Hari-hari yang Win dan Bright lalui kian membaik. Mereka memulai segalanya dengan sempurna.Keadaan ekonomi mereka pun semakin hari semakin tercukupi. Keduanya tak lagi perlu untuk menghemat uang dan hanya me makan makanan yang sama setiap hari mereka tetap harus Riza memikirkan uang untuk kepentingan kuliah.
Walaupun begitu ada satu hal yang masih mengganjal di hati Win. Semakin hari Bright semakin menunjukkan aura dominan nya. Masalahnya bukan hanya kepada Win melainkan kepada semua orang yang secara langsung atau tidak langsung berinteraksi dengan Win.
Ini salah satu contohnya.
"Bright, kenapa kau tak memberiku izin? Aku bukan pergi untuk bermain atau jalan-jalan. Ini salah satu program di jurusanku."
Di jam makan siang, Win masih membujuk Bright untuk mengizinkannya mengikuti kegiatan wisata seni yang diadakan di fakultas dan jurusannya.
Kegiatan ini menjadi salah satu pemenuh nilai di semester ini dan Win tak mau tertinggal hanya karena ikut serta dalam wisata sini ke sebuah museum yang ada di luar kota.
"Meta, jika itu sehari tanpa menginap mungkin aku bisa mengizinkannya, tapi... ini menginap. Aku sama sekali tak bisa tenang jika kau jauh dariku. Bagaimana jika kau terluka di sana dan aku tak ada di sisimu?"
"Bright, ada banyak senior, dosen pembimbing dan bahkan teman-teman Win. Mereka akan menjaga Win dengan sangat baik."
"Jangan terlalu merisaukan hal itu."Prof. Roy yang sedari tadi mendengar pokok permasalahan antara Win dan Bright mulai menengahi keadaan.
Cekcok antara Win dan Bright memang sering terjadi tetapi biasanya akan berbaikan lagi setelah beberapa menit.
"Dengar Bright? Prof Roy saja mengatakan jika itu tak apa. Lagipula aku juga seorang laki-laki sepertimu. Aku tak selemah yang kau kira."
Di bawah meja kedua tangan Brightmengepal, dia tidak suka dibantah oleh Win apalagi tentang sesuatu yang menyangkut keselamatannya.
"Meta, jangan mendebat aku dan menurutlah."Bright berkata dengan sabar.
Tetapi kali ini Win benar benar ingin mengikuti kegiatan itu, dia ingin menuntaskan semester ini dengan baik.
"Bright, kali ini saja. Aku berjanji, aku akan baik-baik saja. Aku tak akan terlika jika itu adalah yang kau takutkan. Aku tak lemah Bright."
Brak-!
"Meta! Kau lemah! Kau sangat lemah!"Teriakan Bright mengundang semua mata yang ada di sana melihat ke meja Win.
Ini sering terjadi biasanya Bright masih akan bisa mengendalikan amarahnya di depan Win. Biasanya Bright hanya akan diam dan selalu menurutinya, tetapi sejak Bright semakin tumbuh dewasa keinginan Win tak terlalu Bright hiraukan jika tak sejalan dengan apa yang mereka inginkan.
"Meta, aku-"
"Aku memang penyakitan Bright. Namun, aku tak selemah itu."Win berdiri dan berhadapan dengan Bright.
Dengan tenang Win menatap dua bola mata Bright yang masih bergerak risau.
"Aku akan baik-baik saja. Tubuh lemahku ini tak akan mati disana."
Setelah mengatakan itu Win berbalik memunggungi Bright."Aku akan kembali ke kelas. Makan siangku sudah habis. Bright, belajarlah dengan benar, sampai bertemu sore nanti."Win pergi dari sana disaat urusan dan perselisihan mereka belum selesai.
"Meta!"Bright ingin mengejar Win akan tetapi Prof. Roy menahannya.
"Biarkan Win. Kampus ini bukan tempat yang berbahaya dan Win harus pergi wisata musium selama satu malam dua hari, Bright."