RaD Part 21 - 8.2 Kencan Sewaan Taraf Internasional

15.9K 1.8K 356
                                    




Question of the day: fiksi atau non fiksi?

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG & Twitter & Tiktok @akudadodado.
Thank you :)
🌟


"Katanya kamu gold digger dan mau naik tingkat jadi trophy wife." Bukannya menjawab pertanyaanku, Harsa malah mengejek.

"Kan saya baru mau mengembangkan, Pak. Perlu banyak belajar skill kayak anak baru."

Harsa melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan kelamaan putusinnya, kita berdua tahu kalau kamu bakalan ikut."

"Bapaaak, saya masih punya harga diri yang harus dijaga, jadi harus pura-pura pikirin ini dulu."

"Jangan kelamaan. Saya harus kasih data kamu juga supaya visa dan tiketnya bisa diurusin sama asistennya pengantin." Harsa melihat jam di pergelangannya yang membuatku teringat akan bayi yang masih tertidur lelap di dalam ruangan ini.

"Pak Ekata ke mana, ya?"

"Biarin aja. Tadi dia bilang ada janji makan siang sama istrinya."

Aku mengerjapkan mataku yang berat oleh bulu mata palsu. Kayaknya ada yang tidak pas. Telunjukku menunjuk kepada Alma. "Lha? Terus anaknya nggak dibawa sekalian?"

"Biarin di sini aja. Jarang-jarang istrinya mau diajak makan siang bareng."

"Bapak nggak makan siang dong."

"Enak aja. Saya makan. Kan kamu yang dititipin Alma."

Aku manyun. Kenapa jadi aku yang kena getah dari Harsa yang berusaha baik terhadap sahabatnya?

**

"Satu ... tiga ... delapan? Ini nolnya ada delapan?"

Rowen kembali menghitung angka nol seperti yang aku lakukan berkali-kali setelah keluar dari ruangan Harsa. Itu baru melihat dan menghitung uang yang belum masuk ke rekeningku. Malam harinya, lebih tepatnya lima menit yang lalu, Harsa sudah mengirimkan uang untuk hal yang pura-pura aku pikirkan.

Aku akan memberikan angka untuk rasa percaya diri dan kelicikannya yang memakai uang untuk menarikku menyetujui hal ini. Juga aku yang sudah tahu sedang dimanfaatkan kelemahannya, tapi mau saja melompat ke dalam jaring jebakan.

Oleh sebab itu aku berada di posisi tiduran di atas ranjang, berdampingan dengan Rowen yang sudah duduk bersila dan jari lentiknya menunjuk ke angka nol yang berentet di atas kertas. Masih kertas yang sama dengan yang diperlihatkan oleh Harsa tadi.

"Dia jadi sugar daddy lo?"

"Kaga lah. Ini biaya dinas luar negeri versi pacar sewaan. Jam kerjanya juga beda jauh sama standar dua jam."

Rowen menatapku sangsi. Aku tahu apa yang ada di dalam kepalanya, tapi aku menunggu kalimat itu keluar dari mulutnya secara langsung. "Lo yakin dia nggak minta gula lo nanti di sana? Cowok nggak ada yang bisa dipercaya, Obyn. Dia keluarin uang sebanyak ini buat nemenin dia doang di Italia? Too good to be true."

Aku menggeleng cepat. Untuk yang ini aku sangat yakin dengan jawabanku. "Gue bukan tipenya dia. Selama ini dia nggak nunjukin tanda-tanda tertarik sama gue. Tanda-tanda jijik sama mau lempar gue ke dasar bumi adanya."

Rowen mendengkus dan memberikan lembaran kertas itu kembali kepadaku. Kini dia mencontohku yang tengah telungkup di atas ranjang dan satu tangan bergerak di atas layar. Aku membuka website untuk persyaratan visa, sedangkan dia membuka media sosialnya yang berisikan ratusan ribu follower yang belum pernah melihat wajahnya.

Rent a Date [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang