Ventisette

309 11 0
                                    

"Lo lagi galau, ya?"

Kirania mengerutkan kening dalam. Dia meminum bajigur panas yang ada baru saja diantarkan oleh sang penjual. Kirania hanya menggelengkan kepala. Meski begitu, Harsa tetap tahu apa yang sedang gadis itu pikirkan. Harsa sudah mendengar kabar yang disampaikan oleh teman Kirania.

"Tadi sore... gue ketemu sama Rora," ucap Harsa dengan senyuman di ujung-ujung bibirnya.

Kirania menoleh. Dia segera menelan bajigur yang sudah masuk ke dalam mulut. Gadis itu terlihat berpikir sejenak. Matanya bergerak ke atas dan ke kiri. Kemudian terdengar suara kekehan yang keluar dari bibir Harsa. Laki-laki itu mengusap kepala Kirania secara spontan dan membuat gadis itu menegang di tempat duduknya.

"E- eh! Sorry!" Harsa garuk-garuk kepala dan memasang wajah penuh rasa bersalah.

Kirania tersenyum dan dia tidak tahu keberanian yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya itu berasal dari mana. Tanpa ragu, gadis itu sudah mengulurkan tangan dan melakukan hal yang sama yang baru saja Harsa lakukan. Dia mengusap kepala Harsa dengan lembut.

Laki-laki yang baru saja merasa bersalah itu lantas terdiam. Dia menatap Kirania tanpa berkedip. Wajah gadis itu terlihat menawan di matanya. Harsa baru sadar jika sosok Kirania sangat indah. Bahkan kali ini, secara tiba-tiba, dia menyimpulkan jika Kirania jauh lebih menarik dibandingkan dengan Nania.

"Eh?" Kirania menarik tangannya saat Harsa hanya diam menatapnya.

Harsa lantas tersadar dan menegakkan punggungnya. "Gue suka sama lo, Ki," ucap Harsa tanpa pikir panjang.

Dia meletakkan gelasnya. Melihat Kirania menunduk dan menatap gelas yang penuh dengan bajigur yang menggugah selera itu membuat Harsa merasa kecil. Dia tidak yakin jika Kirania akan menerimanya. Melihat raut wajah gadis itu membuat Harsa tersenyum tipis.

"Jangan dipaksa kalau lo memang nggak bisa menerima gue! Kita tetap bisa jadi teman, kok," kata laki-laki itu.

Kirania mengangkat wajahnya dan melihat wajah tulus Harsa. "Siapa yang bilang kalau gue nggak bisa menerima lo?"

Ucapan Kirania sontak membuat Harsa membulatkan matanya. Dia melihat Kirania tersenyum lebar sampai gigi-giginya terlihat berjajar rapi. Dia tetap diam dan tidak mau mendahului kalimat Kirania. Dia tahu jika gadis itu belum selesai berbicara kepadanya.

"Gue mau jadi pacar lo," lanjut Kirania.

Bahu Harsa turun. Otot-otot yang semula terasa kaku, kini telah mengendur. Kedua ujung bibirnya tertarik ke atas sehingga membentuk senyuman yang sempurna. Dadanya terasa lega. Dia mengusap pipi Kirania dengan ibu jarinya dengan lembut.

"Terima kasih!" katanya.

Kirania mengangguk. Kirania yakin jika kelak dia dan Harsa akan tertawa saat mengingat kejadian malam ini. Kirania menerima ajakan Harsa untuk menjalin hubungan yang lebih serius dari sebatas teman biasa ketika mereka sedang minum bajigur panas di pinggir jalan. Dan setelahnya, tidak ada adegan romantis selain Harsa yang mengusap pipi Kirania tadi.

Mereka kembali mengobrol seperti biasa dan melanjutkan meminum bajigur yang masih sangat banyak di gelas masing-masing. Berawal dari ajakan night ride dan berakhir dengan status hubungan yang berubah. Harsa menjadi yakin, cobalah terlebih dahulu dan kamu akan tahu hasil akhirnya.

***

"Gue sama Harsa resmi pacaran," kata Kirania dengan nada lirih.

Rora yang sedang sibuk mengetikkan sesuatu pada layar komputernya segera menoleh. Jari-jarinya berhenti bergerak. Matanya melebar dengan bibir yang perlahan terbuka lebar. Mereka sedang bekerja tapi rasanya Kirania tidak bisa menyembunyikan hal ini sampai jam pulang kantor tiba.

Rembulan SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang