"Apa kau tak merindukan aku?"Bright mendekap Win dengan lebih erat. Hampir seharian ini dia tak bisa bertemu dengan Win kesayangannya dan biasanya begitu membuatnya sessk."Apa harus?"Sungguh. Win hanya bercanda ketika mengatakannya akan tetapi Bright itu sangat jarang menganggap segala hal yang berkaitan dengan sebagai sebuah candaan.
Bright Meratakan wajahnya dan melepaskan pelukannya dari win dengan sangat tiba tiba. Lantas pemuda itu kini berdiri dan bertanya balik kepada win dngn suara datar.
"Harus. Karena kau hanya dan akan memilikiku maka kau hanya akan mengingat aku dan aku sepanjanh waktu."
Win merinding, dia tak terkejut dengan Bright yang mengeluarkan kata-kata sangat pedas dan posesif, akan tetapi saat itu win hanya menyadari jika Bright mulai tumbuh semakin dewasa dan Bright kian dewasa Mengapa terlalu terlihat mengintimidasi, dia bisa kapan saja melakukan hal yang jauh lebih gila.
Dan Win sama sekali tidak menginginkan hal itu. Dia menggeleng di dalam hatinya dan kembali sadar kepada kenyataan. Diraihnya tangan Bright, Win mengusap pelan pergelangan tangan itu dan mengecupnya meninggalkan bekas lembut dan hangat dari bibirnya di sana berharap jika emosi dan mood Bright kembali menghangat, bukan dingin seperti sekarang.
"Aku milikmu dan kau pemilikku, apa itu tak cukup untuk membuatmu percaya diri jika hanya Bright yang menggemaskan ini yang selalu ada di dalam pikiranku."ucap Win dengan suara pelan.
"Aku ini hanya bercanda, Bright. Apa kau tak suka?"tanya Win kemudian.
"Huft, kau... aku benar-benar tak suka caramu bercanda itu. Jangan kau ulangi, paham?"Bright meraih pinggang Win dan membawanya jatuh di dalam dekap erat Bright sekali lagi.
Mereka saling memandang satu sama lain dengan sangat intim hingga Bright dengan pemikirannya yang mulai berkembang jauh ke jenjang yang lebih manis di bibir Win.
Di sentuhnya bibir Win yang ranum. Ibu jari Bright benar-benar pelan menyentuh benda kenyal itu. Bright berkata dengan lirih dengan nada penasaran yang dicampur kelicikan.
"Bagaimana rasanya? Apakah masih manis seperti saat itu?"
"Apa yang manis, Bright? Kau sedang...."
"Aku sedang membicarakan bibir ini."
Win tak bisa berkutik, dia merasa jantungnya berlari. saat ini mata Bright semakin tajam dan menawan itu tengah menatap lurus dan masuk ke dalam penglihatan win.
"Apa kau tak merindukan bibirku juga?"
"Apa kau tak ingin memberikan rasa manis itu kepadaku?"
Win merona. Telinga hingga wajahnya memerah tanpa mampu di tahan. Hingga Bright yang semakin mendekati bibirnya.
"Bright..."lirihnya yang tengah malu.
Bright seakan tuli. Pemuda itu kian mendekati bibir Win menjulurkan lidahnya demi mencicipi sekilas permukaan halus bibir ranum milik si cantik.
"Masih sama, bahkan jauh lebih manis, Meta."Bright tersenyum dan di detik selanjutnya, Win tak lagi bisa mengeluarkan suaranya. Hanya ada suara desahan yang tercipta akibat Bright melahap rakus bibirnya mengeledah seisi ruang di dalam rongga mulutnya.
"Mmmmph...Mmmmph..."
Bright semakin menahan dan mendorong kepala belakang Win agar ciuman di antara mereka tak lepas.
"Mmmmph!"Win berusaha menepuk dan memukul dada bidang Bright yang keras namun hal itu justru membuat kepalan tangan Win terasa sakit.
"Mmmmph.!"