Win heran untuk apa Bright kembali merenovasi pintu mereka? Maksud Win, pintu yang sebelumnya saja sudah termasuk sangat aman."Meta, jangan marah padaku. Aku melakukan ini demi keamanan."Bright masih berusaha untuk membujuk Win yang kesal karna pengeluaran mereka kembali bertambah.
"Meta, jamgan diamkan aku terus."Bright masih berada di lantai dengan kepalanya yang ia letakkan di atas paha Win.
"Bright, kau tahu uang yang kau gunakan untuk dinding kedap suara, pintu dan CCTV itu?"Win tahu Bright sudah bekerja tapi tetap saja mereka harus menghemat uang sebisa mungkin.
Biaya hidup semakin hari pasti akan semakin banyak lalu bagaimana nanti jika suatu saat mereka membutuhkan uang dadakan? Bagaimana jika sisa uang yang mereka simpan tak akan cukup?
"Meta, uang bisa dicari tapi keselamatan kita adalah yang utama."
"Keselamatan dan keamanan dirimu lebih berarti Meta."Batin Bright menambahkan.
Win menyingkirkan kepala Bright dari atasnpahanya. Dia berdiri dan berjalan mendekati balkon.
Bright pun mengikutinya. Dia langsung memeluk perut Win dan meletakkan dagunya di perpotongan leher Win.
"Aku tahu itu, Bright. Tapi..."kali ini Win sudah menghadap dan bertatapan langsung dengan Bright.
"Ada apa? Apa kau sedang mengagumi wajahku?"Bright terlampau percaya diri. Dia membuat wajah Win yang sempat serius menjadi lebih lunak sekarang.
Dengan gelengan Win menjawab."Apa kau akan membayar hutang kepada Tante Anna nanti sore? Ini adalah hari terakhir."
Walaupun Bright sudah bilang jika uangnya sudah ada tetap saja Win merasa takut.
Bright mengangguk dan memainkan rambut Win dengan pelan."Apa kau ingin ikut?"
Win sedikit terkejut dengan pertanyaan dari Bright."Apa kau serius? Kau, kau mengajakku Bright?"Demi apapun wajah Win saat itu begitu menggemaskan.
Bright mengangguk lalu dia menggeleng tak lama setelah itu Bright mulai berkata.
"Tadinya aku mau mengajakmu tapi... kau sangat menggemaskan hingga rasanya aku enggan membawamu keluar dari sini."candaan Bright membuat Win menepuk pelan pundak Bright.
"Bright, bagaimana bisa kau selalu seperti ini kepadaku? Aku ini tak akan hidup lama."Batin Win dengan sendu.
Win kembali mengamati Bright yang sedang menyelesaikan dua lagi kemputer di meja kerjanya. Melihat Bright yang sangat mandiri dan bisa mencari uang membuatnya merasa semakin tenang.
"Bright, dia sudah mulai dewasa. Dia sudah bisa bertahan hidup dengan kekuatannya sendiri."Win tersenyum kala itu walau jika didengar lebih lanjut, nada suara Win terdengat sangat sendu.
****
"Meta, pakai kancingnya sampai ke atas."Bright membenarkan baju hangat yang Win pakai.
Seperti kebiasaan yang terulang. Bright akan memastikan dan memilih setiap pakaian yang Win pakai. Win pun tak merasa keberatan.
"Bright? Kenapa kita tak naik angkutan umum saja? Kebapa harus taksi?"jarak dari rumah suusn ke mansion Chivaaree itu cukup jauh.
Win memang sangat memikirkan tentang uang dan uang. Jujur saja, Win takut uang yang Bright dapatkan dengan kerja kerasnya habis untuk hal-hal tak berguna semacam ini.
Akan tetapi, Bright memiliki jalan pikiran yang berbeda dari Win. Bagi Bright tak ada kata aman di dalam angkutan umum bisa saja ada penjahat yang bersembunyi di antara orang-orang atau bisa saha ada seseorang yang teridentifikasi virus dan bisa menulari Win. Bukan tanpa alasan Bright semakin posesif kepada Bright, semuanya punya sebab dan akibat.