Hampir bunuh diri

11.6K 295 11
                                    

"Astaga! Lihatlah pemuda itu, bukannya dia anak tunggal dari pengusaha terkenal yang kaya raya itu?"

"Iya benar! Kurasa dia sudah gila dengan berdiri di sana!"

"Dia ingin menjatuhkan dirinya! Dia ingin bunuh diri!"

Orang-orang mulai berbisik dan bahkan mengerubungi remaja yang saat itu berdiri di tepi jembatan. Namun, sayangnya tak ada seorang pun dari mereka yang berniat untuk menghentikan aksi gilanya.

"Eeh? Permisi ada apa ya?" Seseorang pemuda lain dengan nama tag di seragamnya bernama Win Metawin itu bertanya kepada seorang kakek yang juga bagian dari gerombolan.

Sepeda butut Win sulit berjalan, karena di depannya saat ini terbentuk sebuah kerumunan.

"Ada yang mau bunuh diri." ucap si kakek menjawab pertanyaan Win.

"Bunuh diri?" ucap Win dengan syok.

Win membulatkan matanya, ia tak salah dengar kan?

"Mengapa kalian hanya diam dan menonton?!" Win bertanya dengan nada tak percaya, ia segera menerobos kerumunan itu guna melihat dan menyelamatkan si orang yang berencana bunuh diri.

Orang-orang bodoh! Mereka hanya melihat dan menyodorkan ponsel dengan lampu kamera mereka tanpa mau menolong. Tak berhati.

"Hei!" Suara lengking Win membuat keadaan riuh itu menjadi hening seketika.

Ajaib bukan?

Win memegang erat lengan si anak laki-laki berumur yang hampir sama dengannya.

Bright, dia anak yang ingin bunuh diri menoleh. Kedua bola matanya  nampak sangat kosong, seperti hanya tanpa nyawa dan semangat hidup.

"Lepaskan tanganku." Suara Bright yang terdengar puber itu sungguh membuat Win merasa sedikit iri.

Win menggeleng." Kau mau apa?! Mengapa kau berdiri di sini, hah?!" tanya Win yang masih berusaha keras menarik Bright untuk menjauh jembatan itu.

Bright terdiam dan dia terus memperhatikan lengannya yang di tarik oleh Win menjauh dari jembatan yang ramai.

"Kau-"

Ucapan Bright harus berhenti karena Win yang terlebih dahulu mulai membuka mulutnya dan menasehatinya layaknya seorang ibu yang menasehati anaknya.

"Kau ini sudah dewasa, jangan main dengan nyawamu di sana. Apa kau akan loncat, jika aku tak datang? Hah?" Win nampak sedikit marah dengan Bright.

Mereka tak memiliki hubungan apapun saat itu, bahkan mereka tak saling kenal, lalu bagaimana bisa Win sebaik dan sangat perhatian kepada Bright si kaya yang ingin mati? Jawabannya karena Win itu terlalu baik.

Bright masih mengamati Win yang wajahnya memerah karna marah dan mungkin karna memang cuacanya sedang panas sekarang ini.

Win menghela nafasnya panjang lalu mangguncang bahu Bright yang saat itu sedikit lebih tinggi dari nya.

"Yak! Jawab aku, mengapa kau ada di disana tadi,  mengapa berdiri di dekat jembatan dan mengapa orang-orang bilang kau ingin bunuh diri?!" tanya Win yang tanpa henti.

Darah dalam tubuh Bright berdesir, mengapa rasanya sangat berbeda? Bright merasa di perhatikan.

Hati Bright menghangat saat itu.

"Aku tidak ingin bunuh diri," ucap Bright melihat sekeliling dan beralih menatap pemuda manis di hadapannya, matanya bertabrakan dengan mata Win yang terlihat masih cemas.

"Lalu?" tanya Win yang masih memegang pundaknya.

"Aku hanya ingin menghirup udara segar dan hanya berdiri di dekat jembatan, hanya ingin menghibur diri dari kesepian saja." Win memandang Bright penuh selidik. Pria itu merasa sedikit aura kesedihan dari apa yang di ucapnya.

