RaD - 6.3 Bos Micin Marah. Rawr!

14.1K 1.8K 336
                                    


Question of the day: kalau punya mesin waktu, mau balik ke tahun berapa?

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG & Twitter & Tiktok @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟


"Pak, saya punya penawaran supaya Bapak nggak marah-marah sama saya lagi."

"Saya nggak marah."

"Ya udah. Supaya Bapak nggak ngambek lagi sama saya."

"Saya nggak ngambek." Harsa kini sedikit ngotot.

Angkara murka Harsa tidak berkesudahan. Menyebutnya angkara murka tidak benar juga karena yang dia berikana adalah cold shoulders, yang mana aku merasa itu lebih buruk. Aku lebih suka orang marah-marah dan berteriak langsung di depan mukaku ketimbang menganggapku tidak ada atau bicara seperlunya saja.

"Yes, you are."

"No, I'm not."

"Yes, you are."

"No, I'm not."

"Ye—" Aku menggeram karena tidak ada yang mau mengalah dan jika diteruskan ini tidak akan jalan ke mana-mana. "Saya sebenarnya mau lakuin ini sendiri, tapi kayaknya ini bisa jadi persembahan saya ke Bapak. Sebagai pihak yang selama ini tertindas, lebih puas kalau ngelakuin sendiri."

"Saya nggak tertarik sama isi kepala kamu yang absurd itu. Dan saya nggak tertindas."

Aku mengabaikan ucapan Harsa dan lanjut mengoceh. "Saya mau ngerjain sendiri, tapi co—eh, pria kan biasanya nggak suka dibela sama cewek. I can fight my own battle and other shite." Aku berbisik dengan satu tangan menutup mulutku seolah berbisik. "Ego cowok kan suka tergores kalau dibela cewek."

"You don't hear me do you?"

Aku menutup telinga dan membuka mulutku lebar. "Ini Bapak ditagih lagi dokumen urgent dari Pak Togu. Bapak pasti tahu kan kalau ini sudah diomongin jauh-jauh hari, tapi selalu dikasih mepet. I might or might not have a way out for that." Kedua tanganku mengepal dan bergoyang karena antusiasme yang tidak dapat aku tahan. "Saya kepikiran lakuin sendiri, saya mau lihat mukanya gimana waktu saya bilang, tapi saya kasih kesempatan emas ini buat Bapak—"

"Robyn, fokus." Harsa menyelaku, "Kamu mau ngomong apa sebenarnya."

Nggak marah apanya. Robyn, not Bek, Bebek, Duckling. Dia masih marah. "Right. Fokus. Saya punya juicy gossip yang bisa Bapak pakai sebagai alat tawar menawar."

Harsa menyipitkan mata dan melipat tangannya di depan dada. "Gosip? Kamu nyuruh saya buat blackmail Togu?"

Uh-oh. Tampaknya aku salah saat mengira ini adalah rencana yang sempurna, meski aku tidak berpikir ini akan masuk kategori blackmail. "I will not call it blackmail. Lebih ke arah tawar-menawar," kataku ragu karena warna di wajah Harsa tidak juga berubah ke arah yang aku kira: antusias.

Namun, bibir kirinya berkedut sedikit. "Tawar-menawar," dia mengulangi kalimatku. "Jadi, alat apa yang bisa saya pakai buat blackmail-slash-tawar-menawar?"

Wow, bosku ternyata tertarik. "Ini kenapa gosip diperlukan untuk memperluas informasi." Aku merasa harus menekankan ini untuk memperjelas kalau gosip tidak seburuk itu. "Bapak tahu ruang rapat di bawah dikunci setelah jam pulang kerja karena apa nggak?"

Harsa menaikkan satu alisnya. "Karena nggak ada yang pakai lagi dan harus dibersihkan?" Keraguannya meyakinkanku kalau ini pertanyaan bukan pernyataan. 

Rent a Date [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang