Question of the day: udah lihat AU Geng Buaya di Twitter/X akudadodado? Aku bikin jawaban mereka kalau kamu minta dibeliin pembalut. Jawaban siapa yang paling kamu suka? Hihi
vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado. Thank you
🌟
"Nape lo ruwet banget habis pulang dari tempat bos lo?"
Rowen ada di kostan di akhir pekan adalah hal yang jarang terjadi. Jadwalnya selalu penuh dengan berbagai macam kencan. Malam ini dia justru tengah menembakkan film di dinding dengan proyektor dan lampu di dalam kamar yang mati keseluruhan.
Di kepalanya ada shower cap yang membuatku tahu kalau dia tengah memasker rambut panjang sepinggangnya. Di tangannya ada botol cat kuku yang kupunya dan tengah dipoles ke kuku jari kaki.
"Dia mau lebih dari bos dan sekretaris," jawabku lesu. Tasku aku tinggalkan di depan pintu yang tertutup, begitu juga dengan helaian kain yang aku kenakan jatuh ke lantai satu persatu menjadi jejak yang mengarah ke ranjang. Wajahku kini sudah menempel dengan bed cover peach, begitu juga dengan badanku, hanya setengah kakiku yang menggantung di sisi.
Aku tidak dapat melihat Rowen, tapi aku tahu kalau dia tengah memutar bola matanya. Mungkin ini ikatan batin saudara kembar atau aku memang terlalu paham gerak kecil Rowen hingga dapat membayangkan apa yang dia lakukan mendengar pengakuanku. "I knew it. Dia nggak mungkin nggak punya maksud dengan bawa lo ke Varenna. Terus lo gimana?"
Wajahku berpaling ke kanan, ke arah Rowen yang masih asyik memoles kuku, kali ini jari tangan kanan. "Gimana apanya?"
"Lo terima usulan dia?"
"Awalnya enggak, tapi dia kekeh banget. Ini kayak semacam trial," ucapku ragu sehingga kalimat tadi justru terdengar seperti pertanyaan bagi diriku sendiri.
"Dia nggak mungkin ada di posisinya sekarang kalau nggak kekeh." Rowen mengangkat tangan kanannya ke atas, menggerakkan kuku jari-jarinya yang kini sudah berwarna merah darah. "Atau lo memang punya perasaan juga sama dia makanya gampang luluh. Yang ini kayaknya yang paling mungkin, sih." Di akhir silabel, Rowen menatapku tajam seolah ingin mengulitiku.
"Sedikit," akuku di bawah tatapan menyelidik kembaranku sendiri. Aku menenggak ludah saat dia tidak berhenti menatapku dengan mata yang memicing, "Okay, sedikit lebih banyak dari kata sedikit. Puas?"
"Enggak. Lo begitu doang susah banget ngaku. Kalau punya perasaan ya bilang aja punya."
Aku menghela napas super panjang. "I wish it was that simple. Kalau statusnya bukan bos dan sekretaris mungkin masih enak. Tapi ini kan atasan gue langsung, nggak enak banget di CV. Kesannya jadi nggak profesional."
"Iya, sih. Ini juga yang bikin gue sedikit ragu dulu buat masukin lo di LOVE 404. Dibandingkan gue, lo lebih banyak pakai perasaan, Byn. It was a good thing, tapi di lini pekerjaan yang membutuhkan kedekatan dan interaksi yang nggak sedikit, hati lo yang terancam. Gue lebih lega kalau bos lo bapak-bapak perut buncit, bukannya tipe majalah GQ Man yang keluar dari cover yang judulnya healthy bachelor of the year."
"Emangnya ada majalah GQ yang judulnya itu?"
"Enggak ada, tapi bukan itu poinnya. Fokus dong, Obyn." Rowen mengambil botol cat kuku lain yang berwarna hitam. Milikku juga. Dia mengoles ke jari telunjuk kanannya yang baru aku sadari belum berwarna. "Ada peraturan di kantor lo soal hubungan antar karyawan?"
"Enggak ada seingat gue. Tapi gue nggak tahu ada yang ngatur soal karyawan sama anak yang punya perusahaan nggak."
Rowen bersiul nyaring. "Jackpot banget. Di luar pekerjaan, yang bikin lo ragu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
ChickLitTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...