Terikat

2.6K 157 4
                                    

Bukankah manusia tak bisa di beli?

"Kau tak bisa membeli manusia, Bright!" Win mencengkram pundak Bright, Emosinya memuncak saat itu. Win tak tahu bagaimana Bright bisa berfikir sampai seperti ini.

"Memang benar, Ta. Dan bukannya tadi aku sudah memberitahumu jika haidah yang aku mau tak bisa di beli menggunakan uang?" tanya Bright bakik dengan tenang.

Win menggeleng dengan beberapa lagi air matanya yang jatuh."Tapi kau tak bisa memintaku untuk datang ke rumahmu sebagai hadiah ulang tahunmu, Bright!" seru Win.

Bright menjadi takut melihat Win yang tampak marah dengan air mata itu sungguh, Bright membenci melihat Win yang menangis seperti ini.

Bright membingkai wajah Win, dia menatap kedua bola mata bening itu dengan penuh keseriusan.

"Meta, kenapa kau tak mau? Kau akan bahagia jika kau ikut bersamaku, kau akan aman. Aku tidak akan melukaimu, aku janji."

Win menggeleng, ia tak akan meninggalkan panti ini. Dia bermimpi untuk membuat panti ini lebih besar dan nyaman. Win ingin membuat Namthan dan seluruh anak panti bahagia. Dia tak akan pergi meninggalkan mereka.

"Tidak bisa seperti itu, Bright. Aku tak mau." Win mengatakan itu sembari memeluk Bright.

Win menyambung kalimatnya yang tadi belum selesai."Tak semua bisa kau dapatkan, ada beberapa hal yang tak bisa kau paksa untuk kau miliki."

Bright menggeleng tak setuju dengan apa yang Win katakan."Tidak, Meta. Kau tak bisa menolaknya, Bukannya tadi kau sudah berjanji kepadaku? kau tak boleh mengingkari janji itu!" amuk Bright.

Win menggeleng, ini salahnya juga karna menjanjikan sesuatu yang bahkan ia ketahui."Tuhan, bagaimana ini? Aku membuat kesalahan dengan berjanji kepada Bright." batin Win.

"Bright, dengarkan aku. Aku tetap menjadi tutormu, aku akan menjadi Nong mu, teman mu. Aku tak akan meninggalkanmu, kau tenang saja tapi aku tak bisa ikut pergi dan menjadi bagian dari keluargamu. Aku tak bisa. Aku punya impian untuk membuat Bunda dan anak panti ini bahagia. Aku akan bekerja keras untuk mereka." ucap Win yang sedang mencoba memberikan peringatan kepada Bright.

"Maka dari itu, kau menginkari semua janjimu kepadaku." kata Bright lirih. Dia melepaskan pelukan Win.

Bright mundur dan menunduk. Di saat itu Win dapat melihat setetes air mata keluar dari mata tajam milik Bright.

"Bright.." Win merasa bersalah, ia tak bermaksud untuk menyakiti hati Bright.

Namthan dan Tuan Chivaaree yang sedari tadi berada di sana hanya terdiam dan mengamati apa yang dua orang pria itu lakukan.

"Kau tak memberi hadiah ulang tahun padaku." ucap Bright sembari memandang Win dengan kesedihan.

"Bright, maaf aku tak-"

"Kau tak menginginkan ku? Kau membenci ku? Kau takut padaku?! Dan kau pasti menganggap aku monster?!" padangan Bright seolah sarat akan kesedihan yang bisa membuat air mata Win juga ikut menetes.

"Bukan begitu, Bright. Aku mohon jangan salah paham." Win mencoba mendekati Bright namun Bright memundurkan langkahnya.

"Bright?" kaget Win karna Bright menjauhinya.

"Meta, tadinya aku berfikir ulang tahunku adalah hari spesial. Aku mulai mempercayai itu, tapi tidak. Ulang tahun adalah hari yang buruk. Ulang tahun itu menyakitkan!" Bright berlari keluar dari ruangan Namthan.

"Bright!" Win keluar mengejar Bright.

Tuan Chivaaree memijat kepalanya yang pening, ia tak tahu jika anaknya akan membuat drama seperti ini.

My Obsession (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang