Chapter 3 The first problematic day

7.3K 592 33
                                    

"Gimana mau pulang kalo jalan pulang nya aja lupa!"ucap Ethan ngengas.

Tiba tiba handphone ditangannya berbunyi membuat Ethan dengan cepat melihat siapa yang meneleponnya,nampak lah tulisan dengan nama daddy Arthur di layar handphonenya.

Ethan mengeser layar handphonenya kesamping untuk mengangkat telepon itu.

"Hall..."

"Anak kurang ajar! Dimana kamu ha!"

Bentakan dari seberang sana membuat telinga Ethan berdengung"Njir ,ni papan catur ngak kira kira apa ya, dikira gue budeg kali main teriak teriak aja! "Ucap Ethan menggosok telinganya yang berdengung.

Ethan kembali mendekatkan telinganya pada handphone itu,"apaan sih teriak teriak !"sarkas Ethan membuat penelepon diseberang sana terkejut , tidak biasanya anaknya ini mengucapkan kalimat dengan nada yang tinggi.

Setelah diam sejenak dia pun kembali berbicara,"Dimana kamu ha! Kenapa jam segini belum pulang! Kelayapankan kamu!"

"Eh papan catur ! Enak aja bilang gua kelayapan ,gua masih diarea sekolah ini ,belum dijemput juga sama supir Lo itu !"

Arthur bertambah cengo mendegar perkataan Alvin , belum pernah dia mendengar anak nya ini memanggilnya seperti itu."Kurang ajar ! Berani ya kamu sama daddy ! Pulang sekarang Alvin!"

"Udah dibilang gua ngak bisa pulang karena ngak ada yang jemput ,Lo budeg ya!"

Arthur sedikit emosi mendegar perkataan anaknya sekarang, beraninya alvin mengatainya seperti itu."Dimana kamu ? Daddy akan menyuruh supir menjemputmu."

"Nah dari tadi keq , cepetan gua kirim lokasinya!"

"Dad..."

Sebelum Arthur berbicara Ethan telah menutup teleponnya.

"Ngeselin nih papan catur, udah nggak ada yang jemput gue,dia malah marah marah kegue ,mampus gue matiin, salah sendiri ngeselin."sambil menekan layar handphone itu sedikit kuat.

Disisi Arthur,dia memandang handphone dengan raut tidak percaya, tingkah Alvin sangat berbeda dari biasanya.

"Anak itu kenapa sedikit berbeda?"pikirnya dan tatapannya  yang masih melihat pada layar handphonenya.

Catherine sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama Aurora dan Alden yang menenangkan Alice, adik bungsunya yang terisak-isak.

"Mas kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Catherine kepada Arthur yang tampak gusar.

Arthur tersentak mendengar pertanyaan istrinya. "Aku minta maaf kalau aku terlihat marah, Sayang. Tadi Alvin menjawab teleponku dengan sikap yang berbeda dari biasanya. Dia sedikit lebih berani padaku sekarang," jelas Arthur.

Catherine menunjukkan raut wajah penuh kebingungannya. "Berubah ? Berubah bagaimana ?

"Entahlah sayang ,aku  sendiri juga bingung "jawab Arthur menatap Catherine.

Di samping Catherine, Alice masih menangis, wajahnya merah padam dan kesedihan tergambar jelas di wajahnya.

"Kenapa kamu menangis dari tadi sayang? Bicara saja jangan takut hm"tanya Catherine mengelus pipi Alice yang basah oleh air mata.

"Ka-k Al-vin mengu-rungku di gudang sek-olah, Mom-my. Unt-ung saja  ada kak saka dan bang Ald-en yang men-olong aku"jawab Alice dengan terisak-isak.

Mendengar pengakuan Alice, kemarahan Arthur meledak. Matanya menyala dan tegang memancarkan aura ketidaksenangan terhadap kejadian yang menimpa Anak bungsunya itu. Sementara itu, Aurora yang mendengarkan percakapan tersebut turut naik emosi .

Time Traveler ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang