Bright dan Win belajar hingga cukup larut, bahkan mereka berdua sepertinya sangat menyukai belajar maklum mereka memang anak-anak yang sangat cerdas.
"Hasilnya tujuh ratus dua puluh sembilan."
Win di buat melongo perihal jawaban yang Bright katakan. Win bahkan harus menggunakan lebih banyak waktu untuk menjawab soal pertanyaan itu tetapi Bright? Dia menjawab dengan sangat cepat.
"Kau asal menebak ya? Kenapa cepat sekali? Aku saja belum selesai menghitung." Win menatap Bright penuh selidik, sedangkan yang di tatap tampak bingung dan terdiam dengan wajah polos.
"Asal?"Bright menggeleng. Dia kemudian memainkan pena yang sedang Win genggam sambil bertanya lagi," Benar kan Ta?" Saat itu mata Bright tak henti-hentinya memandangi Win.
Win menepuk dahinya sendiri sambil memandang Bright dengan sedih.
"Astaga! Aku merasa bodoh jadinya." ucapnya ketika dia menyelesaikan hitungannya dan jawabannya dengan yang sebelumnya Bright berikan.
Bright mengerutkan kening yang artinya dia tak suka melihat Win yang memasang ekspresi seperti itu. Di saat itu pula Win bertanya kepada Bright.
"Bright, Kau ini sebenarnya pintar ya? kenapa kau bisa menjawab dengan benar? kau lebih cepat dari aku." saat mengatakan kalimatnya itu, Win nampak sangat kecewa kepada dirinya sendiri karena merasa lebih bodoh ketimbang Bright.
Win menyambung ucapannya." Seharusnya kau mendapatkan tutor yang lebih baik dari aku. sepertinya kau lebih pintar dari aku Bright."
Bright menggenggam tangan Win dan menggeleng. Dia tak akan membiarkan Win merasa sedih seperti itu.
"Meta, aku hanya menebak asal tadi... aku tak tau jika jawabanku itu benar. Jangan sedih, Ta." Bright mulai merasakan sebuah perasaan di mana dia sama sekali tak menginginkan melihat Win sedih dan kecewa.
Win mengangkat wajahnya dan balik menatap Bright dengan alis bertaut, bingung." Jadi kau bohong? Astaga, aku sampai kaget! Bright kau ini!" ucap Win dengan pembawaan yang kembali ceria, ia bahkan menepuk pelan lengan Bright.
Mulai sekarang Bright akan selalu ingin untuk membuat Win tersenyum bangga karenanya dan Bright bertekad untuk melindungi senyum yang manis itu.
"Kau cantik saat tersenyum, senyuman mu sangat indah." gumam Bright terdengar sebagian di telinga Win.
"Bright, kau bilang sesuatu? Apa yang indah?." tanya nya.
Bright menggeleng karena sesuatu di dalam dadanya saat itu sedang berdetak sangat kuat.
"Tidak, maksudnya tulisanmu sangat indah, aku suka melihatnya."
"Oh, tulisanmu juga indah Bright walau sedikit sulit untuk membacanya," ucap Win dengan di akhiri sebuah senyuman.
Selang beberapa saat akhirnya waktu belajar Win dan Bright berakhir. Sebelumnya Win juga sudah memberikan beberapa tugas yang harus Bright kerjakan.
"Nah sekarang sudah selesai. Aku memberikan tugas ini untukmu, besok sore harus sudah selesai ya, Bright."
Win kemudian mulai memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tas lusuhnya. Dia segera kembali ke panti asuhan atau Namthan dan anak-anak di panti akan mengkhawatirkan dia.
Dan semua yang Win lakukan selalu nampak di mata Bright.
"Meta." panggil Bright.
Win tak menoleh tapi tetap membalas panggil anak didiknya itu." Ya, ada apa Bright?" tanya Win yang masih sibuk dengan resleting tasnya yang sedikit macet.