Makian Frank membuat Win sangat terpukul kala itu dan bahkan pemuda itu langsung berlari keluar dari kamar rawat Frank.Hati Win sangat sakit bukan karna Frank yang menghina dan merendahkannya akan tetapi Win merasa sangat sedih ketika Frank menganggapnya dan Bright adalah manusia kejam di tambah dengan semua yang terjadi kepada Frank memang adalah karna perbuatan dari Bright.
Di pelataran rumah sakit yang basah serta dingin karna saat itu hujan turun dengan derasnya. Win menangis atas rasa sedihnya di dalam pelukan Bright.
Jika Win sangat amat sedih maka Bright sangat kacau melihat Win yang berlari meninggalkannya dalam rawat Frank yang membuatnya berfikir jika Win ingin pergi meninggalkannya, walaupun pada kenyataannya sama sekali tak seperti itu.
Win berlari bukan karna Bright ataupun Frank akan tetapi karna dirinya sendiri.
"Meta, Hiks... hikss.. jangan tinggalkan aku."suara Bright yang berpadu dengan rintik air hujan sangat kontras terdengar di dalam indra pendengaran Win.
Win masih belum sanggup mengatakan apapun karna dia pun menangis.
Hingga saat Bright memaksa Win untuk merubah posisinya menjdi menghadap ke arah Win.
Kini mereka saling berpandangan. Air mata yang tercampur titik-titik hujan itu sangat kentara di wajah satu sama lain.
Namun, tak lama mereka saling memandang dan seolah berbagi luka karna pada detik berikutnya tubuh Bright menegang kala Win mulai mengeluarkan banyak darah dari hidungnya dan jatuh tak sadarkan diri.
"METAWIN!"
****
Hari demi hari berlalu.
Win sudah duduk dengan sangat nyaman di atas ranjangnya di rumah susun. Pagi tadi ia sudah diizinkan pulang dari rumah sakit, untunglah saat itu Win berhasil meyakinkan dan membujuk Bright agar tak perlu berlama-lama di rumah sakit dan dengan sedikit ancaman kecil Brighr akhirnya akan selalu menurutin keinginannya.
Mereka sudah terlanjur mengambil jatah cuti dari kampus selama lima hari karna dua hari sudah berlalu saat Win di rawat dan kini jadilag masig ada sisa tiga hari.
Win menarik tangan Bright, dia memaksanya untuk naik dan duduk di sisinya karna Bright yang selalu saja memilih untuk di bawah kaki Win.
"Kita bukan orang baru yang canggung, kan?"Win terkekeh saat dia melihat bagaimana Bright mencembungkan kedua pipinya. Langsung saja Win cubit pipi Bright itu.
"Bright..."Bright yang sudah duduk dengan tenang di sisi Win menoleh kearahnya. Win lebih sering terdiam dan telihat murung sejak dia pulan dari rumah sakit.
Jujur saja Bright sama sekali tak menyukai Win yang murung. Namun, dia tak bisa mengabulkan meminta untuk membujuk Frank dan meminta maaf kepada Frank.
"Frank-"
"Meta, aku tak mau membicarakan tentang dia. Jika kau masih mau membicarakan pemuda itu maka lebih baik aku kembali bekerja saja."Bright sudah akan berdiri tetapu tangan Win yang hangat menahannya dan membuat Bright kembalu duduk di tempatnya.
"Baiklah... Bright, tapi kau tetap di sini saja. Jangan pergi kemanapun."
Sejak pulang dari rumah sakit Win menjadi sedikit lebih manja dari biasanya. Dia ingin selaly dekat dengan Bright dan membisikan banyak kalimat baik.
'Jujur saja, aku tak mau Bright menjadi jahat. Aku sangat ingin Bright tetap menjadi penurut yang baik hati kepada semua orang.'keinginan Win yang diucapkan dalam hatinya.
"Jika begitu, maka kau harus mau menuruti satu permintaanku."kali ini giliran Win yang menatap Bright.
Bingung.
"Apa,"tanya Win.
Bright bangkur sejenak dan berjalan keluar ke meja kerjanya. Di sana dia mengeluarkan sebuah kotak kacamata.
"Ini, kacamata baru untukmu. Ingat untuk terus memakai ini dimanapun kau berada saat di luar kamar ini. Kau ingat?"Bright memperlihatkan kacamata bulat itu kepada Win bahkan Bright sampai memakaikannya.
Win menurut dengan bodoh. Dia tak bertanya apa tiba-tiba Bright menggabtu kacamatanya.
Kening Bright berkerit saat dia mulai menyadari mata Win yang memerah. Dia mengusap pelan kelopak mata Win dan membuat Win bertanya dengan heran,"Ada apa, Bright?"tanyanya.
"Matamu memerah, aku akan meneteskan obat mata untukmu."saat Bright mengecek di tempat obat dia tak menemukan cairan obat tetes yang ia perlukan.
"Obat matanya habis."
"Tak apa Bright, mataku baik-baik saja."Win tak ingin merepotkan Bright. Akn tetapi Bright sendiri yang sangat ngotot untuk membeli obat tersebut.
Setelang mengunci pintunya dan memastikan Win dalan keadaan yang ama. Bright bergegas untuk ke apotik yang ada di sekitar rumah susun mereka.
Namun sekali lagi karna fokusnya yang berantakan hanya untuk memikirkan mata Win yang memerah Bright tak menyadari ada sebuah motor yang sejak tadi mengincarnya dan berhasil menyerempetnya hingga membuatnya jatuh di pinggir jalan dan terluka cukup parah di bagian kaki.
"Sial!"
Bright menatap darahnya yang cukup banyak keluar dari lukanya.
Orang-orang mulai datang dan mengerubungi Bright menawarkan bantuan mereka dan Bright menolaknya. Dia masih bisa berjalan ke apotik dan juga membeli obat untuk mengobati lukanya sendiri.
Walau dengan terseok-seok Bright akhirnya sampi di apotik. Obat mata Win adalah yang paling pertama Bright beli lalu dia juga membeli alkohol, kapas, perban dan obat merah.
"Pasti Meta akan cemas melihat luka ini."sungguh, saat ini Bright sama sekali tak ingin melihat Win yang merasa khawatir tentang apapun. Meta-nya itu sudah cukup banyak memikirkan banyak hal akhir-akhir ini dan itu tak baik untuk kesehatan Win ke depannya.
Saat Bright masih mengobati luka di kakinya sebuah pesan masuk ke ponselnya. Pesan dari nomor asing yang beberapa waktu terakhir menerornya.
"Ancaman. Dasar orang rendahan. Mereka hanya berani mengancam dan melakukan aksi sekecil ini."Bright meremehkan si peneror.
"Kalian ingin mencoba memancingku? Kalian sengaja membuat banyak masalah kecil seperti ini kepadaku?"saat itu sudut bibir Bright terangkat. Dia tersenyum miring dan melirik ke luar jendela apotik. Seseorang dengan masker yang melekat di wajahnya mengintip dan segera berlari ketakutan saat Bright memergokinya.
"Dan apa kalian pikir aku sangat bodoh hingga tak mengetahui siapa kalian?"Bright sudah menyelidiki nomor pengirim pesan itu dan dengan kemampuannya dia tahu siapa orang di balik ini semua.
Semua hal-hal kecil yang telah mengusiknya belakangan ini dan kejadian terseremper motor hai ini, Bright sudah tahu.
"Miki, tunggu aku secara langsung membalasmu."
Karna orang yang tadi mengintip Bright dari luar kaca jendela adalah Miki.
****