Perasaan Bright semakin tak menentu. Ia gelisah, sangat gelisah sehingga urat urat di sepanjang lengan nya yang mulai kekar nampak jelas terlihat.Memicing, Bright akhirnya melihat kamar mandi yang terletak tak terlalu jauh dari kantin ramai ini. Masalahnya, kamar mandi ini sangatlah sepi.
"Meta!"rupanya Firasat Bright tentang Win tak pernah salah.
Bright menggeram marah. Mendobrak kuat pintu yang terkunci di depannya dengan sebuah papan tergantung yang menerangkan jika kamar mandi itu dengan dalam keadaan rusak.
"Meta!"rasanya jantung Bright ingin keluar dari tempatnya.
Bright melihat keadaan Win yang keadaannya sangat jauh dari kata baik baik saja. Pakaian yang Win Kenakan sepenuhnya basah tetapi yang menjadi fokus utama kala itu adalah wajah Win yang lebam dan mengeluarkan darah di sudut bibir dan pelipisnya.
"Shit!"Air mata Bright bahkan sudah jatuh ketika dia menggendong tubuh Win.
Tangan kekar Bright bergetar, matanya tak lepas untuk meneliti seberapa banyak lebam yang ada di atas permukaan kulit Win. Sedangkan otak dan hatinya?Oh... Bright akan kembali menjadi Bright si monster yang ringan tangan sebentar lagi sepertinya.
Di luar toilet rupanya sudah sangat ramai mereka semua menanti apa yang akan terjadi selanjutnya kepada Win dan Bright yang marah.
Tak mempedulikan apapun, Bright langsung menggendong tubuh Win keluar dari dalam toilet. Kerumunan menghalangi langkah Bright yang mana semakin membuat tensi suasana yang ada di sana semakin tegang.
"Minggir!"Bright berteriak marah.
Di saat itulah Profesor Roy datang dan memecahkan kerumunan."Bright? Ada apa? Win kenapa?"tanya nya yang sudah membuat tempat lebih luas untuk Bright yang nampak sangat gelisah, marah dan ketakutan di saat bersamaan.
"Meta, M-eta, Dia..."Bright Yang panik sulit untuk mengatakan apapun saat itu.
Profesor Roy menenangkan Bright, dia lalu menawarkan tumpangan untuk Bright dan Win ke rumah sakit yang tak jauh dari kampus.
"Bright, tenang. Kita ke rumah sakit sekarang. Ayo."Profesor Roy yang memang sangat tahu seberapa berharganya Win bagi Bright mencoba untuk menjaga tingkat kewarasan Bright tetap dalam batas normal.
Setelah sampai di rumah sakit, Win langsung dibawa ke ruangan pemeriksaan dan diperiksa secara langsung oleh Profesor Roy sedangkan Bright diberikan kelonggaran untuk ikut masuk dan menemani Win.
sepanjang Profesor Roy memeriksa dan membalut luka Win, selama itu pula Bright bergumam satu kalimat yang sama.
"Meta Maafkan aku, Aku tak bisa menjagamu."
"Bright, Win baik-baik saja. Dia hanya-"
Dengan raut wajah gelisah, Bright memotong penjelasan Profesor Roy.
"Apa, Dia tak baik-baik saja. Dia... Lihat luka lebamnya. Bagaimana dengan asma dan jantung nya?"Bright masih mempermasalahkan luka lebam dan penyakit jantung Win.
Prof. Roy menepuk pundak Bright dan meminta pemuda itu tenang sembari menjelaskan keadaan Win.
"Win akan segera sadar. Aku janji itu dan kau, ikut aku keruanganku. Ada beberapa hal terkait kondisi Win yang harus aku jelaskan kepadamu."
Bright enggan. Dia ingin tetap berada di sebelah Win dan menjadi orang pertama yang Win lihat ketika dia membuka matanya, Tetapi mengetahui secara detail tentang kondisi Win jugalah penting.
"Katakan Prof. Apa dia akan bertahan lama? Apa dia akan baik-baik saja?"ketakutan terbesar Bright adalah saat Win tak mampu bertahan lama di dunia ini.