"Tapi kenapa orang-orang mengatakan kau ingin bunuh diri." Terdengar kekehan dari pria di hadapannya.

"Kenapa kau tertawa? Apakah menurutmu nyawa itu lelucon? hah?!"

"Ekhm.., Maaf. Aku hanya merasa kesepian, orang tua ku juga sibuk dia selalu keluar negeri. Soal bunuh diri itu tidak benar kalian hanya salah paham." ujarnya bohong menjelaskan agar pria manis di hadapannya ini percaya.

'Aku hanya ingin mengabulkan keinginan Ibu, dia ingin aku mati.' lanjutnya dalam hati.

Win berkedip dua kali, jujur saja ucapan Bright tadi sangat menyedihkan.

"Akh... Hmm..." Win jadi bingung sendiri harus menanggapi bagaimana.

Di saat Win bingung, Bright mencari kesempatan untuk mengamati Win dari atas hingga bawah.

"Win Metawin." Eja Bright saat melihat nama tag di seragam yang di pakai Win.

"Eh?" Bingung Win.

"Nama kamu Win metawin?" tanya Bright dengan polosnya, seolah apa yang baru saja mereka katakan tak ada gunanya, tentang gosip ingin bunuh diri.

"Win mengangguk," Iya, panggil saja aku Win, hehehe...," ucap Win dengan senyum kelincinya.

Benar. Win Metawin itu sangat cantik, dia adalah pemuda dengan wajah putih, ramping dan cantik. pembawaannya juga lembut. Win benar-benar terlihat seperti seorang malaikat di mata Bright.

"Meta."

"Hah?" tanya Win yang kebingungan.

"Apa aku bisa memanggilmu dengan sebutan Meta?"

"O.., Ahh.., I-iya boleh kok." balas Win dengan gugup, baru pertama kali seseorang memanggilnya dengan sebutan itu jadi sedikit berbeda tapi dia sangat menyukai nama itu.

"Siapa nama kamu?" kini giliran Win yang menanyakan namanya.

"Bright. Bright Vachirawit."

Setelah berkenalan, Win meminta untuk pamit undur diri karena terburu-buru ingin ketempat kerja  dan berdoa mereka akan bertemu kembali.

Bright tak berkedip, ia masih memandangi punggung Win yang mulai menghilang di antara banyaknya kendaraan di jalanan itu.

"Meta..., Kuharap aku bisa bertemu kembali denganmu."

"Tuan muda!"

Bright berbalik dan memandang datar ke arah supirnya yang terlihat kehabisan nafas keran berlari mengejar tuan mudanya.

"Anda tak apa?" tanya si supir dengan memperhatikan Bright.

"Hmn. Ayo pulang." Bright berjalan lebih dulu meninggalkan sebuah tanda besar di kepala sang supir.

"Heh? kenapa tuan Bright belum mati? seharusnya dia mati saja, maka Nyonya pasti akan senang." batin supir yang rupanya tak menyukai Bright sama seperti semua orang yang membenci Bright.

Bright. Bright Vachirawit adalah anak tunggal dari seorang CEO terkaya di negara mereka yang merupakan salah satu keturunan dari mafia Spanyol yang terkenal kuat, kejam dan sangat berkuasa.

Banyak sekali orang yang secara langsung maupun tak langsung ingin melenyapkan nyawa Bright. Bahkan ibu tirinya juga selalu ingin anaknya mati.

Tapi kali ini di saat Bright hampir menyerah dengan kehidupannya yang besar, tapi seorang malaikat tak bersayap datang dan menyelamatkannya.

Win, seorang pemuda yang mungkin lebih muda tiga tahun darinya telah membuat Bright bertekad untuk menjadi kuat dan memiliki pemuda itu.

"Meta, di pertemuan pertama kau bahkan bisa membuatku ingin terus melihatmu, aku yakin kita akan segera bertemu lagi".





































































Next

My Obsession (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang