Question of the day: Mending dikasih bunga atau cokelat?
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG & Twitter & Tiktok @akudadodado.
Thank you :)
🌟Kenapa hawa di sekitar kami jadi tiba-tiba saja menjadi sensual? Berpikir. Berpikir. Hal apa yang tidak akan mengarah ke mana pun yang akan membuatku salah paham. "Tahu nggak kalau paus biru itu gede banget? Bahkan lidahnya aja bisa seberat gajah?"
Pupil Harsa bergerak dari bagian leher dan kembali bertemu dengan milikku. Dalam sekejap sinarnya berubah. Dia tersenyum geli. "Random fact lagi?"
"Beratnya bisa sampai 200 ton, lho. Tapi para peneliti bilang mereka itu gentle giants." Aku tidak peduli Harsa menjawab apa, aku hanya perlu membicarakan hal yang menjauhkanku dari apa pun yang akan menggangguku dari hubungan profesional dengan Harsa. "Terus dia hewan yang besar, tapi yang dia makan itu krill. Krill itu hewan laut yang kecil banget. Mirip udang."
Angin membawa rambutku kembali menutupi dada, Harsa menyelipkan rambut nakal itu ke belakang telingaku kali ini. Kulit yang disentuhnya meremang gusar dan suasana santai yang susah payah aku bangun kembali lagi ke titik nol.
Mungkin aku membaca ini terlalu jauh. Mungkin aku sudah lama tidak memiliki hubungan dengan cowok hingga aku tidak tahu lagi siapa yang tengah menggodaku atau hanya sekedar akting. Berapa lama aku tidak pernah berpacaran? Dua setengah tahun? Tidak. Tidak. Hampir tiga tahun sepertinya. Pokoknya selama kuliah aku hanya fokus cepat lulus karena orang tuaku tidak mau membayar semester tambahan. Aku jelas tidak bisa membayarnya, jadi pilihanku adalah fokus belajar.
Jalan keluar apa yang tepat untuk kondisi sekarang?
"Tahu nggak kalau flamingo itu warnanya abu-abu pas lahir?"
"Kamu punya berapa random fact di sini?" Harsa mengetuk pelipisku dengan jari telunjuknya, tapi aku mengabaikan sentuhan itu dan lanjut mengoceh.
Kepalaku bergerak menjauh sebelum jari yang sama menyentuhku lagi. Aku perlu fokus untuk berpikir dan meregulasi emosi agar pikiranku lurus. "Tapi karena dia makan makanan yang mengandung pewarna alami pink, makanya dia berubah warna."
Harsa menahan rambutku dari angin yang terus bertiup. Kini aku menyesal tidak mencepol seluruhnya karena dengan mudahnya tangan Harsa menggenggam seluruh rambutku dan menjadikannya satu di pundak kiri. Tangannya setia nangkring di sana, menjadi ikat rambutku.
Why I find this sexy as hell?
Kenapa juga aku berpikir seperti ini ke bosku? Kenapa juga dia mengulum senyum dan melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan di kantor? Itu karena lo di sini bukan sekretarisnya, dia sewa jasa pacar dari lo. Dia bermain peran sebagai orang yang sudah move on. Ini hanya akting. Suara ketus di dalam kepala yang selalu rasional itu memberitahuku dengan cepat. Dan itu sungguh masuk akal.
Selepas dari sini, hubungan kami akan kembali normal dan getaran-getaran aneh setiap kami bersinggungan harus hilang. Demi masa depan yang indah dan uang yang berlimpah.
I can do this.
Be still my heart. Or I'm gonna break you into pieces.
Aku mengambil tangan Harsa, "Ini nggak perlu. Kecuali jamnya yang ditinggalin buat ganti ikat rambutku nggak apa," ucapku sembari melepaskan jemari Harsa dan mengembalikannya ke pangkuan cowok itu. Aku menunjuk pada jam Harsa yang mengilat di pergelangannya. Jam yang sama yang dia pakai saat ke kantor dan setelah aku mengetahui kalau dia orang kaya, aku melakukan riset setiap hari berapa harga setiap barang yang dia kenakan. Sebagai orang yang selalu kepo, ini sangat penting. "Jamnya lumayan buat biaya hidup aku. Aku nggak perlu kerja selama beberapa tahun, sambil tiduran aja di kostan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Rent a Date [FIN]
Literatura FemininaTAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh berurusan sekali dengan kliennya. Itu idealnya, tapi hidup Robyn tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana. Robyn justru kembali bertemu dengan H...