Win sudah sangat bosan terus terkurung di dalam rumah susun dengan mata terperban Selama hampir satu minggu dan syukurlah tepat di hari ke delapan dia sudah diizinkan untuk membuka perban di matanya.Selain itu Bright juga sudah mengizinkannya untuk kembali ke kampus dan berkuliah.
Walau kebebasan di kampus tak juga mendapatkan karena Bright yang terus membatasinya, itu tak masalah karena mereka sudah saling memiliki satu sama lain kan?
Jika kata Bright, "aku tak akan membutuhkan orang lain, cukup kau saja."
Memikirkan itu kembali membuat Win tak fokus.
Bruk!
"Miki...."
Win termenung sambil menahan tangan Miki, sebelum pemuda itu pergi dari hadapannya. Sungguh Win yang sangat ingin kembali memiliki teman seperti Miki namun membujuk Bright bukanlah sesuatu yang mudah.
"Aku--"
"jika kau ingin menjadi temanku lagi, jauhkan masalah Bright! Aku membencinya yang suka sekali menghakimi orang-orang."Miki menjadi lebih sarkas daripada biasanya.
Setelah mengatakan kalimat pedas nya di depan Win, Miki bergabung dengan teman-teman barunya yang lain Seraya memandang Win dengan mata memicing.
Win menunduk di kursinya dengan kedua jemari yang saling melemas. Win kembali merasakan ketidaknyamanan.
Bohong jika Win menganggap hidupnya kali ini berjalan dengan mulus. Sebaliknya, terkadang Win merasakan banyak sekali tekanan yang datang kepadanya.
Di saat itulah Win menyadari ada Dexter yang sudah duduk di depan Win.
"Kenapa sedih?"Tanya Dexter sembari menyodorkan jus jeruk untuk Win.
"Bright ada rapat dengan segudang urusannya di kampus jadi aku menawarkan diri untuk menjagamu UntukNya."Dexter mengatakan niatnya ada di sana.
Win mengganggu."Bright semakin sibuk dan dia juga tak bisa selamanya terus bersama denganku yang tak memiliki kesibukan ini."Niatnya hanya untuk bercanda dan bersyukurlah Dexter hal itu memiliki mood yang bagus.
"Itu artinya kita sama, Win."
"Sama?"
Dexter mengangguk dan menunjukkan ponselnya yang kosong.
"Lihat? Aku pengangguran di kampus yang tak memiliki kegiatan."Dexter tertawa lepas kali ini.
Dan tawa Dexter yang sama langkahnya dengan tawa Wim menjadi tontonan gratis bagi semua orang yang saat itu ada disekitar ruang kelas Win.
Singkat cerita Dexter mengajak Win untuk makan siang di perpustakaan. Mereka berdua orang yang memiliki perbedaan yang sangat kentara namun, keajaiban yang Win buat selalu mampu menarik Bright dan juga Dexter yang memiliki sikap sebelas dua belas dengan Bright nyaman dengan semua hal yang win sukai.
"Kenapa kau ada di jurusan seni?"Dexter membuat topik baru dengan Win di dua jam yang tersisa ke depan akan menyenangkan.
Dan Win rasanya juga tertarik untuk membicarakan hal semacam ini dengan Dexter.
Win menjawab pertanyaan Dexter.
"Karena aku ingin."
Memangku dagunya di antara lipatan tangan sambil menatap rak-rak buku di depannya, ia merasa mengingat kembali saat-saat awal ia tertarik di dalam bidang seni lukis.
"Bright sangat ahli melukis." Celetukan win membuat Dexter kaget setengah mati.
"Aku tahu kau tak akan percaya karena Bright terlihat seperti seseorang yang menyukai seni. iYa kan?"Canda Win.