45 - Back To Jakarta

14 1 0
                                    

Hari ini adalah hari gue kembali ke ibukota. Gue merapihkan barang-barang gue dan membawanya turun untuk di tata di mobil. Sekalian pagi ini gue harus mengecek kondisi mobil gue karena kami akan perjalanan jauh. Gue keluar kamar dan tidak sengaja bertemu dengan Naya. Hari ini ia tidak ada kuliah pagi. "Mau dibantuin?" Tanya Naya menghampiri gue.

"Boleh." Kata gue tersenyum. Gue memberikan paperbag belanjaan Dagadu sedangkan gue membawa koper turun. Tas ransel dengan laptop dan kamera masih ada di kamar karena nanti gue akan naik lagi ke atas.

Kami berdua berjalan menuruni tangga. Tante Citra sedang memasak di dapur bersama dengan Bibik. Rumah masih sepi sepertinya keluarga Naya yang lain masih di kamar. Naya menemani gue hingga parkiran. Gue membuka kunci mobil, dan mulai membuka bagasi untuk memasukkan koper. Setelah itu gue mengambil paperbag Naya dan memasukkannya ke dalam kursi belakang. Nanti saat koper Bobby sudah masuk gue akan menata ulang lagi barang-barang.

"Thank you." Kata gue kepada Naya. Cewek itu tersenyum dan masih menemani gue.

Suasana pagi di rumah eyang sudah mulai ramai. Gue melihat beberapa anak kos sudah banyak yang keluar. Mereka sempat menyapa Naya sebelum akhirnya keluar gerbang. Gue menyalakan mobil dan mengecek kondisi mobil. Naya melihat dari jendela kaca mobil yang memang sengaja gue buka. "Aman?" Tanyanya penasaran.

"Aman kok, paling nanti sebelum jalan mampir ke pom bensin isi bensin sebentar." Kata gue mematikan mobil lalu keluar berdiri disebelah Naya.

"Bulan depan ke sini lagi?" Tanya Naya pelan.

Gue tersenyum mendengar pertanyaan Naya. "Iya, cuma mungkin bulan depan gak sama mereka. Kalo Farhan bisa sama Farhan kalo gak mungkin aku jalan sendiri." Kata gue.

Naya hanya berdeham dan menganguk pelan. "Kenapa?" Tanya gue sambil menatap wajah cewek itu.

Naya menggeleng pelan. "Nginep disini lagi?" Tanyanya ragu.

"Kamu gak nyaman kalo aku nginep disini?" Tanya gue.

Naya menoleh dan melihat wajah gue dengan tatapan tak enak. "Ih bukan gitu kak. Aku cuma nanya aja." Kata Naya merasa bersalah.

Gue tersenyum dan mengelus kepala Naya. "Aku si mau nya nginep disini lagi biar bisa ketemu kamu, tapi aku juga gak enak nyusahin keluarga eyang. Jadi aku belum tau masih liat nanti. Bulan depan kamu masih mau kan temenin aku keliling Jogja?" Tanya gue lembut.

"Hmm, gimana ya?" Kata Naya seperti berpikir.

"Ya kalo kamu gak mau aku tinggal bilang sama eyang. Pasti eyang nyuruh kamu nemenin aku." Kata gue asal sambil tertawa pelan.

"Dasar curang." Kata Naya sebal namun ikut tertawa.

Kami berdua pun masuk kembali ke dalam rumah. Sebelum masuk Naya menyarankan untuk memisahkan oleh-oleh agar gampang diambil saat anak-anak sampai rumah mereka. Ia membantu gue memisahkan dan menamai oleh-oleh itu di ruang tamu. Gue melihat eyang sudah duduk di ruang tengah menunggu sarapan. Gue menyapa eyang sebelum akhirnya kembali ke kamar untuk memanggil anak-anak turun sekalian memasukan barang ke mobil dan sarapan. Pagi itu kami menikmati hari terakhir di Jogja bersama dengan keluarga Naya. Bahkan eyang sampai berpesan bulan depan jika gue kembali ke sini, gue disuruh menginap lagi di rumah itu. Semua keluarga Naya tampak setuju dengan usul eyang.

"Lampu ijo bro." Kata Yoga berbisik pelan.

"Doain ya." Kata gue tersenyum sambil memegang bahu Yoga.

Kami berempat pun pamit pagi itu. Bobby sedang berpamitan pada eyang. Gue gak ngerti kenapa Bobby tampak sangat sedih seperti dia memang cucu di rumah ini. Naya menghampiri gue dan memberikan sebuah tumbler. Gue melihat botol itu dengan tatapan penuh tanya. "Biar gak ngantuk, itu kopi rendah kafein." Kata Naya.

Selebgram Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang