Bangku kuliah

1.8K 104 1
                                    


Sejak Pulang dari sekolah, Bright bahkan belum melepaskan tangannya dari tangan Win. Dan Win memahami jika Bright sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Bright." panggil Win dengan sangat pelan.

Bright menoleh tapi wajahnya masih cemas. Padahal Win benar benar tak kenapa napa. Dia sehat dan lemparan bola basket itu sudah tak terasa lagi.

Tapi lain cerita dengan Bright. Dia merasa jika meninggalkan Win seorang diri seperti tadi saat di sedang rapat OSIS adalah sesuatu yang salah. Bright mulai memikirkan bagaimana caranya agar Win tetap aman selagi Bright sedang sibuk dan terpaksa harus meninggalkannya.

"Meta."Kini giliran Bright yang memanggil Win.

"Iya, aku mendengarkanmu, Bright. Ada apa?" tanya Win sambil membingkai wajah Bright.

"Meta, Jangan terluka saat aku sedang tak bersamamu. Apa kamu tahu? Aku sangat takut tadi saat mendengarkan mu terluka di UKS. Aku sangat merasa takut hingga rasanya kehilangan separu nafasku."

Saat itu pula Win merasakan debaran aneh yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Win tahu jika break memang sangat Posesif kepadanya tetapi kali ini bukan lagi hanya sebuah sikap Posesif, melainkan sebuah obsesi.










*****















tahun berganti....

Masa SMA Bright dan Win tak terlalu memiliki banyak kenangan, karena seperti biasa. Win dan Bright hanya akan menghabiskan waktu bersama. Win bahkan tak diizinkan untuk berteman dengan siapa pun kecuali Bright.

Kini mereka ingin mendaftar kuliah. Sebenarnya Bright ingin melarang Win kuliah tetapi Win akan langsung marah dan bahkan bisa Membenciku Bright karena hal itu.

"kamu yakin mau mengambil jurusan kedokteran, Bright?"tanya Win. Saat ini mereka berdua sedang berada di dalam kamar mereka, duduk bersebelahan dan mengisi formulir pendaftaran kuliah.

Bright mengangguk mantap."aku akan menjadi dokter sehingga aku selalu bisa mengobatimu setiap kamu terluka."

"Dan mengantisipasi agar kamu tetap sehat dan terus bersamaku."batin Bright menambahkan.

"itu bagus. Dan kau juga sangat pintar."win sebenarnya sedikit diri dengan kemampuan Bright itu.

Bright sangat pintar, cerdas. Mungkin dia jenius?

"lalu kamu akan mengambil jurusan apa? Meta, aku sudah bilang kan? Kamu boleh kuliah, asalkan bukan di jurusan berat yang memiliki kemungkinan membuat mu kelelahan."

win mengangguk dan tersenyum simpul. Dia menunjukkan formulirnya di depan wajah Bright."aku akan mengambil jurusan seni. Seni lukis lebih tepatnya. Aku ingin menjadi guru seni. itu sangat bagus kan, Bright?"

Bright bahagia sekali dengan pilihan Win."tentu saja Meta! Aku sangat senang kau memilih jurusan ini, aku akan membawakan banyak cat, kuas, kanvas dan peralatan melukis apapun yang kau butuhkan nanti."

win Terkekeh dan menggeleng."tak perlu, Bright... aku bisa-"

"Meta, aku ingin selalu berguna untuk mu. Aku ingin kau selalu membutuhkan aku."

"Dan aku ingin kau bergantung kepada aku selamanya." batin Bright yang gelap menambahkan.

malam itu mereka habiskan dengan saling bertukar cerita sambil melihat film horor. Malam malam seperti ini memang sangat biasa tetapi karena Win dan Bright menjalaninya dengan perasaan bahagia, maka tetap saja ini adalah malam yang menakjubkan!

Di pagi harinya, Win dan Bright sudah siap untuk berangkat menuju kampus baru mereka.

"meta, kau ingatkan apa saja yang sudah aku katakan kepadamu?" Bright bertanya saat mereka sampai di parkiran kampus.

Rin mengangguk dan menepuk kepala Bright. Jujur saja, lebih mudah bagi Win untuk bersikap seperti ini dan menganggap jika Bright adalah anak anak. Ketimbang memikirkan Bright sebagai orang dewasa yang sangat Posesif.

"aku paham, Bright."

Bright Memang sudah memberikan banyak wanti-wanti kepada Win. Salah satu contohnya winter boleh keluar kelas sebelum nanti Bright menjemputnya. Dan Win juga tak boleh berinteraksi secara terus menerus dengan orang lain.

apa itu berlebihan? Iya bagi sebagian orang memang sangat amat berlebihan tapi tidak bagi Win untuk saat ini dia sangat menikmati semuanya.

Setelah break mengantarkan Win ke ruang kelasnya. Pemuda tampan itu berjalan ke arah fakultas nya.

Syukurlah, tempat nya dan tempat Win tak terlalu jauh. sebenarnya bahkan jika Bright mau dia bisa meminta langsung kepada dosen di tempat Dudukan untuk mengamati gerak gerik nya. Karena kalian tahu? Kampus ini berada di bawah naungan keluarga Chivaaree. Keluarga Bright.

Jam istirahat tiba dengan begitu cepat. Bright buru buru ke kelas Win dan saat dosen yang ada di kelas Win keluar tanpa rasa malu Bright masuk dan menjemput Win tepat di meja nya.

"Bright?" Win sedikit kaget.

Dia lalu memandangi sekitarnya. Temanteman barunya enam empat menundukkan kepala atau sebisa mungkin tak membuat kontak mata dengan nya.

"Meta, ayo kita makan siang. Kamu tak boleh terlambat makan atau penyakit kamu kumat dan aku tak suka itu."

"Hmm.... ya sudah, ayo..."

Win pasrah saat Bright menggandeng tangannya. Masalah mereka tak menuju kantin.

"Bright Ganting ada di sebelah sana lalu kita mau ke mana?" tanya Win.

"Makan siang Meta. Aku akan memilih tempat yang jauh lebih nyaman dan privat. Aku tak suka di kantin karena jika di sana mereka akan selalu melihat ke arah mu, aku tak suka kau menjadi pusat perhatian."

'Bright.. apa rasa obsesinya kepadaku akan baik baik saja?'batin Win yang mulai risau.

Mereka berdua sampai di sebuah ruangan yang sangat nyaman. Win saja bertanya tanya, ruangan apa itu?

Di sini ada penghangat ruangan, bahkan ada AC. Ada ranjang berukuran sedang, dapur mini,Kamar mandi. Bahkan ada lemari es dan barang barang lainnya.

Bright mendudukan Win di sofa empuk yang ada di sana. Dia lalu berlutut. Ah! Ini adalah kesukaan Bright, berlutut di hadapan Win sambil mengelus punggung tangan Win.

"kamu mau makan apa? Aku akan meminta Koki pesananku membuatkannya untuk mu."

"apapun yang kau makan makan aku makan juga, Bright." Kembali Bright Dibuat puas dengan jawaban dari Win.

15 min berlalu dan makanan Besanan bright datang. Makanan yang Bright pesan selalu makanan sehat dan bergizi.

di sela sela makannya, Win teringat ucapan Tuan Chivaaree, Ayah Bright saat mereka tadi berpapasan di Manson.

"Bright, kau akan menjadi penerus perusahaan Ayah, kan?"

Bright Menghentikan makannya dan menggeleng lalu menatap Win dengan tatapan dalam.

"bukankah kamu tahu? Aku sangat ingin menjadi dokter. Aku akan menjadi dokter dan selalu memastikan kondisi mu baik baik saja"

"Tapi Ayahmu membutuhkan pewaris, kau--"

"Meta, makanlah... ayo buka mulutmu, aku saja yang suapi."Bright Akan selalu mengalihkan topik dan membuat semuanya terlihat baik baik saja.

Semakin bertambahnya usia maka masalah dan kerumitan hidup akan datang. Sesaat lagi mungkin kalian akan melihat bagaimana hidup membawa Win dan Bright ke dunia yang sebenarnya... Kejam.











































































Next

My Obsession (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang