Anka and a novel entitled Psychopath END

3.3K 313 33
                                    

Anka berpindah dalam ruang sistem dan menemui Dava.

"Bang Anka!" Dava memeluk Anka dengan erat dia senang saat bermain dengan Anka.

Anka juga membalas pelukan Dava,"Dava nanti setelah Dava udah sadar jangan ceritakan ini dengan orang lain ya."sambil mengelus rambut Dava.

"Em? Memangnya sekarang Dava nggak sadar ya bang? Kan Dava udah bangun."Dava menunjukkan dirinya yang berdiri.

Anka hanya tersenyum, Dava tidak mengerti maksudnya, "ya Dava udah bangun, tapi pertemuan kita jangan bilang siapa siapa ya , janji?"Anka memberikan hari kelingkingnya pada Dava.

Dengan bingung Dava juga memberikan jari kelingking nya pada Anka , "janji !"

"Cio juga mau janji!" Cio mengulurkan kelingkingnya dan mereka berjanji bersama sama.

"Sekarang Dava tutup mata ok."Ujar Anka sambil menutup mata Dava.

"Mau main petak umpet lagi ya bang?"tanya Dava dengan girang.

"Ya ,nanti setelah Dava buka mata Dava kita akan bersembunyi."jawab Anka .

"Ok , satu dua tiga.."jiwa Dava menghilang dari ruang sistem dan berpindah pada tubuhnya.

Dava membuka matanya dan merasakan sedikit sakit didadanya ,dia mulai menangis , "mommy daddy.."

"Dava!" Fiona memeluk Dava dengan pelan, dia takut luka pada Dava terbuka.

"Mommy? Sakit..."Dava memegang dadanya , dia merasa jika dadanya seperti ditusuk-tusuk, sangat sakit dan nyeri.

"Sayang tenang ok, tenang sayang mommy disini. "Fiona mengecup kening Dava dengan berkali-kali, dia sangat rindu dengan anaknya ini, tapi saat Dirga mengatakan Dava dirumah sakit membuatnya bingung sekaligus senang, bingung kenapa Dava ada dirumah sakit dan senang Dava sudah kembali.

Dia pikir Dirga akan membohonginya kembali, ternyata Dirga tidak berbohong, kali ini Dirga mengatakan hal yang sebenarnya.

"Dava."Dirga memeluk istrinya dan Dava bersamaan, setelah Dava diperiksa kondisinya tidak apa apa, hanya luka didadanya saja yang harus dijahit.

Tapi bagi Dirga luka didada Dava juga adalah yang paling buruk baginya, anaknya seharusnya tidak terluka seperti ini, "Maafkan daddy Dava, daddy terlambat." Sungguh jika waktu bisa diputar kembali Dirga tidak akan membuat Dava menjadi seperti ini, dia sangat menyesal.

"Daddy.. sa-kit " mata Dava berair karena dadanya merasa tidak nyaman dia memukul pelan dadanya tapi tangannya ditahan oleh Fiona, dia takut jika luka Dava akan kembali terluka, itu sangat tidak bisa dia bayangkan, sekarang saja dia sangat terkejut melihat Dava terluka seperti ini.

"Tenang sayang, itu akan sembuh, sudah sebentar lagi pasti tidak akan sakit, daddy sudah memberikan Dava obat yang paling bagus."Dirga mengelus pelan pipi Dava yang berair, dia juga mengecup pipi Dava, rindu sekali dia dengan anaknya ini.

"Dava."Devano berjalan pelan kearah Dava dengan tertatih, perutnya sangat nyeri,tapi dia akan berusaha sembuh,dia tidak mau terus seperti ini, dia ingin bermain dengan Dava seperti dulu ,dia mencium kening Dava sekilas," Maaf gara gara Abang kau menjadi seperti ini."Devano juga sangat menyesal, andai waktu itu dia tidak mengajak Dava membeli es krim dan menuruti kemauan Dava maka Dava tidak akan diculik, Dava juga tidak akan terluka seperti ini.

Dava hanya menangis, dia bingung dengan ucapan orang orang  sekitarnya, dan kenapa didadanya ada luka juga, rasanya sangat sakit dan perih.

"Dava, ini untukmu."Quiin memberikan coklat untuk Dava, dia tahu Dava sangat suka coklat, pasti Dava tidak akan menangis lagi nantinya setelah dia memberikan in.

"Oma?"Dava menatap omanya, seingat Dava omanya ini berada diluar negeri.

"Benar, tapi nanti dimakannya mengerti?"Quiin tidak mau jika Dava memakannya sekarang karena Dava baru saja operasi pada dadanya.

Mata Dava berbinar binar dengan pemberian Quiin,dia mengambil dengan tangan mungilnya, dia mengusap kasar air matanya, "Makasi Oma."Dava memeluk coklat itu, jarang sekali dia diberikan coklat tanpa meminta, padahal jika dia meminta pasti mereka tidak akan memberikannya.

Quiin tersenyum tipis, demi Dava tidak menangis dia rela memberikan makanan yang tidak sehat itu.

Dava menatap sekeliling, sepertinya dia mencari sesuatu ,dia juga melihat disebabkan Quiin dan lainnya,tapi juga tidak ada.

"Kenapa sayang, apa kau mencari sesuatu?"tanya Fiona , mereka yang ada disana menegang,jika Dava menanyakan Damien dan Max  apa yang akan mereka akan jawab, secara Damien dan Max sudah mati.

"Em mommy bang Anka sama bang Cio mana?"Tanya Dava sambil sesekali masih melirik sekitar.

Anka yang berada diruang sistem menepuk jidatnya,"dasar bocah!"

Mereka yang mendengar itu memandang satu sama lain, siapa Anka dan Cio ,baru pertama kali mereka mendengar nama itu, mereka pikir Dava akan menanyakan max dan Damien, ternyata tidak sama sekali.

"Memangnya Anka sama Cio siapa sayang?"tanya Fiona mewakili semua orang, mereka juga penasaran apa yang diucapkan oleh Dava.

"Em itu yang main sama Dava mommy, kita main sama sama tadi,tadi kita main petak umpet! Seru mommy! Dava cari bang Cio kemana mana eh bang Anka panggil jadi Dava nemuin bang Cio deh!" Dava tertawa senang dia sangat semangat menceritakannya sampai dia tidak sengaja bergerak terlalu berlebihan.

"Sakit.."Lirih Dava sambil memegang dadanya yang terasa sangat nyeri itu.

"Dava!"

"Dava jangan terlalu bergerak ya sayang, Dava mau sembuhkan? Jadi Dava harus mendegar apa yang mommy katakan ok." Fiona mencoba untuk memenangkan Dava agar tidak menangis kembali.

"Ya mau tapi mau sama bang Anka. "Ucapnya sambil sesekali melirik, siapa tahu Anka dan Cio yang dia mau datang.

"Tidak ada namanya bang Anka disini sayang."Dirga tidak tahu apa yang dimaksud Dava saat ini.

"Ada daddy ! Tadi bang Anka tutup mata Dava! Dia bilang mau main petak umpet!"Dava mulai memandang sekitar, dia juga tidak menemukan Anka.

"Mas?" Fiona memandang Dirga penuh tanya, Dirga juga tidak tahu harus menjawab apa.

"Dava mungkin kau hanya bermimpi."ucap Devano menenangkan Dava.

"Mimpi? "Dava menunduk sedih padahal dia sangat senang bisa bermain dengan Anka dan Cio.

"Ya sayang, baby mungkin cuma mimpi saja jadi jangan bersedih lagi ya."

"I-ya"

"Jangan sedih lagi dong mana senyumnya?"

Dava menunjukkan senyumnya pada mereka, mereka tersenyum senang akhirnya penderitaan Dava sudah selesai, mereka berjanji kali ini mereka tidak akan membiarkan Dava terluka seujung kukupun.

Anka hanya menghela nafas ," udah gua bilang jangan diomongin tapi masih aja dia ngomong."

"Tuan ini dia kan hanya anak anak jadi tidak terlalu mengerti."

"Ye deh iya."

"Gimana misi gua Cio?"

"Menampilkan misi."

"Misi: Mengantikan Dava 10.000 poin"

"Kategori : Berhasil"

Anka yang melihat itu tersenyum, "akhirnya gua capek banget disiksa sama mereka,gimana kalo Dava yang ada diposisi itu, gua udah nggak bisa ngebayangin."

"Benar tuan, untung anda bersedia mengantikan Dava."

Anka hanya mendelik mendegar Cio yang berbicara seperti itu.

"Jangan menatap Cio seperti itu tuan, tuan seperti ingin memakan Cio saja."

"Terserah Lo deh, gua mau bobok ganteng dulu."

Inilah perjalanan Anka dan Cio.

Sekian terima kasih.

End

Lanjut?

Anka kedunia mana ya?

Time Traveler ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang