Perasaan aneh

2.5K 152 4
                                    

"Apa kau tak suka aku baik padamu, Meta?" pertanyaan yang keluar dari bibir Bright nampak aneh di telinga Win saat itu.

Win hampir saja menjatuhkan bukunya saking terkejutnya dengan keberadaan Bright yang berdiri tegak di depan pintu sambil menatap serius ke arahnya.

'Mengapa rasanya seperti sedang ketahuan dan di tangkap basah?' batin Win bertanya.

Tak menghiraukan ekspresi Win, Bright langsung masuk ke dalam kamar itu dan menutup pintunya. Dia lanjut untuk mendekati Win yang duduk di atas ranjang sedangkan Bright memilih untuk duduk di bawah. Posisinya kini terlihat seperti Bright yang tengah berlutut di hadapan Win.

Bright mengambil tangan Win untuk ia genggam saat itu akan tetapi Win dengan buru-buru langsung menariknya dan meloloskan tangannya dari jangkauan Bright dengan menyembunyikan di belakang tubuhnya.

"Meta, Kau menghindari aku?" beo Bright dengan nada tak suka tapi dia sama sekali tak menggunakan nada suara yang tinggi kepada Win.

"Eh? Bright-,maksudku Tuan Bright jangan duduk di lantai." Win berucap dengan panik karena jika dilihat dari status Win lah yang seharusnya duduk di lantai. Bright tak sama sekali boleh duduk di lantai seperti itu.

"Ayo duduk di atas." ucap Win yang sudah akan menarik lengan Bright hingga kini Bright sudah duduk di atas, di sebelah Win.

Kedua bola mata tajam Bright masih mengamati wajah Win. Secara tiba-tiba tangan Bright membawa dagu Win untuk ia sentuh.

"Meta, bisa kau ulangi dua kata yang baru saja kau katakan?" tanya Bright yang tak membiarkan Win untuk mengalihkan pandangannya.

"Ap-a?" bingung Win. Dia lantas hanya mampu mencoba mengalihkan wajahnya dari Win yang masih senantiasa memandanginya dengan begitu intes. Akan tetapi tak bisa.

Dengan pelan dan sangat lembut, Bright berkara lagi,"Ulangi dua kata yang kau ucapkan tujuh detik yang lalu." ulang Bright dengan setual katanya yang ia tekan dengan begitu jelas.

"Tuan Bright jangan duduk di lantai..." Win mencoba mengulangi ucapannya.

Huft

Bright menghela nafasnya lelah. Dia lalu membawa tangan Win untuk ia letakkan membuat Win merasa sedikit gugup untuk sesuatu yang tak ia ketahui.

"Meta," panggil Bright dengan seuara pubernya yang sudah sangat serak dan berat. Akan tetapi bertabrakan dengan wajahnya yang polos tak berdosa.

'Astaga! Wajahnya Bright seperti anak anjing yang ingin dibuang pemiliknya! Dia manis jika seperti ini!' batin Win berteriak.

Tangan Win saat itu masih Bright letakkan di atas kepalanya, di rambut hitamnya lebih tepat.

"Kau lebih muda dariku kan?" Bright bertanya.

Dengan susah payah Win mengangguk dan mejawab dengan kaku.

"Iya." jawab pemuda cantik itu.

"Lalu, kau menganggapku Phi-ku kan?"

"Iya."

"Kau mau menjadi Nong-ku kan?"

"Iya."

"Maka begitu jangan panggil aku Tuan Bright."

"Iy-tidak! Bright-maksudku Tuan Bright-"

"Shut..." Bright meletakkan jarinya di depan bibir indah milik Win.

"Phi Bright, Aku ingin kau memanggil namaku seperti itu, Meta. Ah, dan siapa yang mengajarimu untuk memanggilku 'Tuan Bright', Meta?" tanya Bright memperlihatkan wajah sedihnya.

My Obsession (BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang