Bright khawatir

1.6K 93 2
                                    

Saat Win membuka matanya, dia tak menemukan Bright di sisinya. Padahal biasanya Bright akan selalu ada di sisi Win. Lalu sekarang ada di mana Bright berada?

win sudah berada di kamar Rawat sekali lagi. Win Haris melihat ruangan steril super bersih dan terang ini. Dia sangat tak menyukai bau ruangan di rumah sakit tetapi ia tak bisa menolak karena memang kondisi tubuhnya yang drop.

Tadi saat Bright memaksanya ke rumah sakit, padahal sebelumnya ia menjanjikan untuk mengantarkanya ke panti asuhan, hal itu sedikit membuat Win kesal dan kecewa.

"Bright," gumam Win.

Win merasa sangat haus namun tubuhnya seolah tak memiliki kekuatan walau hanya untuk duduk.

Ada meja kecil yang tak jauh dari keranjang di rumah sakit ini jadilah Win berusaha untuk meraih gelas itu. Naas, jelasnya malah jatuh berbarengan dengan Win yang ikut jatuh ke bawah. Selang infusnya tertarik cukup kencang hingga mengakibatkan darah mulai keluar dari sana.

Brak!

"Meta!" Bright langsung masuk dan membantu Win untuk berdiri.

Pemuda itu langsung menempatkan Win di atas ranjang lagi dan segera memanggil dokter.

"Phi aku hanya jatuh-" ucapannya terpotong oleh kalimat Bright yang penuh penekanan.

"Diam Meta! Kau jatuh, dan apa ini? kau terluka. Infusnya sampai terlepas." sepertinya saat ini bukanlah saat yang tepat bagi Win untuk membantah apapun yang Bright katakan.

Tak lama dokter langsung masuk dan membersihkan serta mengganti infus Win. Lalu donter itu tersenyum dan berkata kepada Win untuk lebih berhati-hati.

"Dok, aku tak apa, kan? Apa aku bisa pulang?" Win bertanya dengan penuh harap. Matanya melirik ruangannya, dia sungguh merasa sesak berada di dalam kamar super bersih dan steril.

"Tidak."

Bukan dokter yang menjawab pertanyaa Win melainkan Bright yang kini memandang serius ke arah dokter.

"Dokter. Sebelumnya kau mengatakan jika Win kelelahan hingga membuatnya mimisan lalu setelah melakukan pemeriksaan mendalam kau menemukan pembekuan darah di dalam tubuhnya."

Dokter itu mengangguk membenarkan pertanyaan Bright dan menghelanapas panjang setelah itu."Kau benar, Bright."

Dokter itu mandang iba ke arah Win."Win, kondisimu semakin menurun. Kau benar benar tak boleh kelelahan. Jantungmu lemah, apa bila kau tak menjaga dirimu sendiri.... akan banyak dampak yang bisa saja menjadi komplikasi dari penyakitmu."

belum sempat Win mengatakan pendapat nya, dokter itu rupanya masih menyambung kalimatnya.

"Di tambah dengan Gerd dan Maag yang kau idap. Kau harus benar-benar memperhatikan kesehatanmu sendiri."

"Aku tahu Dok. Terima kasih." Win tersenyum sendu dan setelahnya Dokter Rex yang merupakan salah satu profesor di kampus mereka itu untuk memberikan banyak lebih tempat untuk Win dan Bright empat mata.

Kini hanya Bright dan Win di dalam kamar kelas atas itu. Di dalam situasi itu Bright masih nampak serius melihat pergelangan tangan Win yang terinfus.

"Bright..."Win memanggil Bright dan mengusap kerutan hakus di kening Bright.

"Jangan terlalu khawatir, aku tak apa. Ini hanya kelelahan seperti biasa."Win meyakinkan Bright jika dia akan segera sehat dan pulih seperti sebelumnya.

Bright mengambil tangan Win yang tak terinfus dan menciumnya. Lalu pemuda itu yang jauh lebih tua dari Win berkata."Bagaimana aku bisa tenang, Meta? Aku sangat khawatir kepadamu. Kau mimisan, penyakitmu.."

My Obsession (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang