44 - Belanja Oleh-Oleh

12 0 0
                                    

Setelah berbicara dengan Naya malam itu besoknya gue sibuk berdiskusi dengan Mas Alvino membahas bisnis kami. Gue juga banyak belajar bagaimana Mas Alvino bisa mengembangkan usahanya. Dua hari itu gue lebih banyak menghabiskan waktu dengan Mas Alvino. Yoga dan Andre sibuk menemani Bobby membuat video. Mereka bertiga berkeliling Jogja membuat berbagai konten. Gue juga jadi jarang berbicara dengan Naya, selain karena Naya sibuk kuliah, gue juga sibuk menghabiskan waktu bersama dengan Mas Alvino.

Tak terasa hari ini adalah hari terakhir gue di Jogja. Besok kami berempat akan kembali ke Jakarta karena kami masih harus ke kampus. Gue juga masih harus mendaftar wisuda dan memperhatikan bisnis Arhana disana. Siang itu gue duduk bersama dengan Mas Alvino. Toko yang akan dipakai untuk outlet Arhana pun sudah 95% selesai. Gue tinggal mempersiapkan barang yang akan dijual disini. Kami berdua pun sudah tidak terlalu sibuk dan bisa berbicara santai.

"Besok pagi jadi balik ke Jakarta jam berapa?" Tanya Mas Alvino sambil meminum es kopinya.

"Jam 8an mas rencananya." Kata gue sambil tersenyum.

Mas Alvino menganggukkan kepalanya. "Udah beli oleh-oleh buat orang rumah?" Tanya Mas Alvino kembali.

"Belum mas, niatnya nanti jam 1 saya nyusul yang lain ke tempat oleh-oleh." Kata gue tersenyum sambil mematikan dan memasukkan laptop gue.

"Rencananya naik apa ke sananya mas?" Tanya Mas Alvino.

"Mungkin naik grab atau taxi mas." Kata gue sambil meminum es kopi setelah selesai merapihkan barang bawaan gue.

Mas Alvino sempat terdiam sebentar lalu mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. "Hallo Nay." Kata Mas Alvino membuat gue menoleh dengan tatapan penuh tanya.

"Selesai kuliah jam berapa?" Tanya Mas Alvino. Gue masih diam mendengarkan pembicaraan mereka meskipun suara Naya tidak terdengar. "Udah selesai? Yaudah nanti temenin Mas Arka nyari oleh-oleh ya." Kata Mas Alvino tersenyum menoleh ke arah gue.

Gue yang mendengar ucapan Mas Alvino pun menjadi tidak enak karena terlalu sering merepotkan keluarga mereka. "Iya iya nanti dijemput kamu tunggu di halte depan aja. Nanti kabarin kalo udah jalan ke halte." Kata Mas Alvino lalu mengakhiri teleponnya.

"Nanti ditemenin sama Naya ya Mas Arka." Kata Mas Alvino selesai mematikan teleponnya.

"Eh gak usah mas, nanti ngerepotin." Kata gue merasa tidak enak.

"Gak apa-apa kok, lagian Naya tau tempat beli oleh-oleh dimana aja. Jadi Mas Arka lebih mudah nyarinya ntar. Oh iya mas kan gak bisa ikut kamu bawa mobil mas aja sekalian jemput Naya di halte kampus dia lagi ke ruang dosen dulu sebentar katanya." Kata Mas Alvino meletakkan kunci mobilnya di meja.

"Nanti Mas Alvino pulangnya gimana?" Tanya gue ragu.

"Gampang, nanti mas pulang sama Putra kebetulan dia ngekos di rumah jadi mas bisa nebeng." Kata Mas Alvino nyengir. Tepat saat itu handphone Mas Alvino menyala sebuah pesan muncul disana. "Oh iya Naya udah selesai lagi mau jalan ke halte. Nih buruan kasian kalo dia kelamaan nunggunya." Kata Mas Alvino menyerahkan kuncinya ke tangan gue karena gue belum juga mengambil kunci itu.

"Iya mas, makasih ya mas. Maaf jadi ngerepotin." Kata gue pelan.

"It's ok mas. Titip Naya ya." Kata Mas Alvino tersenyum. Gue menatap Mas Alvino tak mengerti. "Mas tau kok kalian pernah jadian ya meskipun sempet berakhir si. Mas percaya Mas Arka cowok yang baik, meskipun nantinya kalian bersama lagi atau gak itu gak mempengaruhi hubungan kerjasama kita kok. Next kita bahasnya ya, buruan jalan nanti Naya keburu ngomel nunggu kelamaan." Kata Mas Alvino tertawa pelan.

Gue pun mengangguk dan tersenyum. "Thanks ya mas, saya jalan dulu ya." Kata gue pamit lalu berjalan keluar cafe dan memasuki mobil Mas Alvino. Sebenernya sudah beberapa kali gue membawa mobil Mas Alvino karena cowok itu tampak lelah saat pulang kerja jadi gue menawarkan untuk menyetir dan Mas Alvino pun menyetujuinya.

Selebgram Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang