Win ada di perpustakaan siang itu dengan kotak bekal makan siang miliknya yang merupakan buatan Bright.Siang Bright sangat sibuk. Dia akan mengikuti ajang Duta kampus ada banyak persiapan yang harus Bright lakukan. Sebenarnya Bright sama sekali tak ingin mengikuti acara semacam ini namun Bujukan dari Win lah yang membuat Bright menyetujui permohonan kampus kepadanya.
Tadi saat mengantarkan Win ke perpustakaan Bright bahkan meminta kepada guru yang berjaga di perpustakaan untuk memastikan jika Winta keluar.
"Meta, Makan dengan tenang di sini. Kau juga bisa membaca buku atau istirahat sebentar di sofa sana."Saat itu Bright menunjuk sofa yang cukup empuk.
Perpustakaan di samping kampus mereka memang memiliki banyak fasilitas yang bisa dibilang berada. Itulah mengapa perpustakaan sekalipun bisa menjadi tempat yang sangat nyaman.
Win mengangguk dan menepuk kepala Bright memperlakukannya seperti Kakaknya yang manis."aku paham. Dan kau, Bright... Kau juga jangan lupa makan bekalmu, oke?"
Bright bahagia diperlakukan seperti ini oleh Win. Dia langsung mengangguk dan memeluk Win sebentar sebelum akhirnya pergi dari perpustakaan.
"Aku bosan...."Win sudah menyelesaikan makan siangnya sejak setengah jam yang lalu dan sekarang rasa bosan menghantuinya.
Bukannya apa tapi dia sudah tak memiliki jadwal kelas lagi dan itu artinya, Win harus menunggu untuk Bright selama tiga sampai empat jam di dalam tempat besar ini.
Win menoleh ke meja tempat penjaga perpustakaan itu duduk. Guru yang penjaga perpustaak itu yang Win tahu namanya adalah pak Diki itu tertidur sambil duduk.
Posisi penjaga tepat berada di bawah AC dan jika Win amati kursi tempat pak Diki duduk sangat empuk mungkin itulah sebabnya dia bisa tidur dengan nyenyak.
"Apakah aku bisa keluar sebentar?"Win mulai mengamati pintu keluar dari perpustakaan.
"Aku ingin mengintip Bright. Tak masalah kan?"Win tersenyum jahil.
Win sangat ingin mengamati Bright ketika pemuda itu ada diantara orang lain. Win ingin tahu seperti apa sikap Bright saat Win tak ada disisinya dan saat Bright harus berhadapan dengan banyak orang.
win berjalan dengan sembilan mungkin untuk melewati pak Diki dan akhirnya Win mampu keluar dari perpustakaan.
Saat itu langkah kaki Win sudah sangat percaya diri untuk menuju ke ruangan tempat di mana Bright berlatih dengan banyak orang akan tetapi, saat Win melintasi kerumunan mahasiswa dia mendengar sesuatu yang membuat langkahnya harus terhenti.
"mungkin sekarang Frank tak akan selamat."
"Hmm, kau benar. Walaupun Frank itu bahan bully tapi dia punya banyak penggemar sebelum ini."
"Ah! aku kasihan kepadanya tapi aku tak mau ikut campur dan terseret masalah mereka."
"Dexter pasti akan benar benar menghabisi Frank."
Tanpa bertanya kepada segerombolan mahasiswa itu, Win langsung memacu larinya. Dia tak kenal siapa itu Dexter tetapi entah mengapa vila satuin berkata jika Frank dalam bahaya.
Berlari adalah sesuatu yang tak boleh Win lakukan. Tapi kali ini Win sekolah melupakan tentang semua hal itu.
Napas Win semakin memburuk mungkin bagi sebagian besar orang berlari bukanlah sesuatu yang sulit tetapi hal itu tak berarti bagi Win. Ingatkan jika Win memiliki riwayat lemah jantung?
"Sialan! Buka mulutmu bodoh!"
Plak!
"Buka! Aku bilang buka!"