2 jam berdua

3.2K 181 2
                                    

Menyadari jika pria yang akan ia ajar adalah Bright, pria yang sempat ia selamatkan nyawanya saat akan bunuh diri di jembatan itu membuat Win tersenyum semakin lebar.

"Bright!" Bahkan Win tak sadar memeluk tubuh yang lebih tua darinya itu

Deg!

Seketika Bright merasakan desiran aneh nan asing yang merayapi dirinya saat dia dan Win berpelukan dengan permukaan kulit mereka yang menyatu.

Win melepaskan pelukannya dengan Bright lalu ia kembali tersenyum lebar yang mana senyuman Win juga mampu membuat Bright mengembangkan senyumannya.

"Aku tak menyangka jika kau adalah anak Tuan donatur di sekolah ku," ucapnya apa adanya.

Dengan senyuman yang mampu membuat siapa saja merasa tenang, Win dengan polosnya justru menggenggam jemari tangan Bright.

"Ternyata aku akan menjadi tutormu!" ucap Wih sekali lagi dengan senang.

"Eh? Bright, kau kenapa diam saja? Apa kau tak suka aku menjadi tutormu?" tanya Win dengan sedih.

Win pikir Bright merasa menyesal dan tak menyukai keberadaan Win di sini. Di tambah lagi, saat itu pertemuan pertama mereka, Win sungguh terlihat jelas seperti orang miskin dengan sepeda bututnya yang bodoh.

Buru-buru Bright menggeleng." Aku suka. Aku suka Meta," ucap Bright yang membuat senyum di wajah Win kembali muncul

Marta yang sedari tadi mengamati interaksi antara tuan mudanya dan Win merasa bingung. Bahkan biasanya Bright tak suka di sentuh, dia tak akan mau bicara dengan orang asing dan tatapannya akan selalu tajam tapi kali ini? Bahkan yang Marta lihat bukan tatapan tajam melainkan tatapan memuja.

"Baguslah. Mulai sekarang kau akan belajar bersamaku. Tenang saja aku ini tidak galak kok!" Dengan beraninya bahkan Win mengusap rambut hitam milik Bright.

Marta di buat melongo dengan Bright yang justru tersenyum tipis akibat ulah Win itu.

'Ini sangat aneh!' batin Marta.

Setelah kepergian Marta kini hanya ada Bright dan Win yang ada di dalam kamar Bright yang terlihat suram dari segala sisinya.

Bright duduk di bawah, lebih tepatnya di karpet. Ia memandang pada Win yang sengaja ia dudukan di ranjang miliknya.

Hei! Bukankah itu sedikit terasa aneh? kala si punya kamar justru duduk di bawah dan si tamu duduk di atas?

"Eh?" Win merasa tak enak dengan Bright yang malah duduk di bawah.

"Bright, Kau duduk di atas saja, biarkan aku yang duduk di bawah." Saat Win ingin bangun dari duduknya, Bright menghentikannya.

"Di atas lebih nyaman, di bawah dingin."

Win semakin merasa tak enak dengan ucapan Bright. Maka tanpa menghiraukan Bright lagi, Win langsung pindah ke karpet di sebelah Bright.

"Sudah, Tak apa. Kita berdua duduk bersama saja di karpet ini, ya?" tanya Win dengan senyuman yang tak akan Bright bisa tolak.

Mereka berdua memulai aktivitas belajar. Sebenarnya selama hampir satu jam saat Win menjelaskan segalanya, Bright hanya diam dan mengamati wajah Win.

Menganati wajah yang terlihat anggun itu tanpa bergerak.

"Apa kau paham Bright?" tanya Win dengan memandang Bright yang asik tak berkedip memandangnya.

"Ya, Aku paham Ta."

Win tampak puas dengan jawaban Bright.

"Meta, Apa kau lelah?" tanya Bright tiba-tiba, Win menggeleng, Walau sebenarnya tubuhnya sedikit lelah karena ia tak makan setelah pulang sekolah dan harus mengayuh sepeda bututnya kemari tapi Win tak mungkin mengatakan hal itu kepada Bright bukan?

Bright yang masih saja memandangi Win, dia tau jika sebenarnya lelah dan itu tergambar sangat jelas di dalam wajahnya.

"Tapi aku lelah, Meta. Kita istirahat sebentar ya?" pinta Bright.

Dengan begitu Win akan menurut dan dia sedikit menyenderkan punggungnya yang terasa lelah ke ranjang Bright.

Bright bangkit dan ingin membuatkan sendiri secara langsung minuman untuk Win di dapur walau Win akan menolaknya mentah-mentah tetapi Bright tak suka di bantah.

"Meta, Tunggu di sini. Kau bisa berbaring di ranjangku jika kau lelah. Aku akan segera kembali."

Win mengangguk dan saat Bright keluar dari kamarnya, Win masih duduk di karpet walau dia sangat ingin berbaring tetapi Win tak ingin membuat ranjang Bright jadi kusut dan kotor karnanya.

Hanya dalam lima belas menit akhirnya Bright kembali ke kamar dengan membawa sebuah nampan yang berisi kue kering dan teh manis yang aromanya sangat harum.

Pemuda itu langsung menyuguhkan makanan dan minuman kepada Win. Win yang awalnya ingin menolak tetapi melihat wajah Bright yang memelas, membuat Win menerimanya.

"Bright." panggil Win.

"Iya, Meta?"

Win kini melihat pada Bright yang duduk di bawah dan selalu menaruh fokus pada Win yang sebelumnya sudah Bright paksa agar duduk di ranjang.

"Kau itu suka warna hitam ya? sangat ehm...Di sini semuanya berwarna hitam." ucap Win yang tak salah, kerna memang benar semuanya yang ada di sini berwarna hitam. Mulai dari ranjang, gorden dan printilan kecil yang Win tebak harganya pasti mahal.

Bright hanya mengangguk.

Mata Win yang jernih itu lalu beranjak ke bagian pojok ruangan ini.

"Dan untuk apa seluruh pedang, pistol dan benda-benda tajam itu milikmu? Ah, iya... dan apa itu yang di dalam toples?" tanya Win sambil menunjuk pada toples yang berisi sesuatu semacam organ tubuh yang diawetkan.

Bright mengikuti arah pandang Win, lalu dia menjawab pertanyaan Win sebelumnya. 

"Itu...Mainanku. Aku suka memainkannya." ucapnya tanpa pikir panjang.

Bright ingin melihat reaksi seperti apa yang mungkin Win berikan kala melihat segala hal di luar nalar yang Bright gemari.

Win hanya mengangguk."Aku tak tau itu apa tapi yang jelas itu semua pasti mahal ya?" tanya Win yang sedang memandang Bright dengan mata cerahnya yang nampak begitu polos dan tak berdosa.

Bright tersenyum kecil dan mengangguk." Mungkin saja." jawab Bright dengan kalem.

Win kini gantian mengangguk."Baiklah, Ayo kita mulai belajarnya lagi, istirahatnya sudah cukup." Win dengan semangat mulai kembali menerangkan beragam topik kepada Bright.

Dan lagi-lagi Bright tanpa berkedip hanya diam di posisinya yang sama untuk mengamati setiap pergerakan yang Win buat.

Di mata Bright, Win itu terlalu bersinar indah

'Meta sangat indah, Apa aku bisa memilikinya untuk diriku sendiri? Aku sangat ingin menghabiskan waktu hanya berdua dengannya.' Batin Bright yang mulai terobsesi dengan kehadiran Win yang memang tak pernah gagal untuk membuat semua orang menjadi ingin dekat dengan pemuda indah itu.

































Next

My Obsession (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang