematikan. Iya, aku menyebutkan uang yang pertama dan aku tidak akan malu mengakuinya.
"Brat." Aku mendengar Harsa mengatakannya di tengah tawaku yang tidak kunjung padam.
Aku mengusap air mata yang hampir jatuh, kedua tanganku sudah tidak lagi memeluk kaki dan dahiku tidak menempel di dengkul.
"Nggak usah pulang, Om." Silabel terakhir keluar dari mulutku sebagai bentuk ejekan untuk Harsa, aku tiba-tiba sudah dipiting dan tubuh Harsa berada di belakangku dengan dagunya di puncak kepala.
"Bilang apa kamu? Ha?"
"Om, sakit, Om." Aku mengulangi ejekan itu meski leherku sama sekali tidak sakit dan lengan besar Harsa menempel di kedua pipiku. Daguku tepat berada di ceruk lengannya.
Harsa menggoyang tubuhku ke kanan dan kiri perlahan, aku menghadiahinya banyak tawa mengejek dan panggilan Om hingga aku sesak nafas. Aku baru berhenti saat dia kembali membuat jantungku bergerak dengan tempo kelewat cepat ketika satu kecupan mendarat di atas kepalaku. Harsa tidak juga menyingkir dan membiarkan bibirnya di sana. Aku dapat merasakan bibirnya tertarik ke atas saat respons tubuhku kembali kaku dan tawaku menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...