Trenta

392 10 0
                                        

Gadis cantik dengan segudang prestasi itu berhasil memukau banyak kaum Adam. Di kantornya, dia adalah sosok gadis idaman banyak laki-laki. Namanya Jelita Falisha Aldwin. Seorang gadis blasteran Indonesia – Inggris. Dengan kepribadian yang hangat, dia mampu membuat sosok Cakra memilihnya sebagai kekasih.

Hari ini, Jelita menunggu Cakra di lobby kantor. Dia duduk dengan gaya yang tetap anggun dan juga riasan wajah yang tetap menempel sempurna. Sosoknya berhasil mencuri perhatian beberapa karyawan yang lewat di depannya. Dia sangat terkenal di kantor tersebut sehingga banyak yang menyapanya tanpa rasa ragu.

Hari itu juga, Kirania memutuskan untuk pulang tepat waktu. Dia baru saja keluar dari lift dan memutuskan untuk berhenti berjalan ketika melihat sosok Jelita yang sedang berdiri sambil menyapa beberapa teman kantornya. Di samping Jelita ada Cakra yang tersenyum ramah dengan tangan kiri yang merangkul pinggang gadis cantik itu.

Kirania menarik napas panjang. Di kantor itu, Kirania tidak banyak memiliki teman. Dia memang tidak seperti Jelita dan biasanya dia memang tidak terlalu peduli dengan pandangan orang lain terhadap dirinya. Tapi sore itu, dia melihat kenyataan yang cukup membuat hatinya tersentil. Dia sedang merasa rendah diri. Seharusnya dia tetap berjalan dan melewati mereka tanpa berat hati.

Tanpa sadar, sosok laki-laki yang masih berada dalam jarak pandang Kirania itu menoleh ke belakang. Dia menatap Kirania dengan wajah sedikit kaget. Senyum di wajahnya menghilang. Kirania buru-buru menunduk dan berjalan berlawanan arah dengan tujuan yang hendak ia capai. Gadis itu menuju ke arah toilet tanpa berpikir panjang.

Dia masuk ke dalam salah satu bilik dan duduk di atas closet tanpa melakukan apa-apa. "Sial banget!" bisiknya dengan nada jengkel.

Jantungnya masih berdegup kencang dan dia berusaha membuat reaksi tubuhnya normal kembali. Sepertinya sore itu Kirania memang berada di tempat dan waktu yang tidak tepat. Setelah dia merasa tenang, dia segera keluar dari salah satu bilik. Kirania dengan cepat keluar dari toilet karyawan dan ingin segera pulang ke kosnya.

"Kiya!"

Kirania berjengit karena kaget. Dia menoleh dan seketika matanya melebar sempurna. Cakra sedang berdiri dengan salah satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana kerjanya. Laki-laki itu menegakkan tubuhnya dan melempar senyuman kepada Kirania.

"Cakra," bisik Kirania sambil melemparkan pandangan ke sekelilingnya. "Lo ngapain di sini?" tanya gadis itu.

"Gue nungguin Jelita," jawabnya.

Kirania lantas menatap ke arah toilet. Dia mendengus di dalam hatinya.

"Oh! Gue pergi dulu, ya, Ca!" katanya.

Demi Tuhan, dia tidak ingin berlama-lama berada di sana bersama Cakra. "Gue pikir lo nyari gue," batin gadis itu.

Dia terlalu percaya diri. Kirania lantas berjalan pergi dari sana tapi suara Cakra berhasil membuatnya berhenti.

"Kiya! Nanti malam..." Cakra berhenti sejenak.

Kirania menoleh dan menunggu kata-kata selanjutnya yang masih menggantung di ujung lidah laki-laki itu. "Ya?"

"Gue traktir lo makan ramen, ya!" kata Cakra dengan wajah ramahnya.

Kirania melirik ke arah kiri untuk memastikan kalau Jelita belum keluar dari toilet. Dia cukup kaget dengan ajakan Cakra. Kirania tidak habis pikir kenapa Cakra tanpa ragu untuk makan malam berdua. Apakah Cakra tidak bersikap berlebihan padanya?

"Ca-"

"Sayang, aku udah selesai," ucap seseorang yang baru saja keluar dari toilet.

Kirania berbalik dan menatap wajah Jelita yang nampak cantik dengan senyumannya yang sempurna. Gadis itu melihat ke arah Kirania dan menganggukkan kepala dengan sopan. Jelita bersikap cukup ramah pada Kirania sehingga membuat Kirania merasa bersalah karena diam-diam masih menyukai Cakra.

Rembulan SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